ACEHTREND.COM, Blangpidie – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Aceh Barat Daya (Abdya) memperingati milad Muhammadiyah ke-107 dengan tema “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.
Kegiatan tersebut diwarnai dengan tiga agenda, yaitu Baitul Arqam Muhammadiyah, Muzakarah Dinamika Dakwah Muhammadyah, dan Milad Muhammadiyah ke–107 serta menghadirkan, Prof. Dr. H. Aliyasa’ Abubakar, MA perwakilan Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Aceh sebagai pemateri.
Acara yang dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Abdya, Muslizar MT, Dandim 0110/Abdya, M. Ridha Has, Ketua MPU Abdya, Tgk. Dahlan dan seluruh warga Muhammadiyah tersebut, berlangsung di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah Masjid At-Taqwa Blangpidie, Kabupaten Abdya, Minggu (17/11/2019).
Dalam laporannya, ketua panitia pelaksana, Afdhal Jihad mengatakan, kegiatan milad Muhammadiyah dilaksanakan dalam setahun sekali sebagai bentuk refleksi perjalanan organisasi Muhammadiyah yang terus berkiprah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Untuk tahun ini kegiatan milad Muhammadiyah kita laksanakan selama dua hari berturut-turut. Di hari pertama kita melaksanakan perkaderan Baitul Arqam untuk seluruh dosen dan karyawan yang ada di Lembaga Amal Usaha Muhammadiyah. Kemudian untuk hari ini baru kita laksanakan kegiatan puncak berupa muzakarah yang dikuti oleh seluruh warga Muhammadiyah di Abdya,” ungkap Afdhal Jihad.
Sementara itu, Ketua PDM Abdya, Ir. Mismaruddin Mahdi, dalam sambutannya menerangkan, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sekaligus kekuatan nasional sejak awal berdirinya pada tahun 1912 sampai saat ini telah berjuang dalam pergerakan kemerdekaan. Saat itu, kata Mismaruddin, para tokoh Muhammadiyah terlibat aktif dalam mendirikan NKRI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
“Para pendiri republik ini sungguh bijaksana, karena mereka telah merumuskan salah satu tugas utama pemerintahan Indonesia, yaitu mencerdasakan kehidupan bangsa. Maka kata cerdas itu artinya sempurna perkembangan akal budinya untuk berpikir, mengerti, dan tanjam pikiran, serta sempurna pertumbuhan tubuhnya menjadi sehat dan kuat,” ujarnya.
Sepanjang gerakannya, sambung Mismaruddin, Muhammadiyah memiliki komitmen dan tanggung jawab tinggi untuk memajukan kehidupan bangsa dan negara sebagaimana yang diicita-citkan pendiri bangsa.
“Para tokoh Muhammdiyah seperti K.H Ahmd Dahlan, K.H. Mas Mansyur dan pemimpin–pemimpin lainnya tela turut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan dan menjadi bagian penting yang berperan aktif dalam meletakkan pondasi negara republik Indonesia,” papar Mismaruddin.
Sejak awal pergerakannya, kata Mismaruddin, pendiri Muhammadiyah senantiasa berorientasi pada sikap dan gagasan yang berkemajuan. Sebab, Muhammadiyah sungguh-sungguh percaya bahwa Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan (din al-hadlarah) yang diturunkan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan dan membawa rahmat bagi semesta alam.
“Maka Muhammadiyah dengan pandangan Islam berkemajuan senantiasa berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesian. Oleh karena itu, Muhammadiyah dan umat Islam merupakan bagian integral dari bangsa ini,” ujar Mismaruddin.
Kemudian, lanjutnya, setelah Indonesia merdeka dan hingga periode pemerintahan reformasi, pengabdian Muhammadiyah terhadap bangsa dan negara tersu berlanjut. Khidmat kebangsaan ini didorong oleh keinginan yang kuat agar Indonesia mampu melangkah ke depan, sejalan dengan cita-cita kemerdekaan.
“Karenanya, sebagai bentuk komitmen moral dan tanggung jawab kesejarahan yang melekat dalam jiwa pergerakan, serta didorong oleh kehendak untuk mewujudkan cita-cita nasional, Muhammadiyah merumuskan pandangan atau pemikiran dasar mengenai Indonesia berkemajuan yang mungkin dicapai melalui rekontruksi kehidupan kebangsaan yang bermakna,” tuturnya.
Artinya, kata Mismaruddin, kemajuan Indonesia itu bukan hanya fisik dan lahiriah semata, tetapi harus disertai nilai-nilai bermakna yang bersumber pada agama, pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa.
“Ketika Indonesia harus memfokuskan diri pada pengembangan sumber daya manusia guna memasuki era revolusi industri 4.0 yang penuh tantanan dan kompetisi, maka keberadaan dan peran Muhammadiyah dengan lemabaga penidikannya yang besar dan berkualitas sangatlah niscaya dan menentukan. Maka kehadiran Muhammadiyah bukan karena jumlah massa, tetapi karena kualitas dan modal strategis untuk kemajuan bangsa ditengah persaingan yang semakin kompotitif. Muhammadiyah baik dalam pemikiran maupun dunia nyata telah membuktikan dan terus bergerak secara luas dalam usaha mencerdaskan generasi bangsa, hingga di usia 107 tahun ini Muhammadiyah sangat diperlukan bagi masa depan menuju Indonesa berkemajuan,” pungkas Mismaruddin Mahdi.[]
Editor : Ihan Nurdin
Komentar