Kebanyakan masyarakat masih awam mengenai istilah stunting, padahal kasus stunting di Indonesia cukup tinggi. Stunting merupakan masalah tumbuh kembang yang menyerang anak-anak.
Mereka yang mengalami stunting tidak bisa diobati karena sifatnya yang ireversible (tidak bisa kembali). Oleh karena itu, sebelum terjadi stunting, orang tua wajib mengetahui tentang hal ini supaya bisa melakukan pencegahan.
Apa sih stunting itu? Stunting mengacu pada istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Anak yang dikatakan stunting ialah bila status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan atau tinggi badannya tidak sesuai dengan umur. Akibatnya anak terlihat lebih urus atau lebih pendek dari anak-anak seusianya.
Mengutip laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), stunting menyebabkan anak memiliki perawakan pendek akibat gangguan pertumbuhan yang sebagian besar terjadi karena masalah nutrisi. Stunting bisa terjadi karena asupan gizi yang kurang dalam waktu lama atau asupan tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi.
Kabar buruknya, angka stunting di Indonesia masih tinggi dan cenderung mengkhawatirkan. Padahal, ada banyak dampak jangka panjang yang negatif jika stunting terus dibiarkan terjadi pada anak. Agar lebih jelas, simak fakta penting seputar stunting berikut!
Gizi Buruk Faktor Utama Penyebab Stunting
Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu lama sehingga asupan nutrisi yang diterima anak tidak mencukupi. Kekurangan gizi pada dua tahun pertama kehidupan dapat menyebabkan kerusakan otak yang sulit untuk diperbaiki.
Padahal pada dua tahun pertama inilah neuron dan sel saraf otak anak terbentuk. Namun, karena kurangnya asupan gizi sel saraf pun susah terbentuk sehingga proses perkembangan otak anak terhambat yang berpengaruh pada kecerdasan di masa depan.
Kondisi ini tidak bisa ditangani bila anak sudah memasuki usia dua tahun. Oleh karena itu, status gizi anak selama dua tahun kehidupan atau yang disebut golden age harus diperhatikan dan dipenuhi kebutuhan nutrisinya.
Angka Stunting Masih Tinggi
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, menyebutkan bahwa angka stunting di Indonesia menurun. Sebelumnya, anak stunting mencapai 37,2% pada Riskesdas 2013, turun menjadi 30,8% pada 2018. Kendati begitu, jumlah anak stunting di Indonesia masih tergolong tinggi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan indeks keparahan stunting disebut krisis jika angkanya lebih atau sama dengan 15%. Melihat angka stunting di Indonesia berada pada angka 30,8% menunjukkan bahwa angka stunting di Indonesia masih berada di level yang serius.
Stunting Bukan karena Keturunan
Anak yang gagal tumbuh atau memiliki tubuh pendek sering disebut sebagai “masalah keturunan”. Padahal, stunting sama sekali bukan karena masalah keturunan atau genetik. Stunting adalah gangguan yang terjadi karena masalah nutrisi dan faktor lingkungan.
Kalaupun ada yang diturunkan dari orang tua ke anak adalah cara makan dan jenis nutrisi yang dikonsumsi. Nutrisi yang dikonsumsi sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
Stunting Terjadi Sejak dalam Kandungan
Nyatanya, kekurangan nutrisi penyebab stunting bisa menyerang sejak anak berada dalam kandungan. Secara umum, stunting diartikan sebagai “kesalahan” pemberian asupan gizi yang dinilai kurang dari jumlah yang dibutuhkan. Pemberian gizi yang cukup seharusnya sudah dimulai, bahkan sejak anak masih berada di dalam kandungan, hingga usia dua tahun.
Stunting Berpengaruh pada Perkembangan Otak Anak
Anak yang mengalami stunting, perkembangan otaknya lebih lambat sehinga mempengaruhi kemampuan belajar dan mental anak. Akibat jangka panjangnya kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya yang seharunya di usia tersebut ia sudah bisa melakukan banyak hal, tapi ia tidak mampu melakukannya.
Hal ini tentu akan berpengaruh pada kehidupan berikutnya karena saat dewasa ia mengalami banyak kesulitan, khususnya untuk mendapatkan penghasilan. Ujung-ujungnya bila ia menikah akan berisiko menurunkan anak yang juga mengalami stunting.
Memicu Masalah Kesehatan
Stunting harusnya menjadi satu masalah yang mendapat perhatian khusus. Pasalnya, selain menyebabkan anak yang lahir bertubuh lebih pendek, stunting juga bisa memicu masalah lainnya.
Masalah yang muncul akibat stunting adalah perkembangan yang terhambat, sistem imun yang rendah dan mengakibatkan anak mudah sakit, gangguan sistem pembakaran, hingga penurunan fungsi kognitif. Bahkan, masalah gizi yang sangat parah bisa menyebabkan kematian pada bayi dan anak.
Risiko Penyakit Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, stunting juga bisa memicu terjadinya penyakit berbahaya. Risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, obesitas, dan jantung koroner meningkat pada anak stunting.
Waspadai tanda dan gejala anak stunting
Kamu perlu mengetahui tanda dan gejala anak mengalami stunting diantaranya; berat badan tidak naik bahkan cenderung menurun, perkembangan tubuh terhambat dan anak terlihat pendek untuk anak usianya, mudah terkena penyakit.
Bila tanda dan gejala tersebut ada terdapat pada anakmu, periksalah kesehatannya ke fasilitas pelayanan kesehatan secara berkala. Untuk mencegah dampak besar yang diakibatkan oleh stunting.
Itulah 8 fakta yang harus kamu ketahui tentang stunting. Sangat penting untuk memerhatikan asupan nutrisi termasuk suplemen sejak masa kehamilan sebagai upaya mencegah kelahiran anak yang mengalami stunting.[]
Editor : Ihan Nurdin