ACEHTREND.COM, Takengon – Hotel-hotel di Aceh, terutama di dataran tinggi Gayo masih menggunakan kopi sachet produk luar Aceh dan tidak menyediakan produk UMKM lokal sebagai fasilitas hotel untuk para tamu. Keadaan ini menjadi perhatian tokoh muda Aceh, H Jamaluddin Jamil ST MM.
Jamaluddin yang juga Ketua Forum jejaring Pemagangan (FKJP) Provinsi Aceh menyatakan prihatin atas fenomena yang telah berlangsung selama puluhan tahun tersebut.
“Hotel-hotel di Gayo hanya menyediakan kopi sachet produk luar di kamar-kamar tamu. Ini tidak pro petani kopi lokal,” kata Jamaluddin kepada aceHTrend, di sebuah hotel besar di Kota Takengon, Aceh Tengah, Selasa (6/10).
“Padahal semua tahu bahwa tanah Gayo dikenal sebagai penghasil kopi terbaik di dunia. Kita benar-benar prihatin,” tambah Jamaluddin.
Seharusnya, lanjut Ketua KNPI Aceh periode 2013-2017 itu, stakeholders terkait, baik level provinsi maupun di jajaran tanah Gayo, bahu-membahu dalam mendorong kelahiran petani dan pengusaha kopi lokal untuk memproduksi kopi siap saji dan kemudian meminta pihak perhotelan untuk menyediakannya di kamar-kamar tamu.
“Usaha dan kebijakan ini baru pro petani lokal,” kata Ketua Ikatan Konsultan Indonesia wilayah Aceh ini.
Sambil menanti kelahiran kopi sachet produk tanah Gayo, kata Jamal, dapat saja diminta pihak hotel untuk ikut menyediakan produk kopi lokal dari Kopi Ulee Kareng yang sudah duluan ada.
“Intinya produk pengusaha lokal harus dibantu kampanye dan pasarkan. Saya kira pengusaha lokal tak memiliki dana yang cukup untuk memasang iklan televisi yang sangat mahal,” terang Jamal.
Menurut Jamal, tak besar biaya mewujudkan kelahiran produk kopi sachet lokal.
“Saya pernah survei dan konsul dengan pengusaha lokal yang sudah membeli peralatan kopi sachet, hanya Rp100 juta per mesin lengkap. Kalau dibeli dengan uang negara (APBN, APBA, APBK, red) untuk kemudian dibantu UMKM tentulah sanggup,” papar Ketua Dewan Pimpinan Kolektif Kosgoro Aceh ini.[]
Editor : Ihan Nurdin
Komentar