Di Indonesia, Aceh khususnya, nyaris tak ada orang yang tak kenal dengan nama Syekh Abdurrauf As-Singkili. Ia bukan saja ulama yang tersohor dan penulis terkenal dengan buah karyanya terjemahan Alquran ke dalam bahasa Melayu pertama di Nusantara.
Namun, ia juga termasuk pernah menjadi Mufti Agung Malikul Adil di Kerajaan Aceh Darussalam. Ketika itu, termasuk lima kerajaan Islam terbesar di dunia.
Setelah Syekh Abdurrauf As-Singkili wafat pada 23 Syawal 1106 atau 1695 M, ia dimakamkan di Kuala Aceh, Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, sekitar lima kilometer dari pusat kota Banda Aceh.
Banyak pula orang mengklaim bahwa makam Syekh Abdurrauf As-Singkili berada di Desa Kilangan, Singkil, Aceh Singkil.
Lokasi makam Syekh Abdurrauf As-Singkili ini, sempat menimbulkan polemik. Ahli sejarah mengatakan, makamnya di Kuala, Banda Aceh. Sementara ahli sufi mempercayai makamnya di Desa Kilangan.
Mana yang benar? Tak tahulah. Yang pasti, MUI Aceh sudah pernah menetapkan bahwa makam Syekh Abdurrauf As-Singkili berada di Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.
Lalu, di mana pula berada makam kedua orang tua Syekh Abdurrauf As-Singkili yang juga guru pertamanya atau saudara dari Syekh Hamzah Fansuri?
Inilah yang aceHTrend coba telusuri dan paparkan. Menurut referensi dan tuturan seorang warga Aceh Singkil, Makmursyah, kepada aceHTrend belum lama ini, makam Ali Fansuri yang notobene ayah kandung Syekh Abdurrauf As-Singkili berada di seberang pemukiman Desa Tanjung Mas, Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil.
Kalau kita berkunjung ke makam Ali Fansuri, kata Makmursyah, harus naik perahu melewati Sungai Lae Cinendang menuju seberang, tidak beberapa jauh dari tepian sungai, terlihatlah kompleks makam.
“Syekh Ali Fansuri ini di makam di Desa Tanjung Mas. Karena lokasi itu dulu termasuk perkampungan,” kata Makmursyah.
Ali Fansuri, tambah Makmursyah, pernah tinggal dan membuka pengajian atau dayah di situ. Jadi, ketika meninggal ia dikebumikan di kompleks dayahnya.
Saat tiba dan berada di kompleks makam, ada empat pusara. Satu pusara Ali Fansuri. Sedangkan satu lagi makam istri Ali Fansuri atau ibunda Syekh Abdurrauf As Singkili.
Dua makam lainnya, diyakini warga Desa Tanjung Mas, adalah makam murid sekaligus pengawal Syekh Ali Fansuri semasa hidupnya.
Untuk menuju makam ini diperlukan waktu lebih dari satu jam dari pusat ibu kota Kabupaten Aceh Singkil.
Tidak hanya itu, setiap pengunjung yang ingin berziarah harus melewati sungai dengan menaiki perahu atau alat transportasi sungai alias perahu bermesin robin.
Sulitnya akses menuju kompleks, membuat pengunjung baik lokal maupun luar sangat jarang ke sana. Malah banyak warga yang tidak tahu kalau di sana ada situs sejarah religi.
Berdasarkan itu warga setempat berharap agar pemerintah mau peduli dan berkeinginan memelihara makam ini. Yaitu, dengan membangun akses jalan dan jembatan menuju ke kompleks makam.
Tak kalah pentingnya Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil mau menggelontorkan uang untuk membangun lokasi pemakaman, seperti layaknya lokasi pemakaman ulama lain di Aceh.
Sehingga memicu minat peziarah untuk datang ke kompleks makam ayahanda dan ibunda Syekh Abdurrauf As-Singkil ini.
Apalagi kalau akses jalan sudah bagus, kompleks pemakaman akan menjadi destinasi wisata dan situs sejarah religi di Aceh Singkil yang bisa menyedot wisatawan.
Kalau ini terjadi, tentu akan membuka sentra-sentra ekonomi masyarakat dan bisa dipastikan mendatangkan pendapat bagi warga dan daerah.
Berdasarkan catatan sejarah, kompleks makam Syekh Ali Fansuri, dulu termasuk ke Kecamatan Suro. Karena terjadi pemekaran wilayah, kompleks makam masuk ke dalam wilayah Kecamatan Simpang Kanan.
Di sana dulu terdapat sebuah dayah lengkap dengan rangkang-rangkang dan fasilitas lainnya. Dayah ini dibangun oleh Syekh Ali Fansuri sekaligus dia menjadi guru dan pimpinanya.
Sebelum Syekh Abdurrauf As-Singkili muda berguru pada dayah pamannya Syekh Hamzah Fansuri di Oboh, Simpang Kiri, Kota Sibulussalam dan ke Dayah Mon Geundong, Aceh Utara, terlebih dahulu Syekh Abdurrauf mengaji atau berguru pada ayahnya di dayah ini.
Jadi, bisa dikatakan Ali Fansuri selain sebagai orang tua ulama terkenal Syekh Abdurrauf As-Singkili, juga termasuk ulama yang memiliki peran dalam mendidik warga dan punya andil besar dalam dinamika dakwah Islam di Aceh Singkil.
Oleh karena itu, sangat pantas kiranya, apabila Pemkab Aceh Singkil bahkan Pemerintah Aceh, mengucurkan dana untuk membangun makam dan akses jalan menuju ke sana. Mengapa mesti pelit?[]
Editor : Ihan Nurdin
Komentar