ACEHTREND.COM Banda Aceh – Memasuki hari kelima setelah ditetapkannya kebijakan Pemerintah Aceh untuk meliburkan sekolah selama dua minggu, memberikan dampak yang positif dalam mencegah penyebaran virus corona yang semakin meluas di Indonesia. Kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Aceh, Senin (16/3/2020) itu, merespons apa yang disampaikan oleh Presiden RI, Joko Widodo, Minggu (15/3/2020)
Dampak positif bagi orang tua yang memiliki anak-anak usia sekolah, juga dirasakan oleh Muhammad Subhan (46), warga Kampung Keuramat, Banda Aceh. Kepada aceHTrend, ayah dari empat orang anak yang kesemuannya usia sekolah ini, merasa lega.
“Kita tidak pernah tahu, apa yang terjadi jika anak-anak sekolah dalam kondisi krisis seperti ini. Bisa jadi teman-temannya aman-aman saja dari paparan Covid-19, tapi kita tidak tahu bagaimana kondisi keluarganya, apakah ada tamu jauh yang sedang datang ke rumah, terus tamunya pulang dari luar negeri, atau apalah. Ini kita kan menjaga, kalau sudah terjadi untuk apalagi,” kata Subhan, Jumat (20/3/2020).
Kecemasan Subhan, menurutnya sangat wajar. “Coba saja Bapak datang ke warkop itu (menyebut nama salah satu warrung kopi), suasana nggak ada sepi-sepinya. Padat, duduknya dekat-dekat lagi. Nggak ada takutnya mereka,” kata Subhan.
Hal senada juga disampaikan oleh Rizaluddin (45), warga Batoh, Banda Aceh. Mengomentari penerapan social distancing atau jarak sosial yang sedang berlaku sampai akhir Maret 2020 di Aceh, menurutnya perlu mendapat perhatian khusus.
“Bang, kalau bisa Bapak Plt Gubernur, Bapak Sekda, kepala dinas, bisa turun langsung ke lapangan, kasih edukasi sama masyarakat kita ini. Nggak ngerti lagi kita, makin dilarang, makin suka orang ngerjain. Nggak dipikir keselamatan banyak orang,” kata Rizaluddin.
Sejalan dengan ungkapan kedua warga tersebut, Jumat (20/3/2020), Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Aceh, mengeluarkan seruan tentang ajakan Tak ‘Nongkrong’ Lagi di Warung Kopi, dalam masa social distancing, yang sedang diberlakukan. Hal ini dianggap penting, dalam rangka mendukung Kebijakan Pemerintah Aceh sekaligus untuk menyahuti Kepres RI Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugusan Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2020 (COVID-19), sebagaimana telah disampaikan Presiden RI, Joko Widodo, Minggu (15/3/2020). Hal ini merupakan salah satu poin dari 14 butir seruan bersama untuk pencegahan penularan virus corona di kalangan masyarakat Aceh, akibat saling tular-menularkannya di warung-warung kopi.
Sekadar diketahui, penyakit coronavirus atau Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit pandemi di dunia, seperti yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia, WHO. Bahkan masyarakat Indonesia yang positif menderita Covid-19, hingga Kamis (19-03-2020) mencapai 309 dengan kematian 25 orang.
Angka kematian 25 orang dari 309 kasus itu, telah menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki risiko kematian Covid-19 sangat tinggi, sebut Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Aceh, Sunawardi.
Ia mengimbau agar masyarakat Aceh mengindahkan seruan ini, agar upaya pencegahan covid-19 berjalan maksimal di Aceh. Salah satu poin seruan bersama ini berbunyi: Hindari berkumpul di warung kopi, restoran, swalayan, pasar, tempat wisata dan lainnya, dianjurkan membeli makanan dan minuman untuk dibawa pulang ke rumah.
“Seruan bersama Forkopimda Aceh ini merupakan bentuk kepedulian atau salah satu upaya pemerintah melindungi rakyatnya. Oleh karena itu, mari bersama kita jalankan. Membatasi ruang gerak adalah upaya terbaik dan termurah yang bisa kita lakukan bersama saat ini, sembari menunggu ditemukannya vaksin covid-19,” ujar Sunawardi.
Sebagaimana diketahui, pada Rabu (17/3) lalu, Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah bersama seluruh unsur Forkopimda dan instansi terkait lainnya, telah menggelar rapat terkait upaya pencegahan penyebaran virus corona di Meuligoe Gubernur Aceh.
Pertemuan tersebut menghasilkan 14 poin Seruan Bersama Forkopimda Aceh. Beberapa poin yang berkaitan dengan keseharian masyarakat pun tertuang dalam seruan tersebut, di antaranya Forkopimda mengimbau agar masyarakat menghindari keramaian dan/atau pengumpulan massa apabila tidak ada keperluan yang mendesak dan tidak penting, tidak berdekatan dengan orang sakit, dan hewan terutama hewan liar.
Pada poin selanjutnya, masyarakat juga diimbau agar menghindari kontak fisik langsung dengan lawan bicara/orang lain seperti berjabat tangan dan berpelukan. Hindari berkumpul di warung kopi, restoran, swalayan, pasar, tempat wisata dan lainnya, dianjurkan membeli makanan dan minuman untuk dibawa pulang ke rumah, serta hindari bepergian ke luar negeri dan daerah lain, jika tidak mendesak.
“Soal nongkrong di warkop perlu digarisbawahi karena kebiasaan keseharian yang telah membudaya bagi masyarakat kita, tapi saat ini bukan lagi saat yang tepat,” kata Sunawardi.
Lebih lanjut ia menjelaskan, membeberkan tingkat kematian Covid-19 sangat tinggi di negara kita untuk menggugah seluruh lapisan masyarakat dan semua pihak agar sama-sama bertindak mencegah penularan virus corona, karena kepentingan bersama.
“Pak Plt Gubernur berulang kali mengingatkan, bahwa sebelum benar-benar terlambat dan menyesal, upaya pencegahan adalah yang paling mudah untuk kita lakukan saat ini,” pungkas Sunawardi.
Melek Informasi
Sementara itu Juru Bicara Pemerintah Aceh, yang juga sekaligus Jurubicara Covid-19 Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani (SAG), kepada aceHTrend, Jumat (20/3), mengatakan, masyarakat bisa mengakses informasi terkait Covid-19 di Aceh melalui situs https://dinkes.acehprov.go.id/. Ia mengatakan, mari kita dukung dan respons secara positif diaksanakannya social distancing di Aceh
SAG mengatakan, “Semoga semua warga mau patuh untuk tidak ke mana-mana atau keluar rumah kecuali untuk hal yang sangat perlu dan tidak bisa digantikan tetapi usahakan anak-anak tidak ikut.” Ia menekankan terkait mencegah Covid-19, orang tua harus menjalani gaya hidup bersih dan sehat. Saat pulang ke rumah, siapa pun diwajibkan langsung mencuci tangan, mandi, ganti baju bersih, baru bertemu keluarga.
“Maka sangat penting kita saling pantau selama 14 hari itu. Kalau ada yang menunjukkan gejala bisa segera ditangani dan penularan akan stop disitu karena dia tidak kontak dengan orang lain dalam 14 hari itu. Semoga kita semua terlindungi dan sehat selalu,” kata SAG
Covid-19, Literasi dan Sanitasi
Sementara itu animo masyarakat terhadap kebutuhan bahan bacaan, berjalan dengan baik di Kota Banda Aceh. Manager Gramedia di Kota Banda Aceh, Kriswanto, mengatakan semangat membaca masyarakat Aceh dinilainya sangat baik.
“Animo masyarakat untuk mendapatkan buku, dan bahan bacaan alhamdulillah sangat baik. Masyarakat bisa membeli buku by online ataupun datang langsung. Namun merespons imbauan pemerintah terkait social distancing, jika ada pembeli, kami turut mengedukasi mereka untuuk menjaga jarak antara satu pengunjung dengan pengunjung lain,” katanya.
Di samping itu mereka juga menyiapkan hand sanitizer sekaligus petunjuk penggunaannya di pintu masuk setiap lantai. “Sebentar lagi kami juga siapkan alat pengukur suhu untuk customer yang datang. Semoga dampak Covid-19 tidak terjadi di Aceh dan segera berlalu,” kata Kriswanto penuh harap.
Gramedia juga membersihkan semua etalase mereka dengan disinfektan setiap hari dua kali.

Sementara merespons langkanya Hand Sanitizer di Kota Banda Aceh, seorang pengusaha di bidang pertanian, drh. Nurwahidi, melakukan terobosan dan inovasi mandiri. Bersama rekan-rekannya Wahid yang juga pemilik Aceh Farm School, di Kawasan Lamnyong tersebut, memproduksi hand sanitizer yang disiapkan dalam bermacam-macam ukuran.
“Kita membantu masyarakat yang membutuhkan, dengan harga yang sangat murah dan terjangkau. Kita siapkan dalam bermacam-macam ukuran, dan memudahkan dibawa ke mana-mana,” Kata Wahidi.
Ia pun berharap masyarakat bisa menjaga diri dan keluarga, termasuk dan kebersihan mandiri, agar bisa terhindar dari berbagai macam dampak penyebaran Covid-19.[]
Editor : Ihan Nurdin