ACEHTREND.COM, Jantho – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Institut Pertanian Bogor (IPB) menilai penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan memiliki dampak besar terhadap perubahan lingkungan maupun ekosistem.
Kondisi tersebut membuat mahasiswa IPB asal Aceh menerapkan pengetahuan yang telah didapatkan mengenai pertanian di kampus kepada petani-petani di daerahnya dengan cara melakukan pengurangan secara perlahan melalui pembuatan PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) dengan memanfaatkan bakteri pada akar.
Ketua Tim KKN-T IPB wilayah Aceh Besar, M Rizal Ayuby melalui pers rilisnya kepada aceHTrend, Minggu (16/08/2020) mengatakan pelaksanaan KKN-T IPB tahun 2020 dilaksanakan selama sebulan dan merupakan tahun perdana mahasiswa IPB melaksanakan KKN di wilayah domisili.
“Biasanya masyarakat sering pakai pupuk NPK, KCL, dan urea. Kalau PGPR kami di sini tidak pernah pakai, bahkan di sini petani juga enggak tahu itu PGPR, ya semoga dengan adanya program PGPR dari mahasiswa menjadi ilmu baru lagi buat petani Gampong Kayee Adang untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada,” ungkapnya.
Dia menyebutkan program ini merupakan salah satu wujud kepedulian mahasiswa KKN-T IPB University terhadap para petani lokal di Gampong Kayee Adang. Pelaksaan program ini mendapatkan antusiasme warga sekitar karena relatif baru dan jarang ditemui di Aceh.
“Ada 32 warga Gampong Kayee Adang yang mengikuti kegiatan ini yang memiliki lahan pertanian,” katanya.
Dia menambahkan program ini bertujuan memberikan wawasan kepada petani mengenai cara pembuatan dan pengaplikasian PGPR, dikarenakan pengetahuan masyarakat masih minim tentang PGPR. Selain itu, produk juga susah didapatkan di Aceh
PGPR bermanfaat untuk memicu pertumbuhan tanaman yang dibantu oleh bakteri serta memberikan kerentanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Selain itu PGPR dapat menjadi teknologi alternatif lain dari penggunaan pestisida sehingga aman digunakan pada tanaman hortikultura, tanaman hias, dan berbagai tanaman lainnya karena terbuat dari bahan alami ramah lingkungan seperti akar bambu, terasi, dedak, kapur sirih, dan gula.
Dia juga menjelaskan proses pembuatan PGPR juga tergolong sederhana tanpa memerlukan peralatan khusus sehingga mudah dilakukan secara berkelanjutan oleh petani dengan harga terjangkau dan mudah didapat.
“Kami berharap semoga Program PGPR dapat menjadi wawasan baru yang bermanfaat bagi masyarakat Gampong Kayee Adang khususnya petani dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang ada serta memahami cara mengimplementasikan pembuatan PGPR secara mandiri” ungkap M Rizal Ayuby, Ketua Tim KKN-T IPB wilayah Aceh Besar.
Selain itu, tim KKN-T Aceh Besar juga membagikan benih dan bibit Seroja IPB (Cabai Pelangi) untuk memperkenalkan inovasi IPB di bidang pertanian dan sebagai wadah pengaplikasian program PGPR pada tanaman cabai yang dibagikan tersebut.[]
Editor : Ihan Nurdin