ACEHTREND.COM,Banda Aceh-Ketua DPRA Dahlan Djamaluddin, S.IP, mengaku tidak bisa tidur nyenyak, setelah peristiwa kekerasan perempuan dan anak kembali terjadi di Serambi Mekkah.
Perkosaan tiga anak berusia delapan tahun di Lueng Bata, Banda Aceh, serta pemerkosaan ibu beranak satu dan pembunuhan bocah berusia 9 tahun yang terjadi Birem Bayeun, Aceh Timur benar-benar menguras pikirannya.
Kepada aceHTrend, Selasa (13/10/2020) Dahlan mengaku prihatin atas sejumlah aksi kekerasan terhadap anak dan perempuan yang kembali muncul di Aceh. Politisi Partai Aceh (PA) itu meminta pelaku dihukum dengan hukuman paling berat.
“Hampir setiap bulan media massa di Aceh dihiasi dengan berita kekerasan terhadap perempuan dan anak, baik kekerasan seksual maupun kekerasan lainnya. keselamatan anak-anak di Aceh saat ini terancam. Padahal anak-anak adalah pemilik masa depan Aceh,” kata Dahlan.
Dia juga mengatakan, selama ini rata-rata pelaku kekerasan terhadap anak dan perempuan, adalah orang-orang yang dikenal oleh korban.
Dahlan juga meminta Pemerintah Aceh memperkuat perlindungan terhadap anak di Aceh. Penguatan tersebut bisa dilakukan dengan mengonsolidasi semua pihak terkait yang ada di Aceh.
Pemerintah Aceh, kata dia, juga harus memperkuat perlindungan secara psikologis kepada korban setelah terjadinya kekerasan. Saat ini, kata Dahlan, DPRA sedang mendorong para pihak yang ada di Aceh untuk melahirkan sebuah skema perlindungan terhadap perempuan dan anak.
Para pihak itu adalah Pemerintah Aceh, Polda Aceh, Kodam Iskandar Muda, Kejaksaan Tinggi, Pengadilan Tinggi, Majelis Permusyawaratan Ulama, Majelis Adat Aceh, dan juga Mahkamah Syariah.
Hal utama yang dibahas adalah terkait pemberian keadilan secara substantif kepada korban kekerasan dan juga pemberian efek jera terhadap pelaku.
“Dalam waktu dekat, kita akan duduk lagi membahas permasalah ini. Nantinya akan kita buat draf kesepakatan para pihak. Kita akan terus dorong ini demi keselamatan perempuan dan anak-anak kita, generasi penerus di Aceh,” kata Dahlan Jamaluddin. []