• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Kemiskinan Aceh dan Luka Perempuan

Muhajir JuliMuhajir Juli
Minggu, 22/09/2019 - 20:54 WIB
di Jambo Muhajir, OPINI
A A
aceHTrend.com
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Muhajir Juli

Kemarin, saya mendapat kabar bila seorang perempuan Aceh yang suaminya bekerja tapi tidak lancar menghasilkan uang, harus bekerja dari pagi hingga pagi, untuk menopang ekonomi keluarga yang kian kritis. Tak ada jeda untuk istirahat. Waktu tidur hanya sebentar. Selebihnya ia harus menjalankan tugas “domestik” memasak di rumah, mencuci, membersihkan rumah, mengurus anak-anak, melayani suami -bila sang suami pulang ke rumah– hingga mengantar dan menjemput anak-anaknya sekolah dan mengaji.

Saya tidak terkejut mendengar kabar tersebut. Iba tentu saja ada. Tapi lahir dan besar di akar rumput, pemandangan tersebut adalah sesuatu hal biasa, walau saya tidak akan pernah mengatakannya sebagai sesuatu yang wajar.

Akhir-akhir ini, pencapaian Pemerintah Aceh yang bertahun-tahun sukses menempatkan Aceh di peringkat atas daerah termiskin di Sumatera, hanyalah angka statistik semata. Karena hingga saat ini, dengan dana yang sangat banyak digelontorkan ke Aceh, harkat dan martabat rakyat kelas akar rumput masih seperti haba nyan. Kemiskinan terus turun dari ayah ke anak, dari anak ke cucu. Banyak sekali yang frustasi dan akhirnya terjerambab ke dunia gelap sabu-sabu. Anda tentu sudah membaca berapa uang yang beredar di dunia narkoba di Aceh. Puluhan triliun. Dengan uang sebanyak itu, bukan saja telah menggoda laki-laki terjun ke dalamnya, dengan harapan bisa mewujudkan mimpi mereka untuk kaya. Tapi kaum perempuan pun telah banyak mengambil jalan pintas tersebut, menjadi agen sabu-sabu lintas propinsi.

BACAAN LAINNYA

Munzami HS. [Ist]

Lebih 1,9 Triliun Rupiah Dana Bansos di Dalam APBA 2020 Dikelola Secara Tidak Jelas

18/01/2021 - 01:09 WIB
Ustad Asrul Maidi, Lc. Foto/aceHTrend/Muhajir Juli.

Ustad Masrul Aidi, Lc: Menikah di Rumah Lebih Berkah

17/01/2021 - 16:38 WIB
Andi HS/FOTO/Ist.

Di Tengah Kondisi Rakyat Aceh Yang Memprihatinkan, Andi HS Kritik Organisasi Pemuda Penerima Dana Hibah

17/01/2021 - 10:53 WIB
aceHTrend.com

GeRAK Aceh: Hibah APBA untuk 100 Organisasi Bertentangan dengan Permendagri 39 Tahun 2020

17/01/2021 - 07:32 WIB

Bila bicara keadilan pembangunan san ekonomi, saya melihatnya bahwa pemerintah hingga saat ini belum mampu menemukan formula yang tepat. Padahal di lingkaran mereka tidak sedikit yang berasal dari eksponen masyarakat sipil yang telah pensiun dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan kelompok profesional lainnya, yang sebelum dirangkul, 24 jam menyampaikan kritik terhadap kinerja pemerintah. Sekarang mereka sedang di mana dan sedang sibuk dengan apa? Apakah diam-diam turun ke masyarakat untuk menemukan problem dan sedang meramu solusi atas masalah yang dihadapi rakyat? Atau sedang terbuai dan tak sempat istirahat karena terlalu lincah menjadi calo sehingga membuat para kepala dinas tidak sempat berpikir merancang program, karena sibuk melayani “kelompok profesional” itu.

Lupakan mereka, karena mereka adalah bagian dari demokrasi yang harus dilayani oleh kekuasaan manapun, demi menciptakan stabilitas. Jangan berharap terlalu banyak pada mereka yang berasal dari “swasta profesional”. Karena SK mereka pun tidak pernah abadi. Selama masih “di dalam” maka misi utama memperbanyak pundi pribadi adalah keniscayaan. Karena setelah di luar, kesempatan itu tak mungkin terbuka. Istilah orang Aceh, gapiet ule rimung tak pernah abadi. Sangat tergantung masa dan ruang waktu.

***
Anda tentu sudah mendengar bila angka stunting di Aceh mencapai angka 37,9 % dari total anak Aceh yang lahir ke dunia. Itu prosentase yang mengkhawatirkan. Karena bila ditulis angka detailnya, ada 1,9 juta anak Aceh yang mengidap bukriek (stunting). Hasil Susenas 2016, 20,51 % anak Aceh hidup di bawah garis kemiskinan. Sangat timpang dengan rata-rata nasional yang hanya 13,31 %.

Lagi-lagi, di mata banyak orang angka-angka itu hanyalah statistik. Atau bila pun dibincangkan, hanya sebatas –semoga saya salah– komitmen kosong tanpa aksi holistik yang benar-benar tulus menuntaskannya.

Dengan angka di atas, Aceh 30 tahun ke depan akan menghadapi krisis sumber daya manusia. Generasi yang kelak tumbuh menjadi pengisi berbagai ruang, tidak akan mampu menjadi manusia yang kompetitif karena mengalami lemahnya daya pikir (perkembangan otak terganggu) dan gagal tumbuh dengan sempurna.

Punca masalah ini disebabkan oleh tidak tersebarnya kesejahteraan secara merata. Kesejahteraan telah dikooptasi oleh sebagian kalangan kecil yang hidup dengan uang yang seharusnya diperuntukkan untuk menumpas kemiskinan rakyat.

Ekonomi Aceh yang mengalami kesulitan untuk tumbuh yang secara nyata telah menyebabkan Aceh tidak mampu menyediakan lapangan kerja. Banyak manusia Aceh usia produktif justru tidak mampu menghasilkan pendapatan rutin ideal. Di kelas akar rumput, ketika banyak suami dan lelaki lajang tidak memiliki pekerjaan tetap atau bahkan tetap aktif sebagai pengangguran hingga waktu yang belum ditentukan, maka semua beban itu tertimpa para perempuan yang berstatus istri dan ibu. Lelaki boleh tak produktif, tapi perempuan tak mungkin tidak produktif. Mereka harus bergerak, walau badan remuk redam.

Di keluarga-keluarga miskin–yang masih sangat banyak di Aceh– perempuan sudah seperti robot. Hanya memiliki waktu jeda bekerja empat jam per hari. Itupun tidak bisa tidur nyenyak. Sejak pukul 04.00 WIB sudah bangun dan mengerjakan pekerjaan domestik. Pukul 06.00 WIB sudah bergerak ke berbagai lapangan kerja informal berbayar rendah hingga sore hari. Kemudian kembali ke urusan domestik hingga pukul 00.00 WIB.

Dalam kondisi kelelahan fisik, mental mereka juga tertekan. Para lelaki pengangguran kerap memiliki tabiat yang buruk. Penyebab buruknya tabiat itu bisa jadi karena pendidikan mereka, tapi stres menjadi penyebab utama.

Perempuan-perempuan perkasa itu yang tidak pernah hadir di berbagai perayaan anugerah ini itu, tertekan lahir dan batin. Suami dan anak laki-laki mereka, adalah intimidator utama, yang memandang mereka sebagai budak. Dicaci, dihina, diselingkuhi bahkan dikasari secara fisik, adalah makanan sehari-hari perempuan-perempuan malang itu.

Perempuan-perempuan yang hidup di bawah garis kemiskinan, adalah pahlawan. Bayangkan, bila 37,9 % anak Aceh mengalami stunting, berapa banyak perempuan di Aceh yang mengalami kekurangan gizi di daerah yang dikenal kaya sumber daya alam ini? Saya yakin bila disurvey atau disensus, angkanya akan mengejutkan. Karena bagi perempuan, membahagialan keluarga adalah segala-galanya.

Bayangkan, bila jutaan anak Aceh kekurangan gizi, berarti ada jutaan perempuan yang makan sehari sekali.

“Meunyo inong keu lakoe, ditheun deuk droe dibie keu lakoe. Meunyo ma keu aneuk, ata lam babah geusut u luwa.”

Penulis adalah CEO aceHTrend.

Tag: #Headlinekemiskinan acehperempuan aceh
ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

Warga Protes Penetapan Mulan Jameela Sebagai Caleg Terpilih

Selanjutnya

Bank Indonesia Juarai Turnamen Voly Ball Muspika Nisam Cup 2019

BACAAN LAINNYA

Sadri Ondang Jaya. Foto/Ist.

Sadri Ondang Jaya dan Singkel

Sabtu, 16/01/2021 - 23:47 WIB
Ilustrasdi dikutip dari website seni.co.id.
Jambo Muhajir

Kolom: Pelacur

Kamis, 14/01/2021 - 18:47 WIB
Fitriadi.
Artikel

Sekolah Butuh Pemimpin atau Pimpinan?

Rabu, 13/01/2021 - 09:26 WIB
Ilustrasi tewasnya Abrahah dan pasukan gajahnya saat akan menghancurkan Ka'bah / kicknews.today
Pandemi, Sejarah, dan Kebijakan

LMC (75): Era Islam Klasik, Wabah, dan Peradaban

Selasa, 12/01/2021 - 11:16 WIB
Liza Faradilla
OPINI

Kelas Online: Kesenjangan Baru Sosial Ekonomi

Senin, 11/01/2021 - 07:00 WIB
Sayuti.
Celoteh

Reshuffle Kabinet dan Kemenangan Nalar

Sabtu, 09/01/2021 - 11:15 WIB
Zulfadhli Kawom. [Ist]

Lheuh keu Saman Gop

Jumat, 08/01/2021 - 15:46 WIB
Syamsiah Ismail.

Etos Kerja ala Pengawas Sekolah 4.0

Rabu, 06/01/2021 - 13:18 WIB
Tgk Angkasah
OPINI

Membentuk Karakter Siswa Selama Pandemi

Selasa, 05/01/2021 - 10:15 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
aceHTrend.com

Bank Indonesia Juarai Turnamen Voly Ball Muspika Nisam Cup 2019

Komentar

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • aceHTrend.com

    Gas dan Lumpur Menyembur Setinggi 6 Meter, Warga Ranto Peureulak Panik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • GeRAK Aceh: Hibah APBA untuk 100 Organisasi Bertentangan dengan Permendagri 39 Tahun 2020

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wali Nanggroe Kunjungi Kawasan Wisata Ulee Lheue, Ini Komentarnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ustad Masrul Aidi, Lc: Menikah di Rumah Lebih Berkah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengurus Ikatan Masyarakat Juli di Banda Aceh Gelar Maulid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Munzami HS. [Ist]
Politik

Lebih 1,9 Triliun Rupiah Dana Bansos di Dalam APBA 2020 Dikelola Secara Tidak Jelas

Muhajir Juli
18/01/2021

Dian Saputra. Mahasiswa asal Singkil.
MAHASISWA MENULIS

Catatan Kecil tentang Singkil

Redaksi aceHTrend
17/01/2021

aceHTrend.com
Daerah

Gas dan Lumpur Menyembur Setinggi 6 Meter, Warga Ranto Peureulak Panik

Syafrizal
17/01/2021

Marzuki Yusuf. Ketua Ikatan Masyarakat Juli (Ikmali) Banda Aceh. Foto/aceHTrend/Muhajir Juli.

Pengurus Ikatan Masyarakat Juli di Banda Aceh Gelar Maulid

Muhajir Juli
17/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.