ACEHTREND.COM, Banda Aceh– Meskipun Indonesia dalam masa pandemi dan resesi, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Aceh relatif tidak berdampak dan masih aman untuk saat ini.
Hal tersebut mengemuka dalam Seminar Ekonomi dan Keuangan Syariah dan Launching Galeri Edukasi Ekonomi dan Keuangan Syariah, yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Ar-Raniry dan Lembaga CENTRIEFP (Centre for Training in Research in Islamic Economics, Finance and Public Policy), Kamis, (05/11/20), di Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh.
Hingga bulan Oktober 2020 disimpulkan ada perlambatan pertumbuhan aset, pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) dari nasabah karena dampak dari Covid-19 dan resesi, akan tetapi pertumbuhannya masih positif walaupun relatif lebih kecil dibandingkan dengan tahun lalu.
Bank Aceh misalnya, seperti yang disampaikan oleh Ketua Dewan Pengawas Syariah Bank Aceh Prof. Dr. Syahrizal Abbas terkait adanya peningkatan.
“Pembiayaan perusahaan pada September 2020 adalah Rp. 14,9 Miliar sedikit meningkat dibandingkan dengan periode Desember 2019 sebesar Rp. 14,3 Miliar. ‘Dana Pihak Ketiga dalam bentuk tabungan, deposito dan giro pada September 2020 adalah sebesar Rp. 23,3 Miliar yang juga sedikit meningkat dibandingkan dengan DPK pada Desember 2019 sebesar 20,9 Miliar.”ujar Syahrizal Abbas dalam siaran pers yang diterima aceHTrend.
Lalu bagaimana dengan pertumbuhan pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Kepala BSM Area Aceh Firmansyah menuturkan pertumbuhan pembiayaan Bank Syariah Mandiri tumbuh sebesar 6.18%, DPK 17.26%, dan Aset sebesar 16,23% selama September 2019 sampai September 2020.
Sementara itu, Vice Presiden PT Pegadaian Area Aceh Ferry Hariawan menyampaikan, terjadi peningkatan dan pertumbuhan nasabah.
“Peningkatan DPK sebesar 24,11% dan pertumbuhan nasabah sebesar 49.351 orang, pada Oktober 2020. ‘Sejak pandemi, PT Pegadaian Syariah juga meningkatkan fasilitas transaksi berbasis digital dengan jumlah transaksi sebanyak 16,996 transaksi yang digunakan untuk pembayaran cicilan, multipayment, buka rekening, top up tabungan emas, dan transaksi ulang gadai.”kata Ferry Hariawan.
Pertumbuhan yang positif menurutnya, walaupun kecil dan melambat akibat pandemi Covid-19 dan resesi karena LKS sedikit lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan dan lebih fokus kepada penyelematan pembiayaan yang ada melalui restrukturisasi pembiayaan dengan berbagai relaksasi.
Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Aceh Moishe Sofian mengungkapkan, peran OJK dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) adalah mengawal LKS untuk mampu mengatasi dampak pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi.
“Fokus program PEN adalah dalam bentuk bantuan agar sektor ekonomi riil dapat bertahan, pemberian relaksasi bunga/margin pembiyaan, pemberian subsidi bunga/margin dan penyediaan ruang likuiditas yang memadai.”ungkapnya.
Saat ini tambahnya, OJK mencatat program restrukturisasi pembiayaan di Aceh sebesar 72.048 debitur dengan baki debet sebesar Rp. 2,17 triliun pada lembaga perbankan dan 31.268 debitur dengan baki debet sebesar Rp. 1,14 triliun pdaa lembaga pembiayaan.
“Sejauh ini, kondisi LKS di Aceh relatif save dengan DPK, pembiayaan dan asset yang meningkat. Tetapi ada sedikit konsen yang harus diperhatikan bersamam karena pertumbuhan ini berbarengan dengan proses konversi bank konvensional kepada Syariah sesuai dengan amanat Qanun Aceh No. 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah. Jangan-jangan pertumbuhan ini lebih didorong karena faktor berkah Qanun ketimbang pertumbuhan yang genuine.”katanya.
Untuk itu Dia menyarankan, karena Covid-19 tidak bisa dipastikan kapan akan berakhir dan resesi ekonomi terus berlanjut seiring dengan melemahnya perekonomian global, LKS di Aceh harus tetap waspada dan menyusun langkah strategis dan taktis untuk menghadapi ini dan tetap berupaya merangsang gerak pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Launching Galeri Edukasi EKonomi dan Keuangan Syariah
Pada saat yang sama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry melaunching Galeri Edukasi EKonomi dan Keuangan Syariah. Galeri tersebut merupakan sarana edukasi terkait dengan lembaga keuangan Syariah dan juga tokoh pemikir ekonomi Islam yang terdiri dari ilmuwan Islam klasik seperti al-Mawardi, Ibnu Khaldun dan lain-lain, juga ilmuwan kontemporer serta tokoh ekonomi Syariah Indonesia dan Aceh.
Wakil Dekan I FEBI UIN Ar-Raniry, Dr. Hafas Furqani, M.Ec mengatakan, galeri tersebut diperuntukkan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait konsep dan gagasan ekonomi dan keuangan Syariah.
“Umumnya, masyarakat belum paham apa itu ekonomi Syariah. Di samping itu, banyak yang tidak mengetahui kontribusi pemikiran ilmuwan Islam tentang konsep dan teori ekonomi, padahal konsep tersebut unik dan lebih bagus dari konsep ekonomi konvensional karena digali dan dikembangkan dari sumber agama yaitu al-Qur’an dan Hadits.”ungkapnya.
Galeri FEBI bertempat di gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry yang bisa dikunjungi oleh para mahasiswa dan juga masyarakat umum yang ingin belajar mengenai ekonomi dan keuangan Syariah.
Komentar