• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Demonstrasi

Redaksi aceHTrendRedaksi aceHTrend
Senin, 30/09/2019 - 20:09 WIB
di Kolom, Oase by Bung Alkaf, OPINI
A A
aceHTrend.com
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Bung Alkaf

Aksi unjuk rasa, yang digerakkan oleh mahasiswa beberapa hari terakhir – dan masih akan berlanjut di hari-hari ke depannya –memiliki dua dimensi, yaitu moral dan politik. Dua dimensi itu kemudian, diletakkan harus dalam beberapa konteks. Pertama, tentu saja, kegaduhan politik yang dimulai sejak tahun 2014. Ada pembelahan yang sangat terang benderang, antara dua kelompok. Keduanya saling bersahut. Memekakkan telinga. Kedua, kritikan demi kritikan rezim sipil Jokowi, yang memulai dengan optimisme namun di akhir disambut dengan pesimisme di akhir kepemimpinannya.

Namun, Jokowi, kembali memenangkan perlehatan Pilpres secara sah. Dia akan dilantikan menjadi presiden lima tahun berikutnya. Jokowi kini, berada dalam desakan publik, terutama berkenaan dengan revisi UU KPK, dan beberapa rancangan lainnya, seperti KUHP, yang dipersepsikan memiliki masalah besar dalam konteks kehidupan modern. Ketiga, tentang dinamika gerakan mahasiswa yang terbentuk pasca rezim Suharto yang tidak imun dari kepentingan partai politik.
Satu hal yang sebenarnya tidak asing dalam tradisi politik Indonesia, terutama sejak era demokrasi liberal, dimana pertautan keduanya, antara mahasiswa dan partai politik, itu terang benderang.

Konteks di atas penting untuk menguji mahasiswa sebenar-benar sebagai gerakan moral. Yaitu sebuah gerakan yang hadir untuk memperjuangkan kehendak rakyat. Namun, apa yang menjadi ukuran, bahwa sebuah aksi massa yang digerakkan adalah benar-benar sebagai pembelaan kepada rakyat? Apakah kita tidak boleh curiga dengan kepentingan politik yang disusupkan. Jawaban yang paling tepat atas pertanyaan itu adalah gagasan dan konsepsi, yang menjadi agenda tuntutan gerakan mahasiswa, sebagai penanda. Bukan yang lain.

BACAAN LAINNYA

Ilustrasi perokok. Foto/Anadolu Agency.

Vaksin Covid-19 Tidak bekerja Maksimal di Tubuh Perokok dan Peminum Alkohol

24/01/2021 - 16:26 WIB
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

ASN yang Diamankan oleh Densus 88 Merupakan Bendahara MAA Aceh Timur

23/01/2021 - 12:07 WIB
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Humas Polda Aceh Benarkan Penangkapan Dua Terduga Teroris di Langsa

22/01/2021 - 20:35 WIB
Kajati Aceh Dr Drs Muhammad Yusuf SH MH didampingi oleh Kajari Pidie Jaya Mukhzan SH MH menerima Dr. M. Gaussyah, SH MH.

Fakultas Hukum USK Apresiasi Kinerja Kejati Aceh Dalam Mengusut Kasus Korupsi

22/01/2021 - 19:36 WIB

Hal demikian yang harusnya terlihat dari demonstrasi demi demonstrasi tahun 2019 ini. Dengan memunculkan tuntutan agar pengelola negara untuk kembali kepada jalannya reformasi. Tidak mencla-mencle. Lalu, muncullah tuntutan menyelamatkan KPK dari pelemahan, meminta pembatalan UU yang mengekang kebebasan sipil, menghentikan kekerasan di Papua, menyelesaikan persoalan pembakaran hutan dan normalisasi peran militer.

Namun masalahnya muncul di sini, apakah gerakan moral nantinya akan berganti haluan menjadi gerakan politik, ketika tuntutan itu tidak semuanya kabulkan. Lalu apakah gerakan politik yang diusung mahasiswa itu nanti– hal yang sebenarnya dikriyik oleh Daoed Joesoef, menjadi hulu ledak di atas panggung politik Indonesia.

Pertanyaan demikian, perlu diapungkan, karena rentetan peristiwa sejarah politik Indonesia kontemporer, hampir-hampir, menuliskan narasi yang sama: perubahan yang awal mula digerakkan oleh mahasiswa, kemudian dibajak. Gerakan mahasiswa dan pemuda selalu tersungkur di kaki elit, entah itu sipil maupun militer.

Pengecualian pada Proklamasi kemerdekaan, yang juga saling menghadap-hadapkan golongan tua dan golongan muda, peristiwa politik lain menegaskan narasi pembajakan itu.

Setelah Tritura, berlanjut dengan desakan demi desakan oleh mahasiswa, yang berakhir pada pergantian kepemimpinan nasional. Mahasiswa lalu berada di luar perubahan yang didorongnya – walaupun ada juga yang mengikuti arus perubahan itu. Lalu, di tahun 1998, setelah setahun sebelumnya struktur ekonomi nasional luluh lantak oleh krisis, mahasiswa kembali bergerak. Tidak hanya menuntut perekonomian diperbaiki seperti semula, namun lebih dari itu, ada perubahan besar yang harus diwujudkan, yaitu menjadi negara demokratis. Satu tuntutan yang tidak mungkin dikabulkan oleh penguasa rezim, yang berujung kepada pergantian kepemimpinan nasional. Lagi-lagi, reformasi itu dibajak, bahkan oleh orang-orang yang dahulunya di lingkaran rezim lama. Mereka, malah ikut bersorak-sorai kegirangan, dan ikut menumpang kapal reformasi itu. Pengalaman yang kurang lebih sama terjadi di Aceh, ketika perubahan politik diakukan oleh desakan besar mahasiswa, akhirnya juga, dibajak oleh elit, politisi dan kelompok berbedil baik yang kota maupun di hutan.

Lalu,ke mana hiruk pikuk 2019 akan berlabuh, apakah tuntutan hanya berhenti kepada desakan agar reformasi dikembalikan ke relnya, dengan tekanan dari luar mekanisme prosedural. Atau, seperti rentetan peristiwa di atas, bergerak menjadi gerakan politik.

Namun, kita harus kembali mengetengahkan konteks dalam laku politik. Konteks yang diperlukan untuk menjadikan segala dinamika politik ini, tidak malah mengombang-ambing apa yang sudah nyata baik. Konteks yang dimaksud adalah wajah Indonesia setelah Pilpres 2014, dan ditambah keriuhan pada Pemilu lima tahun setelahnya, hampir-hampir, bangsa ini kehilangan, kepada siapa legitimasi moral kita letakkan. Hampir semua, apapun golongannya, adalah bagian dari keterbelahan yang semakin menganga.

Walau demikian, kita tetap harus memiliki pegangan, untuk memastikan negara ini tetap bisa berjalan ke depan. Pegangan itu adalah demokrasi. Tepatnya, prosedur demokrasi, dengan segala turunan, dengan prinsip dasarnya, konsensus.

Mengabaikan hal demikian, apalagi dengan membajak jalannya demokrasi, maka kita harus membayar itu, bahkan dengan sangat mahal.

Tag: #HeadlinedemonstrasiGerakan mahasiswa
Share60TweetPinKirim
Sebelumnya

Jadi Sektor Basis, KEK Arun dan KIA Ladong Berpotensi Gerakkan Ekonomi Warga

Selanjutnya

Demo UU Bermasalah, HMI Lhokseumawe Beri Tenggat Seminggu bagi Dewan

BACAAN LAINNYA

Ahmadi M. Isa.
Celoteh

Generasi Muda Aceh Harus ‘Divaksin’

Kamis, 21/01/2021 - 09:40 WIB
Mukhlis Puna
OPINI

Asal Mula Siswa Berkarakter Berawal dari Guru

Rabu, 20/01/2021 - 11:46 WIB
Ahmad Humam Hamid, Guru Besar Unsyiah.
OPINI

LMC (76): Orang Tua dan Covid-19: Kenapa Harus Serius?

Selasa, 19/01/2021 - 18:48 WIB
Bendera Pemerintah Otonomi Bangsamoro. Foto?ist.
Jambo Muhajir

Jalan Tengah untuk Bendera Aceh

Selasa, 19/01/2021 - 16:03 WIB
aceHTrend.com
OPINI

Digitalisasi di Sekolah, Burukkah?

Senin, 18/01/2021 - 10:52 WIB
Sadri Ondang Jaya. Foto/Ist.

Sadri Ondang Jaya dan Singkel

Sabtu, 16/01/2021 - 23:47 WIB
Ilustrasdi dikutip dari website seni.co.id.
Jambo Muhajir

Kolom: Pelacur

Kamis, 14/01/2021 - 18:47 WIB
Fitriadi.
Artikel

Sekolah Butuh Pemimpin atau Pimpinan?

Rabu, 13/01/2021 - 09:26 WIB
Ilustrasi tewasnya Abrahah dan pasukan gajahnya saat akan menghancurkan Ka'bah / kicknews.today
Pandemi, Sejarah, dan Kebijakan

LMC (75): Era Islam Klasik, Wabah, dan Peradaban

Selasa, 12/01/2021 - 11:16 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
@aceHTrend/Mulyadi Pasee

Demo UU Bermasalah, HMI Lhokseumawe Beri Tenggat Seminggu bagi Dewan

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Ilustrasi perokok. Foto/Anadolu Agency.

    Vaksin Covid-19 Tidak bekerja Maksimal di Tubuh Perokok dan Peminum Alkohol

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ASN yang Diamankan oleh Densus 88 Merupakan Bendahara MAA Aceh Timur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pelajar Asal Aceh Tamiang Meninggal Dunia karena Kecelakaan di Langsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammad Nizam Asal Aceh Timur Terpilih sebagai Ketua IKAMAPA Bogor

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terduga Teroris yang Ditangkap di Aceh Diduga Terlibat Pengeboman di Polrestabes Medan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Safrizal dan Siti Hilmi Amirulloh, pemilik Yalsa Boutique.
LIFE STYLE

Luncurkan Produk Busana Muslim, Yalsa Boutique Optimis Diterima Pasar

Redaksi aceHTrend
24/01/2021

Ilustrasi
BERITA

Pelajar Asal Aceh Tamiang Meninggal Dunia karena Kecelakaan di Langsa

Syafrizal
24/01/2021

Nadya Ulfa
BUDAYA

Puisi-Puisi Nadya Ulfa

Redaksi aceHTrend
24/01/2021

Ilustrasi perokok. Foto/Anadolu Agency.

Vaksin Covid-19 Tidak bekerja Maksimal di Tubuh Perokok dan Peminum Alkohol

Redaksi aceHTrend
24/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.