• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Ganja Aceh, dari Kuliner Hingga Penyalahgunaan

Muhajir JuliMuhajir Juli
Rabu, 25/09/2019 - 19:37 WIB
di LIFE STYLE, Sisi Lain
A A
Ganja.

Ganja.

Share on FacebookShare on Twitter

Pada sebuah pertemuan di salah satu kota di Pulau Jawa, seorang pemateri bercanda bila Aceh adalah pusatnya ganja Nusantara. Saya yang hadir di pertemuan tersebut, segera ambil microphone. Saya mengklarifikasi bila ganja bukan tanaman yang digemari oleh semua orang Aceh. Bukan juga penopang ekonomi melalui jalur black market.

Aceh seringkali dikaitkan dengan ganja. Dalam banyak pertemuan, seringkali orang luar bertanya kepada saya tentang jenis ganja terbaik. Mereka juga sering mengatakan bila berkesempatan datang ke Aceh, ingin menikmati mie Aceh dengan campuran ganja. Ingin meneguk kopi Aceh yang diseduh dengan campuran biji ganja. Bahkan ada yang ingin makan kuah beulangong yang bumbunya ditambah dengan serbuk biji ganja.

Saya tidak mengetahui asal muasal kekeliruan orang luar terhadap ganja dan Aceh. Karena sepanjang pengetahuan saya, ganja dipergunakan dengan sangat terbatas. Dulu, ganja digunakan sebagai tanaman anti hama, yang ditanam di perkebunan cabai. Juga ada cerita bila biji ganja ditaruh dalam kuah sop, untuk mempercepat pengempukan urat dan bagian tulang yang bisa dikonsumsi.

Di “dunia hitam” ganja seringkali dipergunakan sebagai campuran rokok filter. Tujuannya untuk mendapatkan sensasi mabuk. Juga dicampur dengan dodol, tujuannya juga sama, untuk mendapatkan sensasi hoyong. Tapi, pengunaanya sangat terbatas dan sembari sembunyi-sembunyi. Di kalangan agamawan, timbul dua friksi, ada yang mengharamkan, ada yang menghalalkan untuk penggunaan tertentu. Tapi, semua sepakat bila konsumsi ganja untuk mendapatkan sensasi mabuk, haram.

BACAAN LAINNYA

Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Humas Polda Aceh Benarkan Penangkapan Dua Terduga Teroris di Langsa

22/01/2021 - 20:35 WIB
Kajati Aceh Dr Drs Muhammad Yusuf SH MH didampingi oleh Kajari Pidie Jaya Mukhzan SH MH menerima Dr. M. Gaussyah, SH MH.

Fakultas Hukum USK Apresiasi Kinerja Kejati Aceh Dalam Mengusut Kasus Korupsi

22/01/2021 - 19:36 WIB
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Diduga Teroris, Satu PNS Diringkus Densus 88 di Langsa

22/01/2021 - 19:17 WIB
Dekan terpilih Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (USK) Dr. M. Gaussyah, SH MH berkunjung ke Kejaksaan Tinggi Aceh, di Ruang Kerja Kajati Aceh, Banda Aceh, Jumat (22/01/21)./FOTO/aceHTrend.

Kajati Aceh Sampaikan Gagasan Lembaga Pemasyarakatan Dengan Konsep Syariah Di Aceh

22/01/2021 - 18:02 WIB

Dikutip dari situs www.lgn.or.id, sejarawan Aceh H. Rusdi Sufi mengatakan asal muasal ganja Aceh dibawa ke Aceh oleh para pelaut Eropa. Pendapat tersebut saat ini mendominasi opini publik terutama di media-media sosial. Sementara ada pihak yang lain yang meyakini pendapat bahwa ganja adalah tanaman asli Aceh.

Masih mengutip Rusdi, ada banyak versi yang mengatakan bahwa bangsa Aceh telah sejak sangat lampau memanfaatkan ganja sebagai bumbu masakan maupun sebagai obat. Kemudian berkembang cerita bahwa dalam rangka persaingan dagang dan politik antara kerajaan Belanda dan Portugis di wilayah Kesultanan Aceh.

Maka konon ceritanya orang-orang Belanda meminta supaya diberikan ganja di dalam bumbu masakan yang akan dihidangkan kepada orang-orang Portugis. Akibatnya setelah mengkonsumsi hidangan yang mengandung ganja tersebut orang-orang Portugis merasa nyaman dan tertidur. Saat itulah kemudian Belanda dapat mengalahkan saingan mereka itu.

Jejak Budaya Ganja Aceh

Tarmizi A Hamid yang akrab disapa Cek Midi, seorang kolektor manuskrip kuno di Aceh. Dalam Kitab Tajulmuluk, sebuah manuskrip kuno yang dimilikinya, ganja memang sudah menjadi komoditi penting untuk menyajikan masakan yang lezat masa kerajaan Aceh dulu. Zaman dulu, tanaman ganja bahkan menjadi penghias di halaman rumah. Tanaman ini tumbuh di mana saja, bahkan menjadi tumpang sari untuk berbagai tanaman di perkebunan.

Mengapa pada zaman dulu ganja kerap digunakan pada makanan? Cek Midi ternyata memiliki penilaian sendiri. Dari literatur manuskrip kuno yang dia temukan, selain untuk penyedap rasa. Ganja juga digunakan untuk bahan pengawet makan yang alami, tanpa tercampur dengan zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan.

“Selain penyedap rasa, dulu juga dipergunakan untuk anti basi makanan,” kata Cek Midi kepada merdeka.com.

Masih kepada merdeka.com, Tarmizi menjelaskan, secara budaya, masyarakat Aceh dulu memang telah lama mengonsumsi ganja untuk hal positif. Bukan penggunaan yang negatif seperti saat ini dijadikan rokok yang bisa memabukkan. Anak-anak muda masa kini, sebutnya, telah menyalahgunakan tumbuhan ‘ajaib’ yang tumbuh subur di Serambi Makkah. Padahal, beberapa Negara di Eropa, ganja bisa menjadi komoditi yang produktif, untuk dijadikan berbagai pengobatan dan produk alternatif lainnya.

Sejak beberapa abad lalu, penggunaan ganja di Aceh juga untuk kepentingan positif. Masa kerajaan dulu, nyaris tidak ditemukan penyalahgunaan tanaman yang diharamkan pemerintah saat ini.

Ganja dipercaya sejak dulu oleh masyarakat Aceh bisa menjadi pengobatan alternatif. Diyakini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit yang diderita oleh masyarakat, seperti rematik, asam urat, obat penambah stamina dan juga sejumlah pengobatan lainnya.

“Obat bius, rematik itu sangat bagus. Dulu memang dijadikan obat,” terangnya.

Pada era 1970-an dulu tanaman ganja mudah ditemukan di halaman rumah warga Aceh. Tanaman marijuana ini ditanam bukan untuk dijadikan rokok atau disalahgunakan oleh masyarakat kala itu. Akan tetapi, selain untuk penghias di depan rumah.

Tanaman ini juga dijadikan bahan dasar bumbu masak oleh ibu-ibu rumah tangga. Bumbu masak ini tentunya tidak mengandung zat kimia seperti decade sekarang melalui penyedap rasa instan tersedia di pasar.

Penggunaan ganja sebagai bumbu masak pun tidak berlebihan. Hanya secukupnya untuk penyedap atau agar daging yang dimasak bisa lebih cepat matang. Karena masakan daging ada dicampur sedikit biji ganja akan mempermudah lunak daging, sehingga lezat untuk disantap.

Penyalahgunaan Ganja

Era 90-an, merupakan titimangsa ketika ganja mulai masuk ke dalam ranah penyalagunaan oleh anak muda. Ganja dipergunakan sebagai pengganti rokok, atau ikut dicampur ke dalam rokok. Tujuannya untuk mendapatkan efek fly.

Pada malam pesta pernikahan, secara diam-diam, tuan rumah, yang diwakili oleh anak lelaki dewasa pemilik hajatan, harus menyediakan ganja yang akan disajikan kepada anak-anak muda yang meramaikan malam pesta.

Biasanya, setelah tetamu umum pulang ke rumah masing-masing, anak-anak muda itu akan mulai ritual pergaulannya itu, menghisap rokok bercampur daun ganja yang sudah dilumat dengan tangan. Ritual nge-fly tersebut dibarengi dengan dentuman musik.

Era tersebut, pantas disebut sebagai era kegelapan pergaulan, remaja putra hingga dewasa–secara terbatas– menjadikan ganja sebagai gaya hidup. Bila seseorang belum menghisap ganja, maka belum dianggap dewasa dan tidak akan diterima di dalam komunitas. Nyaris semua kampung memiliki kelompok pemuda yang menjadikan ganja sebagai simbol kedewasaan.

Maka tidak heran, perkebunan ganja muncul secara merata di berbagai wilayah di Aceh. Baik yang ditanam jauh di pegunungan, maupun yang ditanam di kebun-kebun pinang. Ada pula yang nekat menanamnya di dalam polibag dan ditaruh di kamar mandi di belakang rumah.

Akan tetapi, setelah damai terajut di Aceh, generasi muda Aceh, tidak lagi menjadikan ganja sebagai lambang pergaulan. Mereka mulai bergeser ke sabu-sabu.

Saya sering mendengar pernyataan “ngeganja sudah ketinggalam zaman.”

Tag: #Headlineganja Aceh
ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

7 Fraksi DPRA Tolak Kenaikan TPK Sekda Cs

Selanjutnya

APBA Tahun 2020 Senilai Rp17,2 Triliun Disahkan

BACAAN LAINNYA

Ilustrasi
LIFE STYLE

Kenaikan Listrik Selama WFH Bisa Ditekan, Begini Caranya

Jumat, 22/01/2021 - 10:06 WIB
Safrizal dan Siti Hilmi Amirulloh @ist
LIFE STYLE

Luncurkan Produk Terbaru, Yalsa Boutique Siap Kuasai Pasar Busana Muslim

Kamis, 21/01/2021 - 19:00 WIB
aceHTrend/Masrian Mizani
Kampus

Mahasiswa STKIP Muhammadiyah Abdya Galang Dana untuk Korban Gempa Sulbar 

Kamis, 21/01/2021 - 18:33 WIB
Marzuki Yusuf. Ketua Ikatan Masyarakat Juli (Ikmali) Banda Aceh. Foto/aceHTrend/Muhajir Juli.

Pengurus Ikatan Masyarakat Juli di Banda Aceh Gelar Maulid

Minggu, 17/01/2021 - 19:46 WIB
Ustad Asrul Maidi, Lc. Foto/aceHTrend/Muhajir Juli.
Komunitas

Ustad Masrul Aidi, Lc: Menikah di Rumah Lebih Berkah

Minggu, 17/01/2021 - 16:38 WIB
Syeh Ali Jaber. Foto/Ist.

Sempat Membaik, Syeh Ali Jaber Berpulang ke Hadirat Ilahi

Kamis, 14/01/2021 - 10:27 WIB
Delsy Ronnie (Kelima dari kiri) dan Rektor Umuslim (ketiga dari kanan) saat pertemuan di Umuslim, Rabu (6/1/2021). Foto/aceHTrend/Muhajir Juli.

Bertandang ke Umuslim, Nonviolent Peaceforce Komit Bangun Kerjasama

Jumat, 08/01/2021 - 16:28 WIB
Ilustrasi @lokadata
LIFE STYLE

Studi: ‘Hormon Cinta’ Bantu Jaga Tulang Kuat Hingga Tua

Senin, 04/01/2021 - 11:19 WIB
Pendiri RUMAN Aceh, Ahmad Arif, menerima hadiah buku dari Dr. Nurkhalis Mukhtar LC., MA.
LIFE STYLE

RUMAN Aceh Terima Donasi Buku dari Tiga Akademisi

Sabtu, 02/01/2021 - 10:19 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
@aceHTrend/Taufan Mustafa

APBA Tahun 2020 Senilai Rp17,2 Triliun Disahkan

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • aceHTrend.com

    Siswa dari Pesantren Tradisional yang Tidak Memiliki NISN Terancam Dikeluarkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seorang Ayah di Aceh Utara Dilaporkan ke Polisi karena Memukul Anaknya dengan Sapu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diduga Teroris, Satu PNS Diringkus Densus 88 di Langsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Humas Polda Aceh Benarkan Penangkapan Dua Terduga Teroris di Langsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dinkes Banda Aceh Buka Penerimaan Tenaga Kontrak, Ini Syaratnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

aceHTrend.com
Banda Aceh

Sosialisasi Pajak Dengan Cara Unik, BPKK Banda Aceh Dapat Apresiasi Warga

Redaksi aceHTrend
23/01/2021

Bupati Akmal Ibrahim (tengah) bersama dengan Sekda Thamrin (kiri), Direktur RSUD Teungku Peukan Ismail Muhammad (dua diri kiri) dan para tenaga medis saat mengecek alat pemecah bantu ginjal di ruangan operasi. @aceHTrend/Masrian Mizani
BERITA

Akmal Ibrahim: RSUD Teungku Peukan Boleh Kalah Dengan Status, Tapi Tidak dengan Kualitas

Masrian Mizani
22/01/2021

Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)
Hukum

Humas Polda Aceh Benarkan Penangkapan Dua Terduga Teroris di Langsa

Syafrizal
22/01/2021

pria berinisial A (48) asal Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara yang dilaporkan ke polisi karena memukul anaknya
BERITA

Seorang Ayah di Aceh Utara Dilaporkan ke Polisi karena Memukul Anaknya dengan Sapu

Mulyadi Pasee
22/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.