• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Pandemi Covid-19 dan Empati

Redaksi aceHTrendRedaksi aceHTrend
Selasa, 14/04/2020 - 08:20 WIB
di Artikel, OPINI
A A
Untuk sementara waktu pemotretan untuk kebutuhan pernikahan, di Mesjid Raya Baiturahman, Banda Aceh, dilarang hingga batas waktu yang belum ditentukan. [Muhajir Juli/aceHTrend]

Untuk sementara waktu pemotretan untuk kebutuhan pernikahan, di Mesjid Raya Baiturahman, Banda Aceh, dilarang hingga batas waktu yang belum ditentukan. [Muhajir Juli/aceHTrend]

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Rini Oktavia

Ketika isu COVID-19 mulai muncul di Aceh, ada satu produsen hand sanitizer lokal yang mencoba membantu mengatasi kelangkaan hand sanitizer dengan memproduksi dan menjual produk tersebut dengan harga relatif mahal karena tingginya bahan baku di Banda Aceh. Sebagian masyarakat memandang produsen lokal ini memanfaatkan situasi, bertindak sebagai pelaku ekonomi yang hanya berorientasi untuk meraih keuntungan dan tidak peka terhadap kebutuhan masyarakat marginal. Hand sanitizer yang mahal tentu bukan konsumsi untuk mereka. Walau produsen lokal tersebut akhirnya memproduksi cairan pembersih tangan yang dibagikan gratis kepada masyarakat yang paling membutuhkan, perdebatan di sosial media sudah terlanjur terjadi. Fenomena ini memunculkan pertanyaan mengenai kadar empati masyarakat kita.

Masyarakat mulai menyadari bahwa pandemi COVID-19 ini sangat serius dan sebagian mulai mentaati kebijakan social distancing. Warung kopi mulai terlihat sepi, walau kini sudah mulai ramai lagi. Sebagian masjid ditutup sementara untuk kegiatan ibadah, tetapi masih ada masjid yang ramai dikunjungi jamaah salat Jumat. Para jamaah berkeyakinan ibadah yang dilakukan dengan khusuk sangat dibutuhkan untuk mengatasi pandemi ini. Sebagian masyarakat menganggap para jamaah yang tetap berkumpul di masjid sebagai orang-orang yang beragama secara egois karena mereka berpotensi menularkan virus COVID-19 tetapi tetap berkumpul dalam jumlah banyak. Argumen mereka, sahabat Rasulullah, Umar Bin Khatab, di masa kekhalifahannya telah mencontohkan bahwa ibadah wajib sekalipun boleh disesuaikan pelaksanaannya ketika wabah penyakit menular sedang terjadi. Beragamnya respon masyarakat terhadap pandemi ini menjadi sangat menarik karena berbagai persoalan sosial muncul di permukaan. Untuk penulis, semuanya bermuara pada pertanyaan yang hampir sama: “Bagaimana bentuk empati dalam masyarakat kita?”

Teori Empati

BACAAN LAINNYA

Dian Saputra. Mahasiswa asal Singkil.

Catatan Kecil tentang Singkil

17/01/2021 - 23:45 WIB
aceHTrend.com

Dari China hingga Jerman, 7 Negara Ini Kembali Lockdown Usai Covid-19 Mengganas Diserang Gelombang Baru

16/01/2021 - 09:42 WIB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, Kamis (14/1/2021) mendapatkan suntikan pertama vaksin Sinovac Covid-19. Foto/Anadolu Agency.

Presiden Erdogan Disuntik Vaksin Sinovac Covid-19

14/01/2021 - 23:46 WIB
Bupati Aceh Besar Mawardi Ali menyaksikan pengangkutan vaksin Covid-19 yang tiba di Aceh Besar, Rabu, 13 Januari 2021 @ist

5.080 Vaksin Sinovac Tiba di Aceh Besar

13/01/2021 - 17:32 WIB

Secara teori, menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy konsep empati digunakan untuk merujuk pada berbagai kapasitas psikologis yang dianggap sebagai inti untuk membentuk manusia sebagai makhluk sosial, yang memungkinkan kita untuk mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, untuk terlibat secara emosional dengan mereka, untuk berbagi pemikiran dan perasaan mereka, dan untuk perduli pada kesejahteraan mereka. Helen Riess (2017) dalam artikelnya yang berjudul “The Science of Empathy” menjelaskan bahwa empati memainkan peran penting pada hubungan interpersonal dan sosial, memungkinkan berbagi pengalaman, kebutuhan, dan keinginan antar individu. Secara klinis, kapasitas ini membutuhkan interaksi yang sangat baik dari jaringan saraf dan memungkinkan kita untuk memahami emosi orang lain, untuk menggunakan perspektif orang lain, dan untuk membedakan antara emosi kita sendiri dan emosi orang lain.
Empati memungkinkan kita untuk mengetahui apa yang dipikirkan masyarakat yang termarginalkan atas kebijakan social distancing. Empati akan membuat kita berpikir bagaimana caranya menjamin anggota masyarakat yang nafkahnya tergantung pada kegiatan harian di luar rumah dapat tercukupi kebutuhannya. Empati akan membuat kita tersentuh secara emosional akan kesulitan yang dihadapi oleh para pekerja dengan upah harian yang harus keluar rumah untuk mencari nafkah.

Minimnya empati menyebabkan manusia membuat keputusan atau mengambil tindakan yang menyiratkan ketidakpekaan mereka pada situasi atau keadaan orang lain. Minimnya empati menyebabkan kita dengan gagah berani berdagang produk yang sangat dibutuhkan masyarakat dengan harga yang tidak terjangkau oleh semua kalangan, pada masa krisis. Minimnya empati membuat kita mentertawakan imbauan untuk memberi bantuan kuota internet untuk siswa/mahasiswa dan guru/dosen yang terkendala secara ekonomi akibat sistem pembelajaran daring.

Minimnya empati membuat kita memaksakan aturan lockdown ketika secara ekonomi masyarakat kita belum siap. Minimnya empati membuat kita ramai-ramai berkumpul di warung kopi dan di berbagai tempat yang lain tanpa perduli bahwa tindakan itu akan menyebabkan upaya pemutusan rantai penyebaran virus COVID-19 yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat menjadi sia-sia. Minimnya empati dalam masyarakat Aceh terlihat dari ketidakperdulian mereka terhadap potensi diri mereka dalam menyebarkan virus berbahaya ini.

Minimnya empati yang dimiliki oleh manusia dapat disebabkan oleh banyak hal. Riset di bidang medis telah membuktikan bahwa empati dapat berkurang ketika tenaga medis menjalani pendidikan dan pelatihan medis. Selama ini banyak yang beranggapan bahwa empati merupakan kapasitas psikologis yang dimiliki manusia sejak lahir, tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa empati dapat diajarkan. Empati seseorang dapat bertambah atau berkurang seiring dengan pengalaman hidupnya.

Pelatihan Empati

Lam dkk. (2011) mengidentifikasi tujuh metode yang digunakan untuk melatih empati setelah melakukan review pada 29 research di bidang pelatihan empati. Ketujuh metode tersebut adalah: (1) pengalaman, (2) didaktik dan pengalaman, (3) pelatihan keterampilan, (4) pelatihan didaktik dan keterampilan, (5) pelatihan kesadaran, (6) video stimulus, dan (7) penulisan. Dalam metode pengalaman, peserta pelatihan diberikan aktifitas yang memeberikan mereka kesempatan untuk merasakan pengalaman yang dialami orang lain baik lewat permainan, simulasi, magang, dan sebagainya. Metode ini cukup efektif dalam meningkatkan empati peserta pelatihan. Dalam pelatihan didaktik dan pengalaman, sebelum diberikan pengalaman, peserta pelatihan diberikan teori dan wawasan tentang empati. Hasil research pada umumnya menyatakan bahwa metode ini juga cukup efektif. Dalam pelatihan ketrampilan dan pelatihan didaktik dan ketrampilan, peserta pelatihan diajarkan cara bersikap dan berkomunikasi dengan empati. Ketrampilan ini ternyata tidak saja meningkatkan kemampuan peserta untuk bersikap empati, namun keahlian tersebut berkembang menjadi empati yang inheren dalam diri peserta pelatihan. Dalam pelatihan kesadaran, video stimulus, dan penulisan para peserta pelatihan diminta untuk menganalisa kadar empati mereka melalui meditasi, pemutaran video perilaku empati dan video mereka dalam merespon hal yang serupa, serta menuliskan apa yang menurut mereka orang lain pikirkan dan rasakan dalam menyikapi sebuah peristiwa.

Fakta bahwa empati dapat dilatih memberikan harapan besar bahwa masyarakat Aceh dapat berubah menjadi masyarakat yang sangat berempati. Sejarah Aceh sudah membuktikan bahwa masyarakat Aceh adalah salah satu kelompok masyarakat yang empatinya sangat besar di Indonesia. Sumbangan masyarakat Aceh untuk Indonesia di masa awal kemerdekaan Indonesia adalah bukti betapa empati masyarakat Aceh sangatlah luar biasa. Saat inipun kampung-kampung di Aceh sudah mulai melaksanakan aksi tanggap COVID-19 untuk membantu masyarakat yang terimbas akibat wabah ini. Jika masih banyak bagian masyarakat yang belum menunjukkan empati yang besar, mungkin pengalaman hidup masyarakat Aceh yang berat di masa-masa konflik dahulu berdampak pada berkurangnya empati masyarakat. Kesadaran bahwa kita dapat melatih empati masyarakat memberikan harapan bahwa lewat program edukasi yang tepat baik secara formal maupun lewat berbagai media, termasuk melalui artikel ini, kita berharap empati masyarakat Aceh akan kembali besar.

Sebagai masyarakat muslim yang taat, sudah selayaknya kita mengedepankan empati dalam masyarakat Aceh. Rasulullah SAW adalah contoh teladan manusia yang memiliki empati dan kasih sayang yang sangat luar biasa besar. Hal ini disampaikan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah 9:128, yang artinya:

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
(Al-Qur’an, At-Taubah 9:128)

Mari uji kadar empati kita. Mampukah kita memahami apa yang dirasakan oleh orang lain, merasakan kepedihan dan beratnya penghidupan orang lain, sekalipun orang itu bukan orang yang dekat di hati kita? Tergerakkah kita untuk membantu seseorang yang mungkin pernah menyakiti kita? Jika jawaban semua pertanyaan itu adalah “ya,” bersyukurlah, kita sudah memiliki empati yang luar biasa. Kita boleh optimis bahwa daerah Aceh dalam bentuk baldatun tayyibatun warabbun ghafur (negeri yang tentram, subur, aman, nyaman dan damai) akan terwujud suatu saat nanti.

Penulis Dr. Rini Oktavia, M. Si., M.A., dosen Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Syiah Kuala.

Tag: acehcovid-19Empatimembangun empatisosial aceh
ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

Polisi Merayu, Tiyong Tak Mau, Mereka Ingin Bertemu Nova

Selanjutnya

Sabri Badruddin: Soal Pemberlakuan PSBB di Aceh, Plt Gubernur Harus Berani Bersikap

BACAAN LAINNYA

aceHTrend.com
OPINI

Digitalisasi di Sekolah, Burukkah?

Senin, 18/01/2021 - 10:52 WIB
Sadri Ondang Jaya. Foto/Ist.

Sadri Ondang Jaya dan Singkel

Sabtu, 16/01/2021 - 23:47 WIB
Ilustrasdi dikutip dari website seni.co.id.
Jambo Muhajir

Kolom: Pelacur

Kamis, 14/01/2021 - 18:47 WIB
Fitriadi.
Artikel

Sekolah Butuh Pemimpin atau Pimpinan?

Rabu, 13/01/2021 - 09:26 WIB
Ilustrasi tewasnya Abrahah dan pasukan gajahnya saat akan menghancurkan Ka'bah / kicknews.today
Pandemi, Sejarah, dan Kebijakan

LMC (75): Era Islam Klasik, Wabah, dan Peradaban

Selasa, 12/01/2021 - 11:16 WIB
Liza Faradilla
OPINI

Kelas Online: Kesenjangan Baru Sosial Ekonomi

Senin, 11/01/2021 - 07:00 WIB
Sayuti.
Celoteh

Reshuffle Kabinet dan Kemenangan Nalar

Sabtu, 09/01/2021 - 11:15 WIB
Zulfadhli Kawom. [Ist]

Lheuh keu Saman Gop

Jumat, 08/01/2021 - 15:46 WIB
Syamsiah Ismail.

Etos Kerja ala Pengawas Sekolah 4.0

Rabu, 06/01/2021 - 13:18 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
Sabri Badruddin (Klikkabar)

Sabri Badruddin: Soal Pemberlakuan PSBB di Aceh, Plt Gubernur Harus Berani Bersikap

Komentar

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • aceHTrend.com

    Gas dan Lumpur Menyembur Setinggi 6 Meter, Warga Ranto Peureulak Panik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • GeRAK Aceh: Hibah APBA untuk 100 Organisasi Bertentangan dengan Permendagri 39 Tahun 2020

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lebih 1,9 Triliun Rupiah Dana Bansos di Dalam APBA 2020 Dikelola Secara Tidak Jelas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Universitas Syiah Kuala Minta BEM USK Kembalikan Bantuan Hibah Dari Pemerintah Aceh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wali Nanggroe Kunjungi Kawasan Wisata Ulee Lheue, Ini Komentarnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Pakar Hukum Tata Negara dari Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Dr. M. Gaussyah, S.H., M.H/FOTO/aceHTrend.
Banda Aceh

Muhammad Gaussyah Terpilih Sebagai Dekan FH USK Periode 2021-2025

Ahmad Mirza Safwandy
18/01/2021

aceHTrend.com
BERITA

E-Kinerja Berlaku, Pemkab Abdya Wajibkan ASN Ikut Apel Pagi

Masrian Mizani
18/01/2021

Rapid tes untuk santri dan dewan guru di Pesantren Baitul Arqam, Sibreh, Aceh Besar, Senin, 18 Januari 2021.
BERITA

Mulai Sekolah Tatap Muka, Santri dan Guru Dayah Baitul Arqam Diberikan Rapid Test

Redaksi aceHTrend
18/01/2021

aceHTrend.com
OPINI

Digitalisasi di Sekolah, Burukkah?

Redaksi aceHTrend
18/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.