ACEHTREND.COM,Baghdad- Walau belum diumumkan secara resmi oleh KPU-nya Amerika Serikat, Paslon Capres-Cawapres Joe Biden-Kamala Devi Harris, telah diketahui oleh seluruh dunia memenangkan Pilpres 2020 yang sangat sengit. Pasangan Partai Demokrat itu mengalahkan Donald Trump-Mike Pence dari Partai Republik.
Ucapan selamat segera mengalir dari berbagai kepala di dunia, tidak terkecuali dari Jazirah Arab. Dilansir Reuters, Minggu (8/11/2020) sejumlah kepala negara termasuk Lebanon, serta Mesir sudah menyampaikan selamat kepada Biden.
Para pemimpin Irak, Uni Emirat Arab, dan Yordania juga mengucapkan selamat kepada Biden. Semua berharap terjadinya hubungan seimbang antara negara mereka dengan AS.
Pun demikian tidak sedikit yang ragu apakah Joe akan melihat dunia Arab dengan pandangan baru, atau sama saja, lazimnya United State of America selama ini. Paranoid dan serba curiga.
Adel Salman (40) seorang guru bahasa Inggris sekolah menengah di Baghdad, Irak, mengatakan sedari awal dirinya yakin Trump tidak akan lagi terpilih. Lelaki rasis itu lebih tepat menjadi pemimpin mafia, ketimbang Presiden Amerika Serikat.
Pun demikian, Salman mengatakan siapapun tidak perlu terlalu gembira dengan kemenangan Joe Biden. “Mari kita tunggu, jangan menghitung ayam sebelum menetas,”kata Salman. Dia mengakui kalimat itu sering disampaikan kepada siapa saja bila membahas perihal kemenangan Joe. Termasuk apakah Joe Biden akan lebih baik kepada Iraq? Hanya waktu yang mampu menjawab.
Timur Tengah merupakan tantangan besar bagi politik luar negeri Amerika Serikat. Di kawasan itu, US memiliki sekutu sekaligus rival. Selama ini Amerika Serikat dengan Arab Saudi, tapi juga bersitegang dengan Iran. Belum lagi konflik Yaman dan Libya.
Bagi warga Saudi, Donald Trump adalah teman. Apakah Joe juga bisa menjadi sahabat? Belum ada jawaban.
“Trump adalah teman kami, dia mencintai Arab Saudi dan melindunginya dari musuh. Dia memborgol Iran. Sedangkan Biden akan membebaskan Iran lagi dan ini akan merugikan kami dan seluruh kawasan,” kata Mohamed Al Anaizy, seorang pengemudi Uber di Arab Saudi.
Selama ini, Trump memang memiliki hubungan yang nyaman dengan sejumlah pemimpin yang semakin otoriter di negara-negara seperti Arab Saudi, Mesir, dan Turki. Nah, di sisi lain, Biden telah berjanji untuk mengambil tindakan tegas tentang hak asasi manusia.
Beberapa kritikus Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengungkapkan harapan bahwa kebijakan AS akan berubah. Dalam postingan twitter Biden di bulan Juli lalu, dia mengkritik tindakan keras Kairo terhadap aktivis politik, dan berjanji: “Tidak ada lagi pemeriksaan kosong untuk diktator favorit Trump.”
Pemerintah Sisi membantah tuduhan kelompok hak asasi manusia atas pelanggaran yang meluas.
Pembawa acara bincang-bincang di saluran TV yang dikontrol ketat di Mesir telah mencoba untuk mengecilkan dampak dari kemenangan Biden, dengan alasan bahwa Mesir akan menyesuaikan dan beradaptasi.
Ibrahim Matraz, seorang jurnalis Yaman, pesimis dengan peluang perubahan kebijakan AS setelah konflik bertahun-tahun yang melanda negaranya.
“Kita tidak boleh lupa bahwa Biden adalah wakil presiden dalam pemerintahan Obama saat perang dimulai,” kata dia.
Disadur dari Reuters.