ACEHTREND.COM, Banda Aceh — Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Aceh kembali melaksanakan Musyawarah Wilayah (Musywil) lanjutan yang sebelumnya digelar di Kota Langsa, 8-11 November 2019 dan mengalami deadlock saat proses pemilihan ketua baru. Musywil lanjutan berlangsung hari ini secara virtual, Sabtu (26/9/2020).
Mantan Sekretaris Panitia Pemilihan Musywil Langsa, Yudi Aswad, mengatakan musywil kali ini akan menentukan sebelas formatur yang akan dipilih oleh peserta dari unsur pimpinan daerah dan cabang Pemuda Muhammadiyah di seluruh Aceh.
“Kemudian setelah terpilih formatur baru dipilih ketua umum PW Pemuda Muhammadiyah Aceh periode 2018-2022,” kata Yudi kepada aceHTrend.
Yudhi mengatakan, Musywil Pemuda Muhammadiyah Aceh diikuti oleh 362 peserta dari 20 pimpinan daerah dan puluhan pimpinan cabang, untuk memilih calon formatur berjumlah 35 orang.
Proses pemilihan akan dilakukan secara daring menggunakan aplikasi e-voting. Para peserta dipusatkan di masing-masing lokasi pimpinan daerah. Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah akan memantau secara live via Zoom.
Oleh Karena itu, menurut Yudhi, Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah sebagai penyelenggara agenda lanjutan ini dituntut untuk dapat mempersiapkan sistem pemilihan dengan benar, bebas, adil dan transparan.
“Para calon formatur sudah membangun komunikasi, baik kepada senior-senior Pemuda Muhammadiyah dan juga pimpinan daerah untuk dapat meraup simpati dan suara. Tentu di Pemuda Muhammadiyah ini baru pertama pemilihan secara formatur, pada musywil sebelumnya selalu langsung memilih ketua, jadi ini membutuhkan lobi -lobi panjang bagi para kader yang mau duduk di posisi ketua umum,” ujarnya.
Sejumlah calon kuat ketua yang sudah membangun komunikasi ke daerah dan cabang di antaranya Taufik Riswan Alue Bilie, Rudi Ismawan, Daniel Akbar Taqwaddin, Agusnawan Linu Ibrahim, dan Budi Ardiansyah. Tentu mereka ini harus menggolkan gerbongnya masing-masing untuk lolos formatur.
“Kita berharap pelaksanaan kali ini berlangsung tertib dan lancar,” ujarnya.
Pemuda Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi kepemudaan terbesar dan tertua Indonesia. Organisasi ini telah hadir di tahun 1932 sesuai dengan rekomendasi Kongres Muhammadiyah ke-21 di Makassar. Di Aceh, organisasi ini hadir sejak tahun 1960-an untuk mengisi pembangunan dan memberikan warna dalam berbagai konstelasi politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya di Aceh.[]
Komentar