ACEHTREND.COM, Lhoksukon – Ratusan karyawan perusahaan PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) berlarian keluar kantor untuk menyelamatkan diri ke masjid saat terjadi bencana berbarengan antara bencana alam berupa gempa bumi dan tsunami, serta bencana industri berupa bocornya gas amonia.
Sejumlah ambulans dan mobil evakuasi berlalu-lalang di kawasan perusahaan untuk menyelamatkan korban yang ada di dalam pabrik. Sekitar 14 karyawan mengalami luka-luka dan berjatuhan terpaksa dilarikan ke RS Prima Inti Medika (PIM) akibat tertimpa benda dan terhirup gas amonia.
Peristiwa itu terjadi dalam simulasi tanggap darurat tahun 2019 yang dilakukan PT PIM di Aceh Utara, Jumat pagi (20/12/2019).
Manajer Hubungan Masyarakat (Humas) PT Pupuk Iskandar Muda, Nasrun, kepada aceHTrend mengatakan simulasi itu untuk melatih seluruh petugas evakuasi dan memberi pemahaman kepada karyawan maupun warga, menghadapi situasi saat terjadi bencana alam gempa bumi, tsunami, hingga bocornya gas amonia.
“Tujuan dari simulasi ini untuk melatih kembali seluruh petugas evakuasi dan memberi pemahaman kepada karyawan serta warga binaan di seputaran PT PIM, ini merupakan kegiatan rutin tahunan,” katanya.
General Manager Produksi PT PIM, Joko Kirwanto, menyebutkan kegiatan simulasi hari ini merupakan hari bersejarah bagi PT Pupuk Iskandar Muda, di mana sistem manajemen tanggap darurat perusahaan diuji dengan dua jenis bencana yang digabungkan, yaitu bencana alam dan bencana industri yang diobservasi langsung oleh instansi pemerintah dan eksternal terkait.
“Gempa bumi, tsunami, dan amonia release terjadi dalam waktu yang bersamaan tidak mudah untuk melakukan penanggulangan dan pengendaliannya, maka diperlukan suatu struktur organisasi kedaruratan yang sistematis, sarana, dan Fasilitas serta SOP yang jelas dan yang paling penting adalah personel yang terlatih,” tutur Joko.
Menurutnya, simulasi tanggap darurat tahun 2019 ini merupakan simulasi yang terbesar yang pernah dilakukan di PT PIM, karena melibatkan sejumlah stakeholder dari berbagai instansi seperti Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Disnakermobduk Aceh, BPBD Aceh Utara, SAR Aceh Utara, Station Meteorologi Malikussaleh Aceh Utara, Muspika Kecamatan Dewantara, ORARI, dan RAPI Aceh Utara, serta masyarakat lingkungan dari masing-masing desa sekitar pabrik.
“Bukan tanpa maksud dan tujuan, melainkan sudah menjadi komitmen perusahaan dalam upaya mempersiapkan Emergency Response Plant yang lebih baik untuk meminimalisir dampak dan risiko dari suatu keadaan darurat bagi perusahaan dan juga masyarakat sekitar,” jelas Joko.[]
Editor : Ihan Nurdin