Oleh Efendi Muhammad*
Ketika jumlah warga Aceh yang positif Covid-19 mencapai angka 3000 lebih pada awal September 2020, Pemerintah Aceh dan pemerintah di 23 kabupaten dan kota, melakukan razia dan sosialisasi penggunaan masker di ruang-ruang publik.
Petugas yang merupakan gabungan dari berbagai institusi dilibatkan. Diterjunkan ke warung-warung, ke ruas jalan, dan ke berbagai tempat lainnya.
Siapa saja yang kedapatan tidak memakai masker akan diberikan hukuman. Bahkan petugas mengawasi pemilik mobil pribadi. Bila ada pemilik kendaraan pribadi, walau dengan kaca kabin tertutup rapat, tapi tidak memakai masker, maka akan dihentikan. Diminta memakai masker.
Saya memberikan apresiasi kepada petugas walau dalam pelaksanaannya di lapangan masih sangat kaku. Karena Covid-19 saat ini sedang membangun serangan tahap pertama. Dan di tahap pertama Aceh segera kelimpungan.
Akan tetapi dukungan terhadap operasi penggunaan masker sejak keluar dari pintu rumah, terpaksa saya tarik kembali. Bukan karena tak percaya pada ganasnya virus itu. Tapi karena sepertinya sosialisasi masker hanya untuk rakyat. Tidak untuk pejabat, juga mungkin proyek mereka. Apalagi untuk Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah. Teknokrat yang lama di kampus negeri sebagai dosen. Orang terdidik dengan baik hingga jenjang master teknik. Tapi, dia saja malas pakai masker. Pada beberapa kesempatan dia “tertangkap” tidak menggunakan masker. Padahal sedang di kerumunan di tengah pandemi Covid-19.
Mungkin Nova Iriansyah tidak percaya pada keberadaan Covid-19. Itu diwujudkannya dengan tidak memakai masker di beberapa momen. Teranyar ketika dia bersepeda dalam rangka memperingati Hari Perhubungan Nasional. Foto dia tidak bermasker ketika sedang mendayung sepeda, diposting oleh akun resmi Dishub Aceh.
Tingkat menggunakan masker saja, Nova masih tidak bisa singkron antara peraturan yang dia teken sendiri dengan apa yang ia lakukan. Ia mengirim sinyal kepada publik bila Aceh aman-aman saja. Seorang pemimpin tertinggi saja tidak menggunakan masker, berarti tidak ada hal yang sangat genting.
Jadi, sebaiknya tim penertiban masker dikembalikan ke barak. Tidak perlu bergerak, karena apa yang mereka lakukan, tidak bisa dipraktikkan oleh pembuat aturan. Dilanggar oleh orang yang membubuhkan tanda tangan dan stempel atas nama lima juta rakyat Aceh.
Mari melepas masker karena Pak Nova mengajak kita untuk tidak memakainya.
Seperti kata pepatah: Gubernur kencing berdiri, rakyat kencing berlari.
*)Penulis adalah warga Aceh. Bermukim di Banda Aceh.
Komentar