ACEHTREND.COM, Blangpidie – Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Akmal Ibrahim menyebutkan, Teluk Surin di Abdya cocok dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus di wilayah barat selatan Aceh. Dari sisi integrasi dan aktivitas ekonomi, serta daya saing dan efisiensi, posisinya sangat strategis. Posisinya juga berada di bibir Samudra Hindia.
“Abdya memang masih banyak kekerangan, tetapi takdir Allah Swt, di balik kekurangan sumber daya segala macam, kita Abdya terletak di tengah pantai barat selatan, posisi kita pas di tengah, dan sangat cocok sebagai wilayah pengembangan KEK barat selatan,” ungkap Akmal Ibrahim di hadapan pejabat Abdya esselon II, III, dan IV yang baru saja dilantik di Aula Masjid kantor bupati Abdya, Selasa (23/7/2019).
Kabupaten itu hanya berjarak 4 jam menuju Singkil dan Subulussalam dengan kondisi jalan yang sudah bagus. Begitu juga menuju Aceh Jaya yang juga menghabiskan waktu 3 jam, ke Gayo Lues 2 jam lebih, dan ke Aceh Tenggara berkisar 4-5 jam.
“Maka seperti saya bilang tadi, kalau Aceh bicara masalah integrasi ekonomi, kalau ekonomi itu bicara efisiensi, maka Abdya adalah satu-satunya pilihan sektoral pengembangan KEK. Maka saya dulu pernah menyebutkan, Abdya ini adalah Singapura mini,” ujarnya.
Akmal mengatakan, saat ini pemerintah provinsi sedang merancang dua kawasan pengembangan ekonomi, yaitu KEK dan Kawasan Industri Terpadu (KIT). Dalam KEK tersebut sebetulnya adalah pengembangan industri untuk kesejahteraan rakyat.
“Maka pelabuhan Surin adalah prioritas. Saya ingatkan, bahwa Teluk Surin kita bersaing dengan Aceh Jaya. Sebenarnya, semenjak saya menjadi Bupati Abdya 2007 dulu, saya gaungkan terkait Surin ini, dan Babahrot itu ada prioritas khusus, baik infrastrukturnya bahkan jalannya memiliki luas sampai 30 meter, dan saya punya cita-cita, karena apa, karena ada masa depan di sana,” paparnya.
Akmal menerangkan, Kawasan Ekonomi Khusus tersebut merupakan keputusan Presiden Republik Indonesia yang memiliki anggaran triliunan rupiah. Maka dirinya berharap agar para pejabat daerah untuk melakukan capaian dan lompatan-lompatan besar demi percepatan KEK.
“Saya 10 tahun lalu sudah merancangnya, sebab kita punya visi jauh untuk ke depan. Kita bersaing dengan Aceh Jaya. Saya katakan lagi kepada kita semua bahwa Abdya punya kelebihan segalanya dari pada Aceh Jaya. Dan Pak gubernur sudah berkomitmen, akan mengambil yang paling objektif,” cetusnya.
Akmal menerangkan, barat selatan Aceh memiliki 4 ribu ton CPO setiap harinya yang selama ini diangkut lewat jalan darat ke Medan untuk 36 pabrik, hingga membuat lalu lintas padat dan membuat jalan rusak. Jika dihitung dalam 4 ribu ton itu akan menghasilkan seribu ton CPO per hari, cangkang 3 ribu ton, dan karnel sekitar 1.500 ton tiap harinya.
“Selama ini CPO itu diangkut ke Belawan, dari Belawan ke Pelabuhan Pulau Sumatera, kemudian menuju Asia Selatan, India. Dan India itu pengimpor CPO Indonesia terbesar mencapai 9,6 juta ton per tahun. Padahal Abdya dengan India ini sangat dekat, kita pakai perahu kecil saja bisa kesasar ke Nicobar dan Andaman. Dan baru-baru ini Presiden RI sudah bertemu dengan Perdana Menteri India untuk membicarakan hubungan ekonomi yang lebih intensif. Maka dengan kelebihan itu, Abdya cocok sebagai pusat KEK barat selatan,” paparnya.
Apalagi, lanjut Akmal, Abdya memiliki lokasi yang sangat unggul dan insfrastruktur yang sudah relatif siap. Dirinya berharap agar seluruh SKPK saling bekerja sama dalam mewujudkan Abdya sebagai pusat KEK barat selatan Aceh.[]
Editor : Ihan Nurdin
Komentar