Oleh Aulia prasetya
Sebagaimana kita sama-sama tahu, mahasiswa dan birokrasi kampus merupakan dua pihak yang tidak dapat dipisahkan. Bisa dikatakan seperti itu karena salah satu penyebabnya, adalah saling membutuhkan di antara keduanya, tak lain adalah karena masalah akademik dan juga kemahasiswaan.
Seringkali kita temui berbagai isu tentang munculnya masalah antara mahasiswa dan birokrasi kampus: masalah akademik yang kadang dipersulit, dana kegiatan mahasiswa yang sulit cair, pergerakan mahasiswa yang seringkali dihambat. Ya, masalah yang rasanya tidak banyak berubah setiap kita mendengar isu masalah tersebut.
Mungkin kita lupa bahwa mahasiswa dan birokrat seharusnya berjalan berdampingan saling melakukan kontrol terhadap kedua belah pihak.
Kampus yang baik adalah kampus yang demokratis. Kampus yang menampung setiap aspirasi mahasiswa, siap menyerap seruan moral dari mahasiswanya. Jika hal hal kecil seperti itu tidak di,pikirkan oleh kampus maka jangan salahkan jika kampus disebut sebagai lembaga yang akan mencetuskan kediktatoran pemimpin di masa depan.
Kampus wadah bagi mahasiswa membina karakter, mental, dan mencari jati diri. Kampus bukan tembok yang mengurung mahasiswa tanpa memiliki ruang gerak satu langkah pun. Pertanyaan sesuai realita hari ini, apakah kampus-kampus mulai menerapkan kembali sistem NKK/BKK? Dengan tidak demokratisnya kampus, dengan tidak peka dengan aspirasi mahasiswa kampus telah menunjukkan kediktatoranya.
Pada masa itu banyak senat mahasiswa yang dibubarkan jika kritis, karena penerapan sistem normalisasi kehidupan kampus (NKK) dan badan keamanan kampus (BKK). Apakah sistem itu mau diterapkan kembali tengah situasi bangsa seperti ini.
Ayoo! Kawan-kawan mahasiswa jangan berikan ruang sedikit pun kepada birokrat kampus untuk menerapkan kembali sistem itu. Maukah daya kritismu dibungkam? Maukah hak demokrasimu dibungkam? Maukah kriminalisasi dan diskriminasi di mana-mana? Hari ini kampus telah menunjukkan tidak demokratisnya mereka dengan tidak peka pada aspirasi mahasiswa yang diwakili oleh organisasi mahasiswa (ormawa).
Padahal, peran ormawa dalam satu lembaga universitas sangatlah penting demi menunjang peningkatan sumber daya mahasiswa itu sendiri. Kampus yang baik itu adalah bagaimana ia mampu menyerap setiap aspirasi dan seruan moral dari mahasiswanya, bukan sikap apatisme atau egoisme yang ia perlihatkan.
Mahasiswa pun tidak boleh ikut terlena dengan segala kebijakan yang dikeluarkan oleh kampus. Mahasiswa tidak harus ikut membeo pada setiap kebijakan kampus, mahasiswa dituntut untuk peka dan kritis, mahasiswa dibebani tanggung jawab yang besar, mahasiswa harus siap siaga mengkritisi setiap kebijakan. Kenapa mahasiswa harus kritis? Karena mahasiswa memikul tanggung jawab yang besar, mahasiswa adalah agent of change, agent of knowledge. Mahasiswa kritis untuk menjaga moral bangsa, mahasiswa harus kritis untuk menjaga karakter bangsa.
Mahasiswa memiliki beban yang tidak mudah. Mengingat mahasiswa harus kreatif dan menciptakan, bukan sebagai generasi penerus dan peniru. penerus di sini adalah sebagai generasi yang meneruskan kebobrokan mental para pendahulunya. Mahasiswa sebagai agen perubahan yang memikul tanggung jawab besar di pundaknya.
Mahasiswa sebagai insan akademis selayaknya mahasiswa pada umumnya, beban ini tentulah menjadi hal utama dalam bangku kuliah. Mengingat niat utama dari seseorang untuk kuliah, menimba ilmu sebanyak-banyaknya merupakan suatu keharusan. Namun, tahukah Anda? beban ini hanya sebagian kecil dari peran dan fungsi mahasiswa sesungguhnya.
Mahasiswa menjaga moral bangsa. Kelihatannya agak dilebih-lebihkan. Namun, beban yang satu ini adalah beban sesungguhnya dari seorang mahasiswa. Mahasiswa bertanggung jawab penuh pada moral bangsa. Sebagai agen perubahan yang sesungguhnya, mahasiswa tidak dibenarkan untuk duduk diam bermalas-malasan di rumah atau di tempat kos. Tapi mahasiswa diwajibkan untuk menyumbangkan sesuatu pada negara. Mahasiswa harus berkontribusi, menciptakan dan menemukan hal baru. Hal yang paling utama adalah mahasiswa harus kritis. Berani mengeluarkan pendapat di muka umum adalah contoh paling sederhana dalam sikap kritis.
Mahasiswa dituntut untuk proaktif. Mengasah sikap kritis dapat membantu mahasiswa untuk ambil bagian dari jajak pendapat dan perubahan di sekitarnya. Sikap kritis bukan bakat alami.
Untuk menjadi kritis tentunya mahasiswa harus bergabung dengan lingkungan yang kritis pula. Dengan membaca dan menulis tentang apa pun yang mengganggu pikiran kita dan tentang segala bentuk penyimpangan yang ada dapat menumbuhkan dan menanamkan sikap kritis di hati kita.
Jadi, jangan bangga dengan prestasi akademik yang selangit namun tak berkontribusi pada perubahan. Ingat kembali tiga pedoman mahasiswa, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Pekalah terhadap lingkungan sekitar, tanamkan sikap kritis dan jadilah mahasiswa bermental baja dan siap mengawali perubahan ke arah yang jauh lebih baik dari sebelumnya.