Oleh Qusthalani*
Secara terminologi pendidikan merupakan suatu upaya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, sehingga berguna untuk pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu umat manusia. Selain sandang dan pangan, pendidikan sudah bisa dimasukkan dalam kebutuhan pokok manusia. Maju dan tidaknya suatu negara dapat dilihat dari kemajuan sistem pendidikannya, karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Maka itu pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, berbudi pekerti yang luhur, dan bermoral yang baik.
Namun, saat ini pendidikan kita sudah lumpuh, tidak lain tidak bukan akibat ada wabah yang melanda negeri ini. Covid-19 atau biasa disebut dengan corona merupakan virus sangat berbahaya. Sebuah makhluk tanpa wujud ini sudah menjadi ketakutan baru bagi semua warga bumi ini. Tanpa terkecuali, baik negara adidaya maupun negara yang memiliki kekuatan perang begitu kuat. Tak bisa membendung hadirnya sikecil yang tak bermata ini. Apalagi sebuah negara yang hanya berharap uluran tangan dari donatur luar sana, sudah pasti disapu bersih oleh Covid-19.
Ingatkah kita tentang sejarah, bagaimana Jepang terpuruk dengan hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima oleh bom sekutu Amerika. Jepang saat itu tak bisa berbuat banyak, sistem pemerintahan lumpuh total. Korban yang meninggal sampai jutaan jumlahnya, malahan ada yang kena efek radiasi bom. Radiasi bom atom, diperkirakan waktu itu akan hilang dalam masa yang lama sampai 50 tahun. Begitupun dengan virus ini, jika kita tidak bisa menyikapi dan bertindak cepat, maka dipastikan generasi ke depan akan menjadi generasi tanpa arah. Virus ini lebih berbahaya dari bom atom tersebut.
Wabah penyakit sejenis corona ini seyogyanya bukanlah suatu yang langka bagi masyarakat Indonesia, khususnya Aceh Darussalam. Beberapa abad yang lalu Aceh pernah juga dilanda wabah yang melumpuhkan semua sendi-sendi kehidupan. Aceh saat itu menamakanya penyakit tha’uen, penyakit yang layaknya tentara Allah ini mengambil paksa semua nyawa masyarakat Aceh. Tidak ada yang tidak takut, semuanya panik dan gelisah. Harapannya hanya dari campur tangan Allah, tidak ada yang lain.
Begitu juga yang terjadi saat ini, menelisik dari beberapa literatur, baik dari lisan pejabat yang berwenang maupun tulisan dari para pakar medis atau genetika, virus Covid-19 ini sangat meresahkan. Media penularannya manusia dan hewan. Cukup dengan bersentuhan virus ini akan menjangkit. Satu orang yang sudah positif berjabat tangan dengan orang lain kemungkinan besar akan terjangkit, bayangkan saja berapa angka eksponensial yang terjadi.
Akibat dari dampak yang begitu berbahaya, maka pemerintah mengumumkan kegiatan belajar-mengajar, ibadah, bekerja dilakukan di rumah. Pemerintah kelihatan sangat berhati-hati terhadap penggunaan istilah lockdown, di mana semua aktivitas dihentikan. Pemerintah menggunakan istilah social distancing atau menjaga jarak sosial. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memutus mata rantai penyebaran virus.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat, Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota mulai mengikutinya dengan mengeluarkan kebijakan, libur sekolah selama dua minggu. Diharapkan seluruh lembaga pendidikan tidak melaksanakan aktivitas seperti biasanya. Hal itu dapat meminimalisir penyebaran penyakit Covid-19 ini. Hal serupa juga sudah dilakukan sudah dilakukan beberapa begara yang terpapar penyakit Covid-19 ini.
Oleh karena itu kebijakan libur sekolah, harus dipikirkan bagaimana mengisi waktu libur. Jangan sampai, waktu libur sekolah digunakan untuk berkunjung ke satu tempat, baik itu wisata atau ke daerah ibu kota provinsi.
Sesuai data yang diperoleh dari UNESCO, hingga saat ini sudah ada 39 negara yang menerapkan penutupan sekolah dengan total jumlah pelajar yang terpengaruh mencapai 421.388.462 anak. Negara Cina sejauh ini memiliki jumlah pelajar yang paling banyak terpengaruh karena virus corona yaitu sekitar lebih dari 233 juta siswa.
Sedangkan jumlah pelajar yang berpotensi berisiko dari pendidikan tinggi kurang lebih 86.034. 287 orang. Kemendikbud saat ini berdasarkan keterangan secara resminya, siap dengan semua skenario termasuk penerapan bekerja bersama-sama untuk mendorong pembelajaran secara daring (dalam jaringan) atau online untuk para siswa. Hal tersebut sebagai upaya agar para siswa tetap belajar di rumah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyiapkan sejumlah dukungan untuk memperlancar proses tersebut. Kemendikbud sendiri mengembangkan aplikasi pembelajaran jarak jauh berbasis portal dan android Rumah Belajar. Portal Rumah Belajar dapat diakses di belajar.kemdikbud.go.id.
Namun, di lapangan menjadi suatu masalah besar, guru belum semuanya mahir dalam menggunakan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Oleh karena itu, beberapa guru yang tergabung dalam sebuah komunitas membentuk pembelajaran daring bagi pendidik di nanggroe bertuah ini, yang diberi nama Meugiwang.
Apa itu Meugiwang ?
Meugiwang merupakan akronim dari Meurunoe dan Meubagi Wawasan Lam Jaringan. Program distance learning ini digagas oleh sebuah organisasi profesi guru yang ada di Aceh. Selain itu meugiwang juga memiliki filosofi kedaerahan, meugiwang ini dapat diartikan sebagai indah, menarik dan terkenal seluruh penjuru negeri. Meugiwang ini bekerja sama dengan Kemdikbud di mana room virtual menggunakan room Kemdikbud. Pembelajaran berbasis virtual sangat sesuai diterapkan selama masa social distancing sehingga pembelajaran tatap muka tetap berlangsung.
Materi yang disampaikan dalam Meugiwang ini adalah Learning Management System (LMS), portal-portal pembelajaran secara daring yang nantinya bisa diterapkan kepada siswa saat kebijakan social distancing ini. Misal Google Classroom, Microsoft Team, Edmodo, dan tak terkecuali Rumah Belajar, juga Sijempol Aceh. Pembelajaran yang disampaikan oleh para ahli di bidangnya, yaitu trainer-trainer yang telah lulus dari pelatihan-pelatihan sebelumnya. Selain itu untuk Rumah Belajar disampaikan langsung oleh Duta Rumah Belajar (DRB) Provinsi Aceh.
Lalu bagaimana memanfaatkan Rumah Belajar dan Sijempol Aceh ini?
Produk yang dikembangkan oleh Pusdatin sebagai penunjang pendidikan 4.0 ini memiliki empat fitur utama yaitu sumber belajar, kelas digital, laboratorium maya, dan bank soal. Selain itu juga memiliki beberapa fitur penunjang di antaranya jelajah angkasa, karya guru, karya sastra, karya budaya, dan lainnya.
Manfaat penggunaan Rumah Belajar dalam pembelajaran dapat menjadikan pembelajaran yang asik dan tuntas. Apalagi portal ini dikombinasi dengan model-model pembelajaran yang kreatif. Setiap peserta didik dapat diajak untuk membuktikan teori-teori sains, tanpa menggunakan kertas dan pena. Peserta didik juga diberikan tantangan untuk membuat model-model praktikum setiap bulannya, tujuannya untuk mengasah kemampuan mereka dan menjadikan pembelajaran sains itu menarik. Seperti diketahui peserta didik selama ini masih menganggap sains itu sulit, penggunaan lab maya ini dapat meminimalisir hal tersebut.
Sedangkan Sijempol merupakan akronim dari sistem jejaring media pembelajaran online. Sijempol merupakan saudara sepersusuan dari rumah belajar. Ini adalah aplikasi replikasi dari Rumah Belajar Pusdatin Kemdikbud. Tujuannya supaya memudahkan daerah-daerah dalam mengembangkan platform pendidikan dengan kekhasan daerah masing-masing. Fitur yang tersedia pada Sijempol tidak jauh berbeda dalam portal Rumah Belajar, kecuali tampilan depannya yang lebih menyentuh daya tarik guru dan siswa di Aceh.
Fitur-fitur tersebut dijabarkan lebih jelas dalam pembelajaran daring yang dinamakan Meugiwang tadi. Guru dengan latar belakang dan jenjang dari mana saja dapat mendaftar dalam pelatihan tersebut. Pelatihan yang digadang-gadang gratis tersebut telah mampu menyedot perhatian seluruh guru yang ada di Aceh, tak kurang dari 200 orang peserta telah tergabung dalam batch 1. Pelatihan ini telah dimulai dari tanggal 27 Maret s.d 31 Mei 2020, ini adalah pembelajaran tatap muka melalui video conference. Para guru diajak belajar asyik melalui cisco webex, mereka boleh bertanya dan diskusi terkait materi yang disampaikan.
Pembelajaran tidak sampai di sini aja, selain pembelajaran secara vicon para guru juga dibimbing untuk menuntaskan tugasnya sampai memahami platforn pendidikan tersebut melalui WAG. Di sini mereka silakan bertanya sepuasnya sampai mereka dapat memanfaatkan aplikasi ini dalam pembelajaran daring nantinya. Para guru dapat mengikuti instruksi pemerintah untuk belajar dari rumah, dengan tidak membosankan dan juga dengan ada pendampingan.
Peserta pelatihan distance learning yang dilaksanakan dalam program Meurunoe Meubagi Wawasan Lam Jaringan (Meugiwang) batch 1 mengaku sangat senang mengikuti pelatihan tersebut. Hal itu sebagaimana testimoni yang disampaikan peserta Meugiwang batch 1. Guru SMAN 1 Samalanga, Bireuen, Putri Maulina SPd, mengakui bahwa pelatihan tersebut sangat menarik, menyenangkan dan bermanfaat. Melalui pelatihan tersebut, lanjut Putri, ia memperoleh ilmu baru mengenai beberapa alternatif distance learning yang dapat digunakan guru untuk pembelajaran. Guru SMAN Babul Rahmah, Aceh Tenggara, Dasma Susanti SPdI, dalam testimoninya mengaku bahwa ia sudah memahami penggunaan portal Rumah Belajar dan Ruangguru dalam pembelajaran daring.
Pandemi corona ini memang ujian yang berat bagi seluruh bangsa, menguji kemampuan semua bangsa untuk dapat mengambil hikmah dengan terus berupaya dan berikhtiar mencari solusi pada setiap masalah yang ada. Pembelajaran untuk guru, demi implementasi kepada siswa dapat menyemangati hari-harimu saat ini. Bagaimana ceritamu.[]
*Qusthalani,S.Pd.,M.Pd. DRB Provinsi Aceh 2018 dan trainer Meugiwang IGI Aceh
Editor : Ihan Nurdin
Program ini terselenggara atas kerja sama media online aceHTrend, KPI UIN Ar-Raniry, Gramedia, dan PT Trans Continent.
Komentar