ACEHTREND.COM, Jakarta – Aggota Komisi X DPRI, Dr Muhammad Kadafi, menyatakan bahwa atlet juga sangat rawan terpapar Covid-19. “Karena para atlet memilki tubuh yang bugar, maka mereka akan tidak terlihat. Sehingga mereka bisa menjadi masuk kategori orang tanpa gejala (OTG),” kata Kadafi di Jakarta, Jumat (1o/4/2020).
Merujuk pada Journal of Science and Medicine in Sport, Kadafi menjelaskan bahwa olahraga intensitas tinggi bisa membuat risiko terpapar infeksi menjadi tinggi.
“Setelah melakukan latihan fisik intensitas tinggi, akan terdapat periode ‘Open Window‘ sekitar 3-84 jam. Kondisi tubuh ketika itu sedang dalam imunitas rendah dan sangat rentan terserang penyakit. Artinya, para atlet sangat mudah terjangkit Covid-19,” kata Kadafi yang juga mantan pembalap ini.
Sebagai contoh, kata Kadafi, beberapa atlet dunia juga dilaporkan sudah terserang Covid-19, misalnya dua pemain pada Klub Sepakbola Juventus, Paulo Dyballa, Blase Matuidi, dan Daniele Rugani, pemain Sampdoria Manolo Gabiandini, kemudian ada pelatih Arsenal, Mikel Arteta. Begitu juga dengan pemain NBA dari Klub Basket Utah Jazz, Rudy Gobert dan Donovan Mitchell.
Persoalan itu juga dipaparkannya dalam rapat dengar pendapat Komisi X DPRI-RI dengan PSSI, PBSI, dan PAVSI, pada Rabu (8/4/2020). Rapat yang dipimpin Ketua Komisi X, Syaful Huda, ini berlangsung secara online, dengan menggunakan aplikasi. “Untuk mengatasi persoalan itu, kita butuh roadmap yang disusun oleh pengurus cabang olahraga,” katanya.
Roadmap dimaksud adalah bagaimana memenej aktivitas atlet di masa Covid-19. Sebab, menurut Kadafi, persoalan itu juga menjadi serbasalah seperti buah simalakama. “Jika terlalu tinggi intensitas latihan maka rawan terpapar Covid-19, jika latihannya tidak ketat maka bagaimana akan mempertaruhkan prestasi atlet dan juga prestasi Indonesia di dunia olahraga,” katanya.
Kadafi bersama sejumlah anggota Komisi X DPR-RI lainnya menyampaikan keprihatinan mereka kepada para atlet Indonesia. Apalagi bagi mereka yang terlibat dalam sejumlah event olahraga internasional. Misalnya penundaan World Cup U21 di Indonesia dan hajatan bulutangkis Indonesia Open 2020 serta ajang Thomas Cup dan Uber Cup pada Agustus 2020. Belum lagi Olimpiade Tokyo 2020 yang mundur hingga satu tahun ke depan.
Itulah sebabnya, Kadafi, meminta agar para pengurus cabor menjaga atletnya. “Memberi komposisi latihan yang tepat. Berkoordinasi dengan dokter kesehatan dalam memberikan vitamin-vitamin yang tepat agar atlet tetap bugar selama pandemic Covid-19 ini. Mudah-mudahan ketika perlombaan kembali bergulir normal, prestasi mereka bisa meningkat dalam membawa nama harum bangsa,” katanya.
Ia juga mendorong agar para atlet untuk berperan serta dalam menyukseskan program pemerintah dalam memutus rantai penyebaran Convid-19. “Misalnya dengan cara membuat konten-konten video di medsos dan menyerukan kepada masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 ini,” ujar Kadafi.
Kadafi mengatakan pemerintah dapat menggunakan ketenaran para atlet dalam kampanyenya. “Mereka memiliki penggemar. Selain itu juga sangat dicintai oleh masyarakat di daerahnya masing-masing, dan tentu juga dicintai oleh rakyat Indonesia. Pada diri atlet ini memiliki nilai-nilai positif sehingga mudah diikuti oleh para penggemarnya. Itu semua akan memudahkan pemerintah,” katanya.
Sebagai contoh, Kadafi, menunjuk para juara dan atlet olimpiade yang disebut olimpian yang ikut turun tangan berada di garis terdepan sebagai bagian dari tim medis yang membantu merawat para pasien positif Covid-19. Kegiatan ini bisa dilihat pada laman Olympic, saat memperingati Hari Kesehatan Dunia yang jatuh pada 8 April.
Menurut Kadafi, upaya para olimpian itu juga bagian dari mengisi kekosongan aktivitas. Ia menambahkan bahwa kekosongan aktivitas juga berdampak pada pendapatan para atlet. Karena itu, Kadafi meminta pemerintah jangan menarik pajak pada pendapatan atlet Indonesia.
“Secara sederhana kita kan bisa menghitungnya, bagaimana mereka hanya memiliki aktivitas sebagai atlet hanyalah selama beberapa tahun saja. Sangat manusiawi jika tidak lagi mengenakan pajak pada pendapatan mereka. Sehingga ia bisa membangun usaha di saat ia tak aktif lagi. Atlet ini tidak memiliki pensiun,” katanya.[]
Editor : Ihan Nurdin
Komentar