ACEHTREND.COM,Banda Aceh– Juru Bicara Satgas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Aceh Saifullah Abdul Gani alias SAG, Rabu (16/9/2020) melaporkan penambahan kasus baru positif Covid-19 di Aceh sebanyak 95 orang, sehingga secara akumulatif Covid-19 Aceh menjadi 3.126 orang, per 16 September 2020.
Rinciannya, sebanyak 2.235 orang dalam penanganan tim medis di rumah sakit rujukan atau melakukan isolasi mandiri, 776 orang dinyatakan sembuh, 115 orang meninggal dunia.
Kasus-kasus baru yang dilaporkan hari ini meliputi warga Aceh Besar sebanyak 48 orang, Banda Aceh 40 orang, Aceh Barat 2 orang, Pidie dan Kota Lhokseumawe masing-masing 1 orang. Sisanya sebanyak 3 orang merupakan warga dari luar Aceh.
Sementara pasien yang dinyatakan sudah sembuh berjumlah 76 orang yang meliputi warga Aceh Besar sebanyak 15 orang, Aceh Barat Daya, Sabang, Lhokseumawe, dan Subulussalam, masing-masing 9 orang.
Kemudian, warga Aceh Barat dan Gayo Lues sama-sama 6 orang. Aceh Selatan 4 orang, dan Langsa 3 orang. Pidie dan Aceh Jaya masing-masing 2 orang. Sedangkan 2 orang lainnya, 1 warga Aceh Singkil dan 1 orang lagi dari luar Aceh.
“Kita juga berduka atas meninggalnya 11 pasien Covid-19 di Aceh, yakni warga Kota Banda Aceh sebanyak 7 orang dan warga Aceh Besar sebanyak 4 orang,” ujar SAG.
Lebih lanjut ia mengatakan, jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) bertambah 30 orang, sehingga secara akumulasi menjadi 377 orang. Dari jumlah tersebut, 63 PDP dalam penanganan tim medis dan 299 telah sembuh dan 15 orang lainnya meninggal dunia.
Sedangkan jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) di seluruh Aceh hari ini bertambah 5 orang, sehingga secara akumulatif menjadi 2.702 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.546 orang sudah selesai masa pemantauan, dan sebanyak 156 orang dalam pemantauan Tim Gugus Tugas Covid-19, demikian
Teuku Raja Muda D-Bentara di laman Facebook-nya menulis bila per 16 September 2020, rasio kematian akibat Covid-19 di Aceh paling tinggi se Indonesia. Sedangkan rasio kesembuhan rata-rata tiap provinsi di Indonesia angkanya di atas 60% dari keseluruhan total positif Covid 19. Tapi Untuk Aceh, tingkat rata-rata kesembuhannya hanya 34% dari rata-rata nasional.
D-Bentara menulis jumlah kematian terbaru per tanggal 16 September 2020 di Aceh berjumlah 11 orang. Jumlah ini adalah urutan ke-4 secara nasional, dimana pada hari yang sama jumlah meninggal akibat Covid 19 di Indonesia urutan pertama adalah Jawa Timur (35 orang), DKI Jakarta (31 orang), Jawa Tengah (14 orang), dan menyusul Aceh (11 Orang).
Jika dilihat lebih dalam, ada kenyataan yang sangat berbahaya. Bahwa bila dibandingkan dengan jumlah korban jiwa Covid 19 hari ini yang dialami oleh Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah, rasio tingkat kematian di Aceh paling tinggi dari ketiga provinsi itu.
Sebab jika dibandingkan dengan jumlah penduduk positif Covid 19 DKI Jakarta berjumlah 57.469 orang yang angka kematian hari ini berjumlah 31 jiwa, maka bila dibandingkan dengan Aceh, yang jumlah penduduk positif Covid 19 berjumlah 3127 jiwa, dan angka kematian untuk hari ini berjumlah 11 jiwa, maka rasio tingkat kematian korban Covid-19 di Aceh dibandingkan dengan DKI Jakarta adalah 7:1, yaitu tingkat kematian akan Covid 19 di Aceh, untuk hari ini rasionya tujuh kali lipat dibanding DKI Jakarta.
Kemudian jika dibandingkan dengan Jawa tengah, maka rasio tingkat kematian Covid-19 di Aceh perbandingannya adalah 5:1, yaitu tingkat kematian akan Covid 19 di Aceh lima kali lipat lebih tinggi dibanding Jawa Tengah.
Lalu jika dibandingkan pula dengan Jawa Timur, maka rasio yang akan didapatkan adalah 4:1, yaitu dimana tingkat kematian akibat Covid 19 di Aceh jumlahnya empat kali lebih tinggi dibanding Jawa Timur.
D-Bentara juga menulis, jika dilihat dari tabel yang sama, bahwa tingkat kesembuhan rata-rata tiap provinsi di Indonesia angkanya rata-rata di atas 60% dari keseluruhan total positif Covid 19. Tapi Untuk Aceh, tingkat rata-rata kesembuhannya hanya 34% dari rata-rata nasional.
Satu Juta Rakyat Terancam Mati
Kekhawatiran D-Bentara seirama dengan kegundahan hati Ketua DPRA Dahlan Djamaluddin. Pada Senin (14/9/2020) politisi Partai Aceh itu mengatakan pola penanggulangan Covid-19 di Aceh tidak memiliki roadmap yang jelas. Pemerintah Aceh sangat tertutup dan sibuk dengan kegiatan seremonial dan pencitraan kosong.
Lonjakan warga Aceh yang positif Covid-19 hampir 3000 orang, pada Minggu (13/9/2020) padahal Aceh belum melakukan uji swab PCR secara massal, menandakan bahwa Serambi Mekkah sedang berada dalam awan gelap.
Kondisi tersebut jelas sekali akan memakan korban yang tidak sedikit. Satu juta rakyat Aceh dari total lima juta jiwa, mengidap penyakit kronis seperti gangguan jantung, ginjal, paru-paru, hipertensi, dan lain-lain.
Dengan kondisi tubuh yang memang sudah sakit, Covid-19 yang kini telah berhasil membentuk cluster keluarga, akan menjadi mesin pembunuh yang mengerikan.
“Satu juta bukan angka kecil. Penduduk Aceh hanya 5 juta orang. Bayangkan, seperlima penduduk kita mengidap penyakit kronis. Mereka rentan dan akan menjadi korban Covid-19. Ini tidak boleh dibiarkan,”kata Dahlan saat menggelar konferensi pers di Aula Serbaguna DPRA.
Pada hari yang sama, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Aceh dr. Safrizal, Sp.OT, kepada aceHTrend mengatakan, 14 persen dari jumlah positif Covid-19 di Aceh adalah tenaga kesehatan. Itu angka yang cukup besar.
Saat ini, menurut Safrizal, Covid-19 bukan saja telah berhasil membentuk cluster keluarga, tapi juga telah berhasil membentuk cluster di fasilitas kesehatan. Buktinya 300 lebih tenaga kesehatan positif Covid-19 di seluruh Aceh.
Untuk memutus mata rantai Covid-19, Pemerintah Aceh harus tegas melaksanakan pembatasan sosial, baik yang berskala besar, maupun yang berskala mikro seperti anjuran Presiden RI Ir. Joko Widodo. []