Oleh Ahmad Humam Hamid*
Suatu hal yang terasa rumit ketika menulis Romawi adalah napak tilasnya yang relatif cukup panjang, penuh dengan darah, perang, kearifan, kelicikan,korupsi, pengaruh, ketamakan, seni bernegara, pengkhianatan, kecerdasan, dan lompatan peradaban. Betapapun kurangnya, Romawi pada masanya identik dengan kemegahan, kebesaran, dan karenanya imperium ini juga mempunyai mitos dan legenda.
Tidak heran kemudian kitab Suci Al-Quran mempunyai satu surah khusus untuk kerajaan dan bangsa Romawi yang isinya banyak tentang pendidikan dan perbuatan manusia merusak di muka bumi. Surah Ar- Rum juga menceritakan tentang kekalalahan Romawi dari Persia, namun Al-Quran juga memprediksi Romawi akan menang setelah itu, dan itu kemudian terjadi. Dalam konteks sejarah Islam, Romawi lebih banyak diasosiasikan dengan Byzantium, yang dikenal dengan Romawi Timur.
Istilah Rum dalam bahasa Arab sebenarnya hampir cocok dengan ucapan bahasa Inggris Rome, yang kemudian menjadi trade mark ibu kota Italia hari ini, dan sekaligus sebagai nama sebuah gugus yang berkelanjutan dari kerajaan kota, republik, dan kemudian menjadi sebuah imperium. Roma yang umurya telah mencapai hampir dua milenium lebih dan dalam sejarah perkotaan dianggap salah satu kota tertua di benua Eropa. Menurut cerita rakyat, kata Roma bermula pada sekitar 753 tahun sebelum Nabi Isa lahir.
Ada beberapa versi tentang kenapa Roma dinamakan Roma, dan salah satu yang paling sering disebut adalah nama itu merupakan nama raja pendirinya Romulus dengan saudaranya Remus. Kota ini dibangun di samping sungai Tiber oleh kedua bersaudara ini yang merupakan keturunan pangeran Troya di kawasan Asia kecil, Turki hari ini , dan merupakan cucu dari Raja Numitor dari Alba Longa-kawasan perbukitan Alban, Italia Tengah.
Menurut Mitos, kakek Romolus dan Remus dimakzulkan oleh adiknya Amulius, dan karena takut kepada kedua bersaudara itu, Amulius memerintahkan pasukannya untuk menenggelamkan kedua kakak beradik itu. Disebutkan, karena kedua kakak beradik itu adalah Putra Dewa Perang Romawi yang memperkosa putri Rhea, ibu dari Romulus dan Rexus, maka kedua anak itu diselamatkan untuk kemudian dipelihara oleh serigala sampai mereka akil balig.
Dalam cerita disebutkan bahwa kedua kakak beradik itu disebut manusia setengah dewa, karena mereka adalah “titisan” Dewa Perang Romawi. Mereka kembali dan mengambil alih kerajaan, untuk kemudian mencari lokasi dan membangun sebuah ibu kota baru kerajaan. Dalam penentuan lokasi itu mereka bertengkar sampai kemudian Romulus membunuh adiknya Remus. Kota itu dibangun pada tahun 753 sebelum Masehi dan nama Romulus ditabalkan dengan nama Rome untuk kota itu. Rome kemudian menjadi nama kota, nama ibu kota, sekaligus sebagai nama kerajaan.
Romawi adalah salah satu cikal bakal negara kota pada masa itu. Roma atau Rome-istilah bahasa Melayu adalah Romawi, kemudian selama hampir lebih dari dua milenium menjadi identik dengan negara, dimulai dari kerajaan, kemudian menjadi republik, dan setelah itu bertransformasi menjadi imperium yang menguasai seperlima bumi. Dalam evolusinya Rome dari nama kota menjadi nama negara Rome-Romawi selama hampir dua milenium untuk kemudian pada akhirnya kembali menjadi nama kota saja, sebagai ibu kota Italia hari ini.
Walaupun mitos dan bukti sejarah bahwa Romawi bermula pada masa Romulus, akan tetapi banyak sejarawan menulis Romawi, dimulai sebagai negara kota, Rome, pada 625 tahun sebelum Masehi oleh pribumi Italia, suku Latin dari Italia Tengah, suku Sabines yang berasal juga dari Italia Tengah namun lebih banyak berdiam di kawasan pergunungan Apennine, dan suku Etruscans yang berasal dari Anatolia, Turki hari ini.
Dalam perjalanan sejarahnya Romawi bertransformasi menjadi negara dalam berbagai bentuk. Dimulai dengan masa kerajaan pada tahun 625 -510 sebelum Masehi.Periode ini digantikan oleh periode Republik yang berjalan mendekati 500 tahun (510-40 sebelum Masehi). Selanjutnya Romawi berubah menjadi sebuah imperium besar yang menguasai Eropa, sebagian Afrika, dan sebagian Asia yang berakhir sampai dengan tahun 1453. Di antara tahun itu terbentuk dua bagian Romawi yang memang dibagi secara sadar oleh kaisar Konstantin I. Romawi Barat yang berakhir pada tahun 480 Masehi, dan Romawi Timur yang berakhir pada tahun 1453.
Romawi terus berkembang selama ratusan tahun dengan berbagai penaklukan kecil, namun menjelang dua abad mendekati Masehi, terjadi beberapa peristiwa besar penaklukan yang menjadikannya sebagai pendatang baru kekuatan dunia pada masa itu, terutama di kawasan mediterania dan Eropa. Paling kurang ada tiga nama penguasa besar yang menjadi topik perbincangan sejarah adalah Julius Cesar, Augustus (63 SM – 14), Tiberius (42 SM – 37),dan Claudius (10 SM – 54 )
Romawi pra Masehi adalah Romawi yang terus memperbesar kerajaan, merasuk ke seluruh kawasan Italia hari ini dan daerah sekitarnya. Semenanjung Italia yang sebelumnya berada dalam jajahan dan pengaruh Yunani, direbut oleh Romawi yang kemudian menjadi penguasa tunggal, dan muncul sebagai salah satu pemain baru kolam laut Mediterania, bersama Yunani, Carthago-Tunisia hari ini, kerajaan Mesir dengan Dinasti Ptolemid, dan kekaisaran Seleucia yang berpusat di Antioch-Syiria hari ini.
Ekspansi besar Romawi yang sangat terkenal adalah kemampuannya mengalahkan Yunani dan Carthago yang merupakan pengontrol kuat laut mediterania. Sejarah laut mediterania pra Masehi adalah sejarah perang panjang antara tiga kekuatan besar pada masa itu, Yunani, Carthago, dan Romawi. Romawi menjadi digdaya, walaupun dalam keadaan pasang surutnya selalu terkait dengan kontrol laut Mediterania, karena laut ini menjadi ajang konektivitas perdagangan, kontrol pertahanan, dan instrument pengaruh yang sangat menentukan.
Sekalipun Athena, Yunani, negara yang umurnya sedikit lebih tua dari Roma, dan mempunyai peradaban yang lebih tinggi, kejadian wabah di Athena pada tahun 430 sebelum Masehi tidak terjadi pada masa Romawi klasik. Namun demikian dari beberapa penelitian arkeologi ditemukan sejumlah bukti yang memberi gambaran tentang keadan kesehatan dan penyakit yang berkembang di Romawi, terutama pada masa klasik, sebelum Nabi Isa lahir.
Sejarawan kondang Universitas Stanford Walter Scheidel (2009) mencatat kematian yang tinggi pada musim panas sampai dengan awal musim gugur, yakni antara bulan Juli sampai dengan bukan Oktober. Kematian menjadi berkurang pada puncak musim dingin sampai dengan awal musim semi, November sampai dengan Februari. Kematian itu umumnya dikaitkan dengan malaria dan TBC.
Adapun penyakit menular yang paling umum di Romawi, terutama di kota Roma pada masa itu adalah malaria dan tuberculosis (TB). Kepadatan kota, kenaikan temperatur, agaknya menjadi alasan kuat kenapa Kota Roma mengalami kenaikan jumlah kematian pada musim panas, dimana interaksi sosial jauh lebih tinggi dibandingkan dengan musim lainnya, terutama pada musim dingin.
Tentang malaria terjadi berbagai perdebatan sengit yang dianggap sebagai salah satu komponen penting penyebab jatuh bangunnya Romawi dalam sejarah, terutama ketika terjadi kelaparan, akibat kematian banyak petani pada waktu tertentu. Tesis yang dibangun oleh Soren (2003), arkeolog AS yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian DNA pada sisa tulang manusia zaman klasik Romawi oleh Sallares (2002) mengkonfirmasi klaim Soren. Penelitian Sallares di Lugano – hari ini Canton Ticino, Swiss Selatan, menemukan bahwa malaria adalah pembunuh terbesar manusia, terutama pada masa Romawi klasik. Bukti-bukti juga menunjukkan bahwa Malaria yang berasal dari Afrika datang ke Italia melalui perdagangan zaman kuno di kawasan Mediterania pada masa itu.
Baca juga: LMC (50): Romawi, Peradaban, dan Wabah (I)
Romawi klasik juga terkenal dengan peranannya dalam membawa dan menyebarkan penyakit TBC dari Afrika ke seluruh Eropa. Kesimpulan tim peneliti dari Universitas Wisconsin bahwa TBC telah ada jauh sebelum masa kerajaan Romawi dimulai, bahkan semenjak kegiatan perdagangan antar wilayah di kawasan laut Mediterania, bahkan mungkin ribuan tahun sebelumnya. TBC menjadi endemik ketika Roma mengalami proses urbanisasi besar-besaran menurut ukuran pada masa itu yang kemudian menjadi pemicu penyebaran TBC sehingga menjadi endemi yang menakutkan.
Roma yang ada awalnya berpenduduk puluhan ribu, kemudian bertambah menjadi ratusan ribu, dengan pola pemukiman kota yang padat menjadi ajang biak TBC yang hebat. Penyakit yang kemudian berlembang hebat di kota Roma juga cukup beralasan, karena kota dikeliling oleh rawa-rawa yang relatif cukup banyak pada masa itu.
*)Penulis adalah Guru Besar Unsyiah.
Komentar