• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Cuaca Ekstrem, Indikasi Perubahan Iklim?

Redaksi aceHTrendRedaksi aceHTrend
Kamis, 14/05/2020 - 05:58 WIB
di Artikel, OPINI
A A
Perubahan Cuaca, Siaga COVID-19!

Dr. Yopi Ilhamsyah.

Share on FacebookShare on Twitter

Dr.Yopi Ilhamsyah

BMKG Aceh Besar menyebutkan hujan pada 07-08 Mei menjadi yang tertinggi di Aceh selama 10 tahun terakhir, seperti diberitakan aceHTrend (https://www.acehtrend.com/2020/05/09/curah-hujan-pada-dasarian-i-mei-tertinggi-di-aceh-selama-10-tahun-terakhir/). Curah hujan (CH) yang turun tergolong ekstrem karena bernilai lebih dari 100 milimeter (mm). Di Kotamadya Banda Aceh, beberapa kecamatan seperti Ulee Kareng, Meuraxa, Jaya Baru, Lueng Bata, CH masing-masing sebesar 152, 107, 125, 152 mm. Di Aceh Besar, Lhoong, Pulo Aceh, Krueng Barona Jaya dan Blang Bintang masing-masing dengan CH bernilai 130, 287, 213, 108 mm. CH ekstrem ditengarai sebagai penyebab banjir di sejumlah wilayah Aceh.

Hujan seberapapun volumenya sejatinya rahmat apalagi di tengah pandemi corona yang belum diketahui kapan berakhir. Hujan membuat ketersediaan air di dalam tanah tercukupi. Kebutuhan air bersih sangat diperlukan seiring intensifnya aktivitas mencuci tangan sembari bersabun. Hujan mencuci udara lewat pembersihan debu dan partikel kotor yang melayang di angkasa. Kurangnya aktivitas berkendaraan, hujan justru menjadikan kualitas udara lebih baik lagi. Hujan menumbuhkan tanaman. Tanaman melepas oksigen. Oksigen dari udara segar yang kita hirup menjaga kesehatan tubuh kita. Tubuh yang sehat memperkuat imunitas yang bermanfaat melawan virus yang menyerang kita. Volume air dalam jumlah besar yang turun lewat hujan menyiram droplet (percikan cairan) yang mengandung corona yang menempel di lingkungan luar rumah.

Saat musim hujan April-Mei, sejatinya air hujan kita kelola dengan baik. Tempat penyimpanan air seperti waduk, embung dan sumur kita isi. Selepas musim hujan, Aceh segera memasuki musim kemarau pada Juni-Agustus. Lewat cadangan air, pasokan air saluran irigasi menjadi memadai dalam mengairi sawah. Tata kelola air yang baik mampu menjaga ketahanan pangan Aceh di tengah ketidakpastian ekses corona. Demikian pula kebutuhan air rumah tangga.

BACAAN LAINNYA

Direktur Utama Bank Aceh Haizir Sulaiman/FOTO/Bank Aceh.

Tingkatkan Produk Layanan, Bank Aceh Luncurkan Kartu Debet

13/04/2021 - 17:36 WIB
Sie Reubôh Simbol Diplomasi Budaya dan Agama

Sie Reubôh Simbol Diplomasi Budaya dan Agama

13/04/2021 - 13:34 WIB
Seorang Nenek di Langsa Bunuh Diri di Hari Makmeugang

Seorang Nenek di Langsa Bunuh Diri di Hari Makmeugang

12/04/2021 - 22:20 WIB
Presiden Joko Widodo Disuntik Vaksin Covid – 19

Ahli: Niatkan Vaksinasi di Bulan Ramadhan Sebagai Ibadah

12/04/2021 - 08:52 WIB

Namun, minggu pertama Mei kita terhenyak kala mendapati cuaca yang tidak bersahabat. Hujan deras turun selama beberapa hari berturut-turut. Air hujan merendam pemukiman warga, menggenangi sawah dan ladang. Tidak ada yang salah dengan hujan, peristiwa ini terjadi karena kita sendiri yang tidak mampu mengelola lingkungan dengan baik.

Tahukah kita kalau hujan ekstrem timbul sebagai respons perubahan bentang alam? Transformasi lanskap akibat alih fungsi lahan menjadi bangunan berikut halaman berpaving blok dan jalan raya berdampak tumbuhnya awan hujan. Semakin ekstensif transformasi di permukaan, semakin besar pula awan hujan yang tumbuh di angkasa. Mengapa demikian?, pada daerah yang didominasi material batu, semen, beton dan jalan aspal, cuaca menjadi cepat panas. Dalam ilmu cuaca, daerah seperti ini menjadi pusat konveksi udara. Pancaran sinar matahari memanaskan permukaan, mengakibatkan udara naik. Udara sendiri mengandung uap air. Karena panas, udara yang naik menjadi cepat labil di dekat permukaan.

Semakin panas semakin labil udara. Panas turut mendorong udara labil untuk terus naik. Masih dekat permukaan, udara labil ini mengalami perubahan wujud dari uap air menjadi air yang dikenal dengan kondensasi. Awan terbentuk lewat proses ini. Semakin panas semakin tinggi awan yang tumbuh di langit bahkan mencapai ketinggian 12 ribu meter di atas permukaan. Ibaratnya seperti kita sedang membakar. Semakin panas semakin membumbung asap yang dihasilkan.

Karena udara sudah jenuh ditandai kelembaban besar, awan tinggi ini menumpahkan air dari langit. Awan tinggi ini kita sebut awan Cumulonimbus (CB). Sementara air dari langit disebut hujan. Di langit awan CB ini bersuhu sangat dingin sementara di permukaan bersuhu panas. Kita dapat merasakan udara yang gerah dan mendadak panas menjelang atau ketika hujan. Hal ini karena awan CB melepas panas laten di tengah pembentukannya. Ada indikator jika malam hari udara terasa gerah, dapat dipastikan bahwa esok akan ada badai besar.

Selanjutnya, suhu dingin di langit menciptakan daerah bertekanan tinggi sementara suhu panas di permukaan bertekanan rendah. Akibatnya, angin bertiup menuju permukaan. Inilah kenapa pada awan CB yang masif, angin kencang dapat muncul seiring turunnya hujan. Selanjutnya, kemana angin dan hujan ini turun? Kedua proses cuaca ini turun pada daerah bertekanan lebih rendah. Semakin rendah tekanan udara di suatu wilayah maka semakin lebat hujan yang turun serta kencang pula hembusan angin.

Mengapa terbentuk tekanan begitu rendah pada suatu daerah? Ini terkait dengan perubahan iklim. Secara umum, definisi perubahan iklim adalah iklim yang berubah dari kondisi rata-ratanya (normal) akibat faktor antropogenik (aktivitas manusia). Penggunaan bahan bakar fosil memperburuk kualitas udara akibat tingginya konsentrasi gas-gas rumah kaca di angkasa. Di atmosfer lapisan ini menebal, imbasnya permukaan bumi menjadi sangat panas.

Alih fungsi lahan besar-besaran meliputi pembangunan infrastruktur dan penebangan hutan berdampak perubahan iklim secara makro di permukaan. Suhu menjadi lebih panas. Jika setiap wilayah mengalami perubahan ini maka dinamakan pemanasan global.

Dalam skala kecamatan dapat berupa pembangunan kawasan permukiman, pertokoan dan fasilitas jalan aspal. Perubahan ini berimbas berubahnya iklim di kecamatan tersebut. Parahnya daerah bantaran sungai, dalam istilah hidrologi disebut floodplain (daerah pinggir sungai dengan frekuensi tergenangnya air sungai adalah sering) turut pula bertransformasi. Iklim yang lebih panas memicu terbentuknya pusat konvektif dengan awan CB masif menggantung di atasnya sekaligus tekanan sangat rendah di bawahnya. Ketika hujan ekstrem turun, kecamatan ini langsung terdampak. Sungai yang meluap mencapai bantaran yang sejatinya tempat air yang kini beralih menjadi hunian warga ikut terendam. Minimnya daerah resapan air dan vegetasi menjadikan daerah tersebut terdampak sangat parah.

Untuk menurunkan suhu, kondisi iklim yang kadung berubah harus kita pulihkan. Untuk menciptakan lingkungan sejuk maka kita tanam pohon. Untuk dapat menyerap emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar sejenis pohon trembesi dirasa tepat untuk ditanami. Tumbuhan ini dapat menjadi vegetasi kota, ditanam di pinggir jalan selain berfungsi peneduh jalan. Pohon trembesi ditanam juga di setiap kecamatan. Ruang-ruang hijau diperbanyak dan ditanami pepohonan berakar tunggang semacam beringin yang dapat berfungsi sebagai pengendali banjir sekaligus pengikat air. Konsep naturalisasi ini bermanfaat selain memiliki cadangan air dapat pula mereduksi polusi udara kala musim kemarau tiba. Di bantaran sungai, tanam kembali pohon bambu yang mampu menyerap karbon dalam jumlah besar sekaligus pengendali banjir alami dalam fungsinya mengikat air dan tanah.

Untuk wilayah muara dan pesisir, hijaukan kembali dengan vegetasi bakau. Bakau berperan sebagai rosot karbon terbesar, tercatat lima kali lebih besar dari hutan alam. Hutan kembali direstorasi. Regulasi dijalankan dengan ketat. Dengan demikian, iklim dapat kembali pulih dengan cepat dan cuaca ekstrem berimbas banjir dapat segera kita hindari. Ayo ciptakan lingkungan kita yang lebih hijau.

Laboratorium Meteorologi-Laut, Fakultas Kelautan dan Perikanan Unsyiah.

Tag: #Headlineperubahan iklimrekayasa iklimyopi
Share23TweetPinKirim
Sebelumnya

Kunci Distribusi Bantuan Sosial

Selanjutnya

Sikat Zoom, WhatsApp Makin Gokil Bisa Video Call 50 Orang!

BACAAN LAINNYA

Ramadan Ajang Introspeksi Diri
OPINI

Menjadikan Ramadan Momentum Muhasabah Diri

Selasa, 13/04/2021 - 12:10 WIB
Aceh Butuh Banyak Darah, Ayo Kita Donasikan
Artikel

Aceh Butuh Banyak Darah, Ayo Kita Donasikan

Selasa, 13/04/2021 - 00:44 WIB
Kolom: Suka Pamer
Kolom

Kolom: Suka Pamer

Sabtu, 10/04/2021 - 16:48 WIB
Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
OPINI

LMC (79): Islam Klasik: Wabah dan Peradaban (IV)

Sabtu, 10/04/2021 - 13:54 WIB
Memahami AKM sebagai Pengganti UN
Artikel

Memahami AKM sebagai Pengganti UN

Rabu, 07/04/2021 - 18:40 WIB
Dara Aceh Ini Suarakan Hak-hak Disabilitas di Panggung Internasional

Menilik Program Imunisasi di Tengah Pandemi

Minggu, 04/04/2021 - 10:42 WIB
Bireuen Butuh Ring Tinju
Jambo Muhajir

Bireuen Butuh Ring Tinju

Sabtu, 03/04/2021 - 16:49 WIB
Gampong ‘Terbuka’ Cegah Konflik dan Korupsi

Gampong ‘Terbuka’ Cegah Konflik dan Korupsi

Kamis, 01/04/2021 - 16:03 WIB
Sekolah Penggerak Pertama di Kabupaten Simeulue
Artikel

Sekolah Penggerak Pertama di Kabupaten Simeulue

Rabu, 31/03/2021 - 15:35 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
WhatsApp Tak Bisa Kirim Foto dan Video

Sikat Zoom, WhatsApp Makin Gokil Bisa Video Call 50 Orang!

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Seorang Nenek di Langsa Bunuh Diri di Hari Makmeugang

    Seorang Nenek di Langsa Bunuh Diri di Hari Makmeugang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Kembar di Jalan Pocut Baren Banda Aceh, Bukti Aceh Toleran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuh Bulan Gaji Aparatur Desa di Subulussalam Belum Cair, Anggota Dewan Minta Perhatian Wali Kota

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KIP Aceh Tidak Berwenang Tetapkan Penundaan Pilkada

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Memasak untuk Suami yang Tidak Berpuasa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Direktur Utama Bank Aceh Haizir Sulaiman/FOTO/Bank Aceh.
EKOBIS

Tingkatkan Produk Layanan, Bank Aceh Luncurkan Kartu Debet

Redaksi aceHTrend
13/04/2021

Sambut Ramadan, ACT Lhokseumawe Luncurkan Program Sedekah Pangan
BERITA

Sambut Ramadan, ACT Lhokseumawe Luncurkan Program Sedekah Pangan

Mulyadi Pasee
13/04/2021

Wakil Ketua DPRK Harap Daurah Al-Qur’an Lahirkan Imam Masjid di Kota Banda Aceh
BERITA

Wakil Ketua DPRK Harap Daurah Al-Qur’an Lahirkan Imam Masjid di Kota Banda Aceh

Teuku Hendra Keumala
13/04/2021

41 Cama Gagal Ikut UTBK-SBMPTN Unimal di Hari Pertama
BERITA

41 Cama Gagal Ikut UTBK-SBMPTN Unimal di Hari Pertama

Bustami Acut
13/04/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.