ACEHTREND.COM, Blangpidie – Keikhlasan dan kecintaan terhadap negeri merupakan pondasi awal yang ditanamkan dalam hati para relawan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Yasri selaku Ketua Tagana Abdya tidak hentinya-hentinya setiap saat memberikan asupan kepedulian sosial kepada anggota yang notabenenya masyarakat biasa, meskipun ada beberapa orang pernah mencicipi ilmu di perguruan tinggi.
Meskipun demikian kinerja para relawan ini tidak diragukan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Abdya khususnya dan Indonesia pada umumnya.
“Bagi kami pekerjaan ini adalah ibadah. Ada kesenangan dan kepuasan batin yang kami rasakan kala ikut membantu masyarakat yang sedang tertimpa musibah, baik itu musibah di gunung, di laut, dan musibah di lingkungan masyarakat. Yang terpenting kehadiran kami untuk membantu,” ungkap Yasri kepada aceHTrend, Sabtu (11/1/2020).
Kemuliaan hati para relawan yang tidak berharap pamrih atas kinerja adalah “hadiah” terbesar yang dimiliki Yasri dalam melaksanakan tugas sosial. Meskipun banyak kritikan dan suara sumbang yang diutarakan oleh beberapa pihak, tetapi selalu dijadikan sebagai sarana pendewasaan dan introspeksi diri para relawan.
“Mereka (relawan) adalah para pejuang tangguh. Terkadang saat adanya bencana mereka rela meninggalkan kesibukan pribadi, anak, dan istri di rumah demi membantu masyarakat yang terkena musibah, meskipun malam sekalipun,” kisah Yasri.
Baginya, seluruh relawan Tagana Abdya adalah keluarga. Sebab bangunan kepemimpinam dan cara komunikasi yang mereka lakukan tidak terhalau oleh dinding pemisah. Meskipun pada bagian-bagian tertentu, Yasri harus menggunakan ketegasan untuk memperbaiki kinerja anggotanya. Ketegasan itu juga tetap berlandaskan etika dan kedewasaan.
“Komunikasi yang baik adalah bagian terpenting dalam memimpin. Apalagi yang kita pimpin itu adalah orang-orang yang berangkat dari latar belakang berbeda, tentunya di sini memerlukan seni kepemimpinan dan juga seni komunikasi agar para relawan tidak merasa jenuh di saat mengerjakan tugas sosial,” jelas Yasri.
Meski terkadang terlihat enteng, pekerja sosial adalah jembatan bagi pemerintah dalam mendapatkan informasi. Diakui atau tidak, pemerintah sendiri memiliki keterbatasan dalam akses tersebut. Maka, pekerja sosial ini merupakan mereka yang memiliki keikhlasan hati dan rasa memiliki negeri ini. Sebab apa pun yang mereka kerjakan tidak melirik setebal apa amplop setelah kerja sosial itu dilakukan.
Di era milenial, kehadiran pekerja sosial sangat minim dapatkan, apalagi budaya gotong royong semakin hari semakin terkikis seiring perubahan zaman. Maka sudah barang tentu kehadiran mereka terkadang disebut-sebut mencari manfaat atas bencanan.
“Setiap kita memiliki cara pandang yang berbeda. Bagi kami sendiri tidak ada urusan dengan penilaian itu. Sebab suatu saat yang menilai negatif akan berubah menjadi positif di saat musibah itu menimpa mereka. Sebab tidak mungkin kita harus jelaskan sesuatu kepada orang yang tidak menerima penjelasan, yang pasti kami terus berbuat untuk orang bannyak,” ulas Yasri sambil tersenyum.
Baru-baru ini, Tagana Abdya mendapatkan penghargaan terbaik tingkat pusat. Wakil Bupati Abdya, Muslizar MT selaku pembina Tagana Abdya mengambil langsung penghargaan tersebut yang diberikan Menteri Sosial yang diwakili Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indarparawansa, di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur.
Tentu prestasi yang diraih ini tidak terlepas karena kinerja dan kekompakan para relawan serta dari hasil perbup Pemkab Abdya yang menginginkan agar terbentuknya Tagana gampong di seluruh kabupaten Abdya.[]
Editor : Ihan Nurdin