• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Belajar di Era 4.0: Tidak Melulu “High-Tech”

Redaksi aceHTrendRedaksi aceHTrend
Senin, 25/11/2019 - 09:02 WIB
di Kolom Aceh Institute, OPINI
A A
Saiful Akmal

Saiful Akmal

Share on FacebookShare on Twitter

Di era Revolusi Industri (RI) generasi 4.0, dunia bergerak ke arah yang semakin maju dalam semua aspek. Hal ini tentu memberi dampak masif ke dunia pendidikan yang harus menyiapkan kualitas sumber daya manusia terlatih dengan sangat baik, karena semuanya sekarang sudah berbasis daring, big data, transformasi digital (Ustundag & Cevikcan, 2017). Bukan hanya tujuan pendidikan, proses pembelajaran juga akan harus terus beradaptasi. Jika pendidik lambat menyesuaikan kemampuan, sikap serta keterampilan dalam memanfaatkan teknologi dalam pengajaran, dikhawatirkan dalam beberapa waktu ke depan profesi pendidik akan dengan mudah digantikan dengan kelas belajar daring, seperti Ruang Guru, Coursera, dan sejenisnya.

Namun demikian, di tengah disrupsi dunia pendidikan ini, ada pertanyaan yang lebih penting untuk dijawab selain terkait kesiapan kita untuk beradaptasi. Apakah ini memang sebuah hit atau hype? Sebagaimana yang dikhawatirkan oleh Drath & Horch (2014), jangan-jangan kita begitu reaksioner terhadap terminologi RI 4.0 yang pada akhirnya membuat kita latah dan tidak substansial. Padahal sebelumnya juga muncul istilah e-learning, yang kalau merujuk ke analisis Huba & Kozak (2016) bisa menjadi sekedar slogan overlap dengan RI 4.0.

Apabila kita kembali ke akar dari makna pendidikan, salah satu prinsip mendasar adalah bahwa pendidikan itu mengajar siswa, bukan mengajarkan materi. Konsekuensinya adalah bahwa hal pertama yang perlu dilakukan dengan baik adalah pengkondisian, bukan hanya atmosfer intelektual, tapi juga atmosfer sosial dan emosional di dalam kelas agar siswa siap menjadi pemelajar (Ambrose, dkk, 2010). Anggraeni (2018) percaya bahwa atmosfer kelas yang kondusif secara sosial dan semangat dialog sangatlah menentukan untuk keberlanjutan proses pendidikan. Dalam kelas berbasis e-learning, seorang pengajar perlu memastikan bahwa atmosfer kondusif tetap terbangun lewat berbagai cara seperti forum diskusi daring yang interaktif, maupun kehangatan dan empati pengajar yang disampaikan di video atau platform pengajaran (Junus dkk., 2015).

Selanjutnya, keberadaan RI 4.0 tidak seharusnya membuat proses belajar mengajar menjadi begitu searah. Namun sebaliknya, mengedepankan proses reflektif terus menerus antara pengajar dan pemelajar. Untuk itu umpan balik dan refleksi diri dan kelompok menjadi sangat krusial (Farrel, 2015). Semua kecanggihan teknologi harusnya memudahkan pengajar untuk mengeksplorasi banyak umpan balik dan pengalaman bermakna dari peserta didik (Hussin, 2018), misalnya dengan kuis dan evaluasi mahasiswa daring, analisis data forum diskusi, maupun instrumen daring lainnya.  Dengan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan pembelajaran, maka resistensi terhadap hal baru dapat diminimalisir (Dinkelman, 2009).

BACAAN LAINNYA

Ahmad Humam Hamid, Guru Besar Unsyiah.

LMC (76): Era Islam Klasik: Wabah dan Peradaban (II)

26/01/2021 - 12:44 WIB
Dian Guci

Tangan Jahil Kita, Monstera, dan Efek Kupu-Kupu

26/01/2021 - 09:56 WIB
Lelalu

MS Jantho Lanjutkan Sidang Lansia Perkosa Anak di Bawah Umur

26/01/2021 - 09:48 WIB
Kabid Humas Polda Aceh Kombes Pol Winardy, SH, SIK, M. Si, menunjukkan barang bukti yang diamankan dari terduga teroris, Sabtu (23/1/2021).

Terduga Teroris yang Ditangkap di Aceh, Mulai Pedagang Buah Hingga PNS

25/01/2021 - 14:52 WIB

Kemampuan berinteraksi sosial dalam bentuk penilaian bersama, atau kolaborasi proyek kelas juga dapat menjadi sebuah pengalaman berharga dalam pembelajaran.  Metode seperti ini adalah bagian dari evaluasi berkelanjutan yang bisa membantu peserta didik untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan mereka secara lebih alami, sekaligus memahami bagaimana menyelesaikannya melalui refleksi yang terus menerus sebagai bagian terpenting dari proses pembelajaran (Yorke, 2003). Praktik pedagogi semacam ini membutuhkan penguatan kebijaksanaan kolektif yang pada akhirnya, meski ini terdengar sedikit klasik, akan membantu peningkatan performa peserta didik (Walker & Angelo, 1998).

Lebih jauh lagi dalam konteks pendidikan tinggi RI 4.0 harus membawa lebih banyak makna dibandingkan pendidikan tradisional. Lewat metode pengajaran yang inovatif, pendidik dan calon pendidik merefleksikan kepada siswanya tentang perlunya respons yang tanggap terhadap perubahan teknologi dan secara cerdas terus berinisiatif tinggi dan kreatif dalam segala aspek kehidupan (Puncreobutr, 2016; Mason & Williams & Cranmer, 2009). Selain itu, pembelajaran cerdas (smart education), tidak melulu perkara penggunaan media belajar yang canggih, namun juga lebih bisa mendorong kemampuan pemelajar untuk membangun kemampuan metakognisi yang konstruktif. Berbekal materi pembelajaran yang dapat akses kapan saja di mana saja dan didukung dengan umpan balik yang kontinyu, sang pemelajar diharapkan dapat membangun kemampuannya menjadi pemelajar yang utuh.

Harapannya adalah, dalam era globalisasi dan disrupsi yang menjadi norma abad ini, pendidikan bisa menghasilkan manusia yang mampu berpikir kritis, mengubah pendidikan dan sekaligus memperbaiki hasil akhir (Horton-Deutsch & Sherwood, 2017). Pembelajaran bukanlah hanya upaya mencapai hasil akhir monodisipliner dengan mengabaikan proses. Namun, pada akhirnya, pendidikan, baik “konvensional” maupun “modern”, diukur berdasarkan kemandirian peserta didik dalam upaya memahami dan membangun pengetahuannya secara mandiri dan utuh. Mereka diharapkan mampu memperkuat kepercayaan diri,  nilai-nilai budaya dan pendekatan antar disiplin dalam menyelesaikan masalah (Howlett, Ferreira & Blomfield, 2016)

Singkatnya, pendidikan di era 4.0 memang menuntut kita untuk mengembangkan kemampuan individu agar kompetitif. Namun proses pendidikan yang demikian menuntut kita lebih kreatif dan pada saat yang sama lebih relevan secara sosial dan mampu mencari alternatif penyelesaian masalah secara lebih manusiawi dan bijaksana. Karena secanggih apapun teknologi yang terus berkembang dan saling menggantikan, itu semua dikendalikan oleh manusia. Dan manusia secara alami adalah makhluk sosial dan reflektif, oleh karenanya fokus belajar itu ada pada manusianya, pada cara mengajar manusianya, dan cara mereka menerima pembelajaran. Teknologi tinggi hanyalah salah satu media pembelajaran yang membantu, bukan yang utama.[]

Penulis adalah peneliti The Aceh Institute dan Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Editor : Ihan Nurdin

Tag: #Headlinehari guruopini acehtrendthe aceh institute
Share7TweetPinKirim
Sebelumnya

CIMB Syariah Bidik Bidik Industri Halal

Selanjutnya

Geuchik di Kecamatan Jeumpa dan Babahrot Abdya Studi Banding Tanpa Sepengetahuan Camat

BACAAN LAINNYA

Sadri Ondang Jaya
OPINI

Pelestarian Budaya Lokal Mengangkat Citra Daerah

Senin, 25/01/2021 - 12:46 WIB
Cut Fitri Yana
OPINI

Memaksimalkan Pembelajaran di Masa Pandemi

Senin, 25/01/2021 - 12:34 WIB
Ahmadi M. Isa.
Celoteh

Generasi Muda Aceh Harus ‘Divaksin’

Kamis, 21/01/2021 - 09:40 WIB
Mukhlis Puna
OPINI

Asal Mula Siswa Berkarakter Berawal dari Guru

Rabu, 20/01/2021 - 11:46 WIB
Ahmad Humam Hamid, Guru Besar Unsyiah.
OPINI

LMC (76): Orang Tua dan Covid-19: Kenapa Harus Serius?

Selasa, 19/01/2021 - 18:48 WIB
Bendera Pemerintah Otonomi Bangsamoro. Foto?ist.
Jambo Muhajir

Jalan Tengah untuk Bendera Aceh

Selasa, 19/01/2021 - 16:03 WIB
aceHTrend.com
OPINI

Digitalisasi di Sekolah, Burukkah?

Senin, 18/01/2021 - 10:52 WIB
Sadri Ondang Jaya. Foto/Ist.

Sadri Ondang Jaya dan Singkel

Sabtu, 16/01/2021 - 23:47 WIB
Ilustrasdi dikutip dari website seni.co.id.
Jambo Muhajir

Kolom: Pelacur

Kamis, 14/01/2021 - 18:47 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
Ilustrasi

Geuchik di Kecamatan Jeumpa dan Babahrot Abdya Studi Banding Tanpa Sepengetahuan Camat

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Ilustrasi perokok. Foto/Anadolu Agency.

    Vaksin Covid-19 Tidak bekerja Maksimal di Tubuh Perokok dan Peminum Alkohol

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pelajar Asal Aceh Tamiang Meninggal Dunia karena Kecelakaan di Langsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammad Nizam Asal Aceh Timur Terpilih sebagai Ketua IKAMAPA Bogor

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terduga Teroris yang Ditangkap di Aceh, Mulai Pedagang Buah Hingga PNS

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Kaum Muda dalam Perubahan Sosial

    3 shares
    Share 3 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Cut Hasnah @aceHTrend/Masrian Mizani
BERITA

Pemkab Abdya Galang Donasi untuk Korban Gempa Sulawesi Barat

Masrian Mizani
26/01/2021

Ahmad Humam Hamid, Guru Besar Unsyiah.
OPINI

LMC (76): Era Islam Klasik: Wabah dan Peradaban (II)

Redaksi aceHTrend
26/01/2021

Dua residivis narkoba dan barang bukti saat diamankan di Polres Langsa, Senin (25/1/2021).
BERITA

Polisi Ringkus Dua Residivis Narkoba karena Kembali Edarkan Sabu

Syafrizal
26/01/2021

Ilustrasi fogging
BERITA

Populasi Nyamuk Banyak, Warga Minta Pemkab Aceh Singkil Lakukan Fogging

Sadri Ondang Jaya
26/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.