ACEHTREND.COM, Blangpidie – Tarmizi (18), warga miskin di Gampong Kepala Bandar, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sudah setahun terakhir hanya bisa terbaring tak berdaya di kasur akibat sakit yang dideritanya.
Ayah kandung Tarmizi, Suryadi , kepada awak media, Jumat (16/10/2020) menyebutkan, anaknya itu mengalami bocor usus akibat jatuh saat bekerja.
Suryadi menceritakan, dalam kesehariannya, Tarmizi yang masih duduk di bangku SMA itu ikut membantu meringankan beban orang tuanya dengan bekerja di salah tempat pencucian kendaraan (door smeer) usai pulang sekolah.
Namun, naas, saat bekerja dia terjatuh dan menduduki gagang sapu jenis aluminium yang menancap ke lubang anus. Akibatnya usus Tarmizi juga mengalami cidera yang cukup parah.“Kejadian ini setahun yang lalu, namun dia belum pulih dan kondisinya semakin lemas,” ujar Suryadi.
Sebelumnya, kata Suryadi, anaknya itu sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Teungku Peukan (RSUTP) Abdya. Setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit tersebut, Tarmizi dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh untuk menjalani operasi.
“Operasi pertama berjalan dengan lancar, namun saat ini kita sebagai keluarga tengah mengalami kesulitan karena tidak ada biaya untuk melanjutkan proses operasi kedua,” ungkapnya.
“Beberapa bulan usai menjalani operasi pertama, saya kembali dihubungi oleh pihak rumah sakit untuk melakukan operasi kedua pada usus dan anus Tarmizi. Namun, lantaran tidak memiliki biaya, saya harus mengurungkan niat untuk membawa Tarmizi ke Banda Aceh dan memilih merawatnya di rumah saja,” ujar Suryadi.
Padahal, katanya, untuk operasi tahap kedua dijadwalkan pada Senin (19/10/2020) mendatang. Namun, apa boleh buat, pihaknya tidak memiliki biaya untuk kembali ke RSUZA Banda Aceh.
Seharusnya Tarmizi saat ini sedang menikmati proses belajar di tingkat SMA, layaknya teman seusianya.
Namun dia harus terbaring lemas dengan kondisi tubuh yang makin kurus. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa berharap dapat diberikan kesembuhan serta ada para dermawan yang mau membantu meringankan beban mereka.
Apalagi, Tarmizi hanya tinggal bersama ayah dan tiga saudara di rumah sempit seluas 5×6 meter pasca ditinggal almarhumah ibunya lima tahun lalu.
“Saya harus bekerja keras untuk menjadi tulang punggung keluarga sekaligus menjadi seorang ibu tempat anak-anak bersandar dan mendapatkan hangatnya kasih sayang. Sejauh ini belum ada bantuan baik pemerintah tingkat kabupaten maupun tingkat desa, yang ada hanya sumbangan dari warga sekitar. Saya sangat berharap ada bantuan agar bisa membawa Tarmizi menjalani operasi yang kedua di Banda Aceh,” pinta Suryadi.[]
Editor : Ihan Nurdin