ACEHTREND.COM,Langsa– Rangga (9) sudah dikuburkan pada Minggu malam (11/10/2020) seusai salat Magrib. Pahlawan cilik itu meninggal dunia setelah ditebas menggunakan samurai oleh Sam (36) warga Alue Gadeng, Birem Bayeun, Aceh Timur, yang baru empat bulan mendapatkan asimilasi dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Awalnya Sam dipenjara di LP Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara. Dia dijebloskan ke dalam tutupan karena membunuh orang.
Fadli Fajar (30 ayah kandung Rangga bercerita, bila sudah sejak lama mendiang bocah periang itu tinggal bersamanya di Sumatera Utara. Dua tahun lalu, Fadhli memilih berpisah dengan DA (28) yang pada malam jahannam itu, Sabtu (10/10/2020) tengah malam diperkosa oleh Sam.
Baca juga:
Jasad Rangga Ditemukan di Dalam Sungai
Pelaku Pemerkosaan dan Pembacokan di Aceh Timur Berhasil Ditangkap
Seminggu yang lalu, DA datang ke Medan, menjemput Rangga yang sudah beberapa waktu ingin tinggal bersama ibunya di Aceh Timur. Sebagai ayah, Fadli tidak kuasa menolak. Rangga selalu merengek. “Seminggu lalu DA menjemput Rangga. Tujuannya agar bisa segera didaftarkan pada sekolah dasar di Aceh Timur,” terang Fadli, Senin (12/10/2020).
Lelaki 30 tahun itu mengatakan juga, selama di Medan, Rangga seperti anak lainnya, aktif, periang dan juga senang membaca Quran. “Dia anak yang pintar,” kenang Fadli.
“Saya akhirnya tidak dapat membendung keinginan Rangga untuk tinggal bersama ibunya di Alue Gadeng. Dia bersikeras bersekolah di Aceh karena ingin dekat dengan DA,” kenang Fadli.
Oleh DA, Rangga didaftarkan pada kelas II di sebuah SD Negeri di Alue Gadeng.
Pun demikian, Fadli tidak pernah tahu bila DA yang telah menikah lagi dengan Aiyub, tinggal di tengah kebun sawit jauh dari permukiman warga.
Fadli juga mengaku bila pertama kali dirinya mengetahui kabar duka itu melalui media sosial. Baru kemudian diberitahu oleh pihak keluarga. “Rasanya seperti tidak percaya. Tapi itu semua sudah kehendak Allah. Saya minta aparat penegak hukum memberikan keadilan kepada kami. Mohon pelaku dihukum dengan seberat-beratnya,” katanya.
Baru Dua Bulan di Tengah Kebun Sawit
Geuchik Alue Gadeng, Adi Sahputra, kepada aceHTrend menuturkan, Aiyub baru dua bulan memboyong keluarga kecilnya ke tengah kebun sawit yang jauh dari permukiman. Sebelumnya mereka tinggal di Gampong Birem. Hingga saat ini dokumen kepindahan mereka masih dalam proses.
Di Alue Gadeng, keluarga kecil itu tinggal di tanah milik keluarga Aiyub. Lelaki yang sehari-hari mencari ikan di tambak pada malam hari, membangun gubuk kecil di tengah kebun yang jauh dari tetangga terdekat. “Jarak gubuk mereka dengan tetangga paling dekat 100 meter,” terang Adi Sahputra. Kondisi di sana masih berupa hutan dan semak belukar.
Dari cerita Geuchik Adi, berdasarkan penuturan warga, DA dan Rangga juga peramah. Mereka sering bertegur sapa dengan warga yang melintas. Bahkan pelaku juga sering mampir, bercengkerama dengan Aiyub. “Pelaku selalu melewati gubuk mereka ketika berangkat dan pulang dari kebun, dan sering singgah ngobrol dengan ayah tiri korban,” kata Geuchik Adi.[]