ACEHTREND.COM, Banda Aceh – Sebanyak 575 anggota DPR RI telah resmi dilantik di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa (1/10/2019). Politisi PDI Perjuangan, Puan Maharani dipercaya sebagai Ketua DPR RI Periode 2019-2024. Perempuan pertama yang menduduki posisi tertinggi sebagai wakil rakyat tersebut.
Terpilihnya Puan sebagai Ketua DPR RI, dinilai membawa angin segar bagi kaum perempuan terhadap kebijakan dan keputusan yang dibuat oleh DPR nantinya. Walaupun sebagian orang ada juga yang meragukan dan terkejut dengan terpilihnya Puan sebagai ketua DPR, tapi tidak untuk masyarakat Aceh yang sudah biasa dengan hadirnya perempuan sebagai pemimpin.
Deretan pemimpin perempuan di Aceh seperti Nahrasiyah yang memimpin Kerajaan Samudera Pasai dan Sultanah Safiatuddin yang memerintah Kesultanan Aceh Darussalam, hingga Keumala Hayati Sang Laksamana, bahkan permaisuri Sultan Iskandar Muda yaitu Putroe Phang turut andil memberi saran agar dibentuknya sebuah majelis untuk membuat undang-undang. Sehingga disebutlah dalam hadih madja “qanun bak Putroe Phang” karena Putroe Phang yang mengusulkan terbentuknya majelis tersebut.
Sebelumnya, di Aceh juga hadir sosok perempuan sebagai Wali Kota Banda Aceh. Mereka semua dinilai mampu menjalankan kepemimpinannya dengan baik. Namun, bagaimana dengan sosok Puan di Senayan sana? Bagaimana pula harapan para perempuan Aceh terhadap anggota DPR RI periode sekarang? Berikut beberapa pesan dan harapan perempuan Aceh kepada Puan Maharani dan anggota DPR RI lainnya.
Salah satu perempuan Aceh, Maitanur, yang hadir dalam pelantikan anggota DPR RI di Jakarta mengatakan, tidak masalah bila pimpinan DPR seorang perempuan.
“Puan sosok yang humble dan memiliki garis keturunan politik yang bukan karbitan. Apalagi sebelumnya dia memang telah berpengalaman di lembaga tersebut. Hal ini merupakan perubahan tentunya bagi dunia legislasi. Perubahan yang dilakukan tentunya bukanlah pekerjaan satu orang, tapi tugas semua anggota legislasi,” kata perempuan yang bekerja di Dinas Pendidikan Aceh ini kepada aceHTrend, Kamis (3/10/2019).
Ia juga berharap agar semua wakil rakyat yang dilantik dapat memperjuangkan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi. Termasuk untuk kelompok-kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, perempuan dan anak, serta kaum miskin.
Lain lagi komentar dari seorang ibu rumah tangga, Ayu Cahyawati yang berharap Puan dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam membuat undang-undang dan benar-benar mewakili harapan rakyat.
“Bukan sekadar solusi receh semacam menyuruh rakyat untuk diet. Mungkin maksudnya Puan hanya bercanda, tapi sekelas Puan dia pernah mengatakan dulu ketika membagikan beras miskin dengan kalimat ‘jangan banyak-banyak makanlah. Diet sedikit tidak apa-apa’. Itu menurut saya lucu, sekelas menteri apalagi saat ini sebagai ketua DPR jangan sampai lagilah berkomentar dengan kalimat yang tidak mencerminkan empati dan nihil solusi,” keluhnya.
Kalimat yang pernah dilontarkan Puan itu, ternyata memberi bekas bagi seorang ibu rumah tangga. Kepada DPR yang dilantik, Ayu berpesan agar para anggota dewan amanah dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya.
Selain itu, dari kaum milenial yang notabenenya mahasiswa dan pekerja perempuan muda, juga mempunyai pesan kepada ketua dan anggota DPR periode ini. Seperti pesan Maitanur, Refasesa berharap agar aspirasi perempuan lebih dipertimbangkan dalam mengambil keputusan.
“Puan Maharani tentu tahu apa yang menjadi keluhan dan kebutuhan perempuan Indonesia yang belum dirangkul dan dipenuhi oleh pemerintah. Semoga tidak ada lagi kebijakan pemerintah yang memberatkan perempuan baik dalam kasus sosial maupun finansial,” ujar mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unsyiah itu, Kamis (3/10/2019).
Untuk wakil rakyat yang terpilih ia berharap agar keputusan dan kebijakan yang dibuat DPR hendaklah menyejahterakan rakyat, bukan sebaliknya. “Semoga lima tahun ke depan tidak ada lagi undang-undang yang bersifat represif yang menimbulkan polemik di masyarakat. Jadilah pendengar yang baik, bisa jadi ilmu kami (rakyat) tak lebih tinggi dari saudara sekalian. Namun, jika sewaktu-waktu kami merasa keberatan dengan kebijakan mengekang yang dibuat, tidak ada salahnya mendengarkan kami dan mempertimbangkan itu,” pesan perempuan yang juga ikut turun demo ke DPRA beberapa waktu yang lalu.
Hal senada juga disampaikan oleh Ismi Laila Wisudana, agar para anggota dewan benar-benar peka terhadap segala sisi yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. “Menjadi wakil rakyat berarti telah siap menjadi tempat curhatnya rakyat. Meng-update diri untuk bisa lebih paham terhadap tugas yang diemban sebagai anggota dewan. Kalau bisa munculkan kembali stigma positif sebagai anggota dewan, mengingat belakangan ini stigma negatif semakin banyak terdengar di masyarakat. Seperti ketahuan tidur di saat rapat, kasus korupsi masal anggota dewan di suatu daerah dan hal-hal lain yang memperkuat stigma negatif tersebut,” kata perempuan yang bekerja sebagai dokter di Tirta Medikal Klinik, Aceh Besar ini saat dihubungi aceHTrend di hari yang sama.
Terpilihnya Puan Maharani sebagai ketua DPR RI memberi harapan besar bagi para pekerja perempuan agar dapat membuat gebrakan dan perubahan besar yang lebih mempertimbangkan kebutuhan perempuan.
“Saya sangat mengharapkan di setiap lapangan pekerjaan di Indonesia lebih ramah kepada anak-anak. Ibu pekerja tidak perlu khawatir untuk meninggalkan anak–anaknya di rumah atau di tempat penitipan anak. Ibu pekerja tetap bisa membawa anak-anak ke tempat kerja sehingga anak-anak tidak kekurangan kasih sayang dari ibu bapaknya. Bahkan kalau bisa di masa Puan menjabat, beliau dapat mengizinkan anak di bawa ke ruang sidang atau rapat. Di ruang kuliah, seorang ibu bisa membawa anaknya saat perkuliahan dan lingkungan sekitar mau menerima dan membantunya. Ayolah, kita bukan negara pertama yang melakukan ini, di beberapa negara sudah menerapkan dan kita pun bisa melakukannya,” ungkap Ismi.
Terakhir, Ismi juga berpesan agar ketua dan anggota DPR bisa membuat undang-undang yang menyusun mengenai cuti libur para ibu pekerja yang dibuat lebih panjang sampai enam bulan. Menurut pengalaman Ismi, seorang bayi tidak cukup siap ditinggalkan ibunya bekerja saat masih usia tiga bulan, jadi butuh waktu lebih panjang agar anak siap menerima bila ditinggalkan ibunya bekerja.
Itulah pesan perempuan Aceh kepada Puan dan anggota DPR RI yang terpilih untuk periode ini. Meskipun tidak bisa diwujudkan semuanya, paling tidak saran dan pesan mereka dapat mewakili seluruh perempuan Indonesia yang menginginkan hidup sejahtera di negara yang sudah lama merdeka.[]
Editor : Ihan Nurdin
