ACEHTREND.COM, Banda Aceh — Nilam Aceh Heritage (NAH), menyelenggarakan seminar web nasional series dengan tema Pengembangan Komuoditas Unggulan Nilam Aceh untuk Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Ekspor. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Nilam Aceh Heritage, didukung oleh Universitas Syiah Kuala, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT)-RI, Atsiri Riset Center Unsyiah, Pemerintah Aceh melalui Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TKP2K-Aceh) serta Bank Indonesia. Berlangsung secara virtual, Sabtu (11/10/2020).
Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Profesor Samsul Rizal, dalam sambutannya mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir Unsyiah telah banyak melakukan berbagai terobosan di bidang pertanian, baik dari pengembangan keilmuan, dukungan kepada petani, pengembangan jaringan pasar nasional, dan pembeli internasional dalam upaya memperkuat nilai tawar nilam Aceh.
Sementara itu, salah satu narasumber, Kepala BPPT-RI, Dr Ir Hammam Riza MSc (IPU) menyampaikan, betapa pentingnya peran inovasi dan teknologi dalam meningkatkan kualitas dan nilai tambah minyak nilam yang tumbuh agar menghasilkan kualitas tumbuhan dengan kualitas terbaik di Aceh.
“Sebagai salah satu wujud dukungan BPPT, saat ini di ARC-Unsyiah telah beroperasi satu unit mesin fraksinasi yang penggunaanya diresmikan langsung oleh Menristek beberapa waktu lalu,” kata Hammam.
Hammam mengatakan, ke depan akan semakin banyak turunan dari minyak nilam yang dapat diproduksi secara domestik, tapi bisa menjadi brand dunia.
Sementara Dr Ir Tarmizi A Karim MSc, salah satu pembicara lainnya mengupas dukungan dana desa untuk pengembangan komoditas unggulan di Aceh, melalui Permendes No13 Tahun 2020. Dana tahun 2021 tersebut akan fokus pada pemulihan ekonomi masyarakat pascawabah, dengan pencapaian target SDGs desa, seperti desa tanpa kemiskinan, desa tanpa kelaparan juga termasuk fokus pada pengembangan usaha ekonomi produktif yang dikelola oleh bumdes atau bumdes bersama.
Ia menegaskan melalui mudes atau musyawarah antardesa secara berjenjang, pemerintah kabupaten/kota kepada desa dan pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota memberi pembinaan sehingga alokasi pemanfaatan dana desa dapat diarahkan dalam mendukung pengembangan komoditas nilam Aceh.
Hal yang sama juga menjadi perhatian ARC-Unsyiah, ketuanya, Dr Syaifullah Muhammad MEng mengatakan, ARC mengembangkan konsep pentahelix dalam mengembangkan nilam Aceh, pihaknya menggagas pentingnya kerja sama antarpihak; pemerintah, perguruan tinggi, swasta, masyarakat, dan media.
“Semua pihak bisa bekerja sama mengambil peran untuk memperkuat nilam Aceh, karena menurutnya upaya yang dilakukan sendiri-sendiri tidak akan maksimal,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Eksekutif TKP2K Aceh, Hasrati Ali, menyampaikan rencana Pemerintah Aceh yang pada tahun 2021, yang sudah berkomitmen memilih komoditas unggulan nilam Aceh dan beberapa komoditas lainnya untuk dikembangkan kepada masyarakat di beberapa wilayah dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan.
Menurut Hasrati, pengembangan komoditas ini dilakukan secara terpadu meliputi kegiatan hulu-hilir, termasuk juga pertahanan petani sejak mulai masa tanam sambil menunggu masa panen perlu disiapkan.
Sementara Irun Sani, mewakili Nilam Aceh Heritage mengatakan, NAH menjadi mitra bagi petani dan stakeholders dalam mengembalikan kejayaan nilam Aceh. Hasil rekomendasi seminar NAH akan segera dikomunikasikan dan ditindaklanjuti kepada berbagai pihak.
Kegiatan seminar nasional berlangsung sukses dan dihadiri oleh 286 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, dan luar negeri seperti Australia, Turki, dan Qatar.[]
Editor : Ihan Nurdin