ACEHTREND.COM, Banda Aceh – Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Aceh menyiapkan 100 relawan pemetaan partisipasi pemilih pada pemilu serentak 17 April mendatang.
Koordinator JPPR Aceh, Hamdani Abdullah, mengatakan, dalam waktu dekat ini, 100 relawan JPPR Aceh akan segera memetakan tingkat partisipasi pemilih di tujuh kabupaten/kota yang ada di Aceh, yaitu Langsa, Lhokseumawe, Aceh Tengah, Aceh Besar, Banda Aceh, Meulaboh, dan Aceh Barat Daya.
Hamdani menambahkan, dalam pekan depan, pihaknya akan mengkaji tingkat partisipasi pemilih dengan data pemilu 2014 dan pilkada serentak yang lalu. Kemudian pihaknya juga akan melibatkan tim konsultan internal, akademisi, serta stakeholder terkait lainnya.
“Data pemilu 2014 paling pas, di sana kita tahu mana yang tinggi dan mana yang rendah, jadi kita tahu mana kecamatan yang tinggi dan rendah partisipasinya,” ungkap Hamdani Abdullah, melalui rilis yang diterima aceHTrend, Minggu (9/3/2019).
Dengan peta tersebut katanya, JPPR Aceh akan bermitra dengan para pihak terkait, terutama KIP Aceh dan kabupaten/kota, agar nantinya bisa memfokuskan diri di titik mana akan dibuat program sosialisasi untuk meningkatkan partisipasi pemilih sesuai target nasional 77 persen.
“Kalau sudah ada peta itu, kita akan lakukan treatment, yang tinggi akan ditingkatkan, kalau yang rendah harus lebih ditingkatkan lagi,” ujarnya.
Sementara itu, tim pakar JPPR Aceh, Dr. Taufiq Abdul Rahim mengatakan, munculnya gerakan akhir-akhir ini, adanya pengaruh ideologis, di mana masyarakat tidak percaya pada pemimpin yang menang di pemilu lalu.
“Jadi, dengan pemetaan ini akan mempermudah kita masuk untuk membangun kesadaran pemilih, hadir di TPS tidak hanya masalah kewajiban, tapi bisa berkontribusi untuk menentukan nasib bangsa dan pembangunan daerah selama 5 tahun ke depan,” sebut akademisi Unmuha itu.
Pengaruh lain lanjutnya, ada juga masyarakat yang tidak menggunakan hak pilih karena tidak tahu bahwa adanya pesta demokrasi.
“Ketika dia menjawab tidak memilih karena tidak tahu, maka kita akan memasifkan informasi di sana, bisa lewat media sosial, media mainstream, atau kita bawa komunitas atau relawan demokrasi, disitu mereka akan melakukan penyebaran secara terus menerus,” pungkas Taufiq.[]
Editor : Ihan Nurdin