ACEHTREND.COM,Medan- Polemik yang terjadi di Yayasan Almuslim Peusangan, mendapat perhatian dari Prof. Dr. H. M. Hasballah Thaib,MA,Ph.D.,Guru Besar di sejumlah perguruan tinggi di Sumatera Utara. Menurut Hasballah upaya sejumlah orang mendongkel Dr. H. Amiruddin Idris, SE,M.Si., dari Almuslim, akan berdampak buruk bagi masa depan lembaga yang dirintis oleh Ampôn Chiek Peusangan dan Teungku Abdurahman Meunasah Meucap.
Ditemui oleh aceHTrend di Pustaka Hasballah, komplek Pesantren Al-Mannar, Medan Johor,Kota Medan, Sumut, Sabtu (21/11/2020) lelaki asal Paya Bieng, Jangka, Bireuen itu menyebutkan Yayasan Almuslim memiliki dua lembaga pendidikan besar yaitu Universitas Almuslim dan Pesantren Almuslim. Bila bicara masa depan yayasan, tulang punggungnya ke depan bukan lagi Umuslim, tapi berpindah ke Pesantren Almuslim.
“Umuslim tidak mungkin lebih maju dari yang sudah berhasil dicapai di era kepemimpinan Dr. H. Amiruddin Idris. Apalagi di barat sudah ada Uniki dan di Cot Gapu akan dibangun Universitas Muhammadiyah Bireuen. Satu – satunya yang masih berpeluang besar hanya Pesantren Almuslim,” ujar Profesor Hasballah, yang juga ikut menjadi orang penting membesarkan Pesantren Jeumala Amal Lueng Putu, Pesantren Al -Zahrah Juli, Pesantren Misbahul Ulum Paloh, Kota Lhokseumawe dan Fatih Bilingual School Banda Aceh.
Untuk mewujudkan kemajuan Pesantren Almuslim, yayasan haruslah dipimpin oleh sosok profesional yang mengerti pendidikan dari hulu ke hilir, memiliki kecintaan terhadap organisasi, memiliki visi besar, mempunyai jaringan luas dan terbukti mampu membangun pendidikan.
“Jadi menurut saya Ketua Umum Yayasan Almuslim harus ianya yang mencari makan dan memberi makan untuk Almuslim. Bukan sekadar mencari makan di Almuslim,” kata Hasballah.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut periode 2005-2010 itu melanjutkan, Ketua Umum Yayasan Almuslim ke depan harus orang yang mampu mencari uang di luar dan dibawa untuk membangun pendidikan di Almuslim Peusangan. Dia memberi contoh, saat membangun Pesantren Misbahul Ulum Paloh, tidak ada uang di sana. Semuanya uang dari luar yaitu dari Arab, Jakarta dan pengusaha -pengusaha yang mendukung pendidikan berbasis Islam yang dikelola secara modern.
Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Agama Sumut, 1984-1989 itu mengatakan, Dr. H. Amiruddin Idris merupakan sosok yang tepat untuk memimpin Yayasan Almuslim. Akademisi asal Tanoh mirah itu telah terbukti mampu membesarkan Universitas Almuslim dari kampus kecil menjadi universitas besar di Aceh dan pernah dua kali menjadi universitas swasta terbaik se-Aceh.
“Amiruddin sosok luar biasa. Mampu membangun lobi mendapatkan dana besar dari berbagai pihak untuk membangun Umuslim. Termasuk dana dari Italia Cooperation. Padahal di Matang tidak ada tsunami. Tapi Pak Amiruddin mampu meyakinkan orang Itali untuk membantu Almuslim. Ini luar biasa,” terang Prof. Hasballah.
Terkait kemajuan Pesantren Almuslim yang kini mulai terlihat, juga berkat dukungan penuh mantan Rektor Umuslim itu. Amiruddin adalah sosok utama yang memiliki gagasan dan memberikan dukungan penuh untuk pesantren modern yang kini telah berkiprah di Peusangan.
“Ketika saya diminta membantu pendirian Pesantren Almuslim, yang saya tanyakan siapa yang akan menjadi pendukung utama? Karena untuk mewujudkan pesantren modern membutuhkan dana besar dan SDM unggul, yang saat ini belum ada di Matangglumpangdua. Begitu saya diberitahu bila yang menjadi penyokongnya adalah Rektor Universitas Almuslim Dr. H. Amiruddin Idris, saya langsung bersedia membantu,” katanya.
Bentuk wujud nyata dukungan, Hasballah mengirimkan dua orang alumni Pesantren Gontor ke Almuslim. Mereka dikolaborasikan dengan SDM lokal dalam format Muhajirin dan Ansar.
Sebagai tokoh pendidikan, sedari awal Amiruddin menyusun rencana secara matang untuk melahirkan pesantren. Dukungan Hasballah sendiri kepada pesantren itu, karena dia percaya bila Amiruddin mampu mewujudkan gagasan besar tersebut.
Ke depan Hasballah akan kirimkan guru bahasa Arab langsung dari Jazirah Arab untuk Almuslim. Yayasan Almuslim harus sediakan dua rumah untuk mereka. Selain itu, setiap 100 santri, harus ada rumah untuk satu ustad yang sudah berkeluarga, agar pembinaan terhadap santri dapat dijalankan dengan baik. “Rasionya, setiap 100 santri harus ada satu ustad yang mengasuh di asrama. Sehingga dibutuhkan rumah dinas,” katanya.
Tenaga pengajar di Pesantren Almuslim, tambah Hasballah harus memiliki waktu penuh di sana. Tidak boleh nyambi mengajar di tempat lain. Untuk itu, pihak yayasan selaku pemilik pesantren harus memberikan gaji yang sesuai untuk pengajar di sana.
Pada kesempatan itu, Hasballah mengingatkan, kisruh perebutan Yayasan Almuslim yang dilakukan oleh sejumlah orang, jangan sampai menghancurkan lembaga tersebut. Apalagi dengan melibatkan keuchik -keuchik di empat kecamatan di bekas Peusangan. Karena yayasan telah diatur oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang -Undang Nomor 28 tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU 16 tahun 2001 tentang Yayasan. Di sana disebutkan yang boleh memilih pengurus yayasan adalah pembina.
“Bila prosedur pemilihannya melanggar undang -undang, maka tidak memenuhi persyaratan administrasi hukum. Nanti akan tutup universitas dan pesantren karena yayasannya bermasalah. Jadi pemilik yayasan bukan keuchik dan teungku imum. Di dalam UU pembina bertindak sebagai pemilik. Dialah yang memilih pengurus dan pengawas,” terang Hasballah.
Dia berharap pihak – pihak yang bertikai memperebutkan yayasan, agar dapat menahan diri. Jangan karena ingin memenuhi kehendak sendiri justru mengorbankan Almuslim yang telah susah payah dibangun oleh intelektual yang berkhidmat di sana. Segala perbedaan yang telah timbul, kiranya diselesaikan secara musyawarah. “Perdamaian adalah penghulu dari semua hukum.”
Aktor di Balik Suksesnya Almuslim
Beberapa waktu lalu, Ketua Yayasan Almuslim Peusangan H. Yusri, S.Sos, ketika diwawancarai oleh aceHTrend, mengatakan Dr. Amiruddin Idris merupakan sosok penting di balik suksesnya Umuslim dan Pesantren Almuslim. Berkat tangan dinginnya, dua lembaga pendidikan di bawah Yayasan Almuslim dapat tumbuh menjadi lembaga besar yang berprestasi.
Yusri bercerita ketika Pesantren Almuslim sudah berdiri dan belum memiliki fasilitas apapun, Dr. Amiruddin menghibahkan gedung milik universitas mulai dari ruang kuliah, aula, gedung bahasa, laboratorium dan fasilitas lainnya yang berada di kampus induk dan kampus barat.
Bukan hanya itu, Amiruddin juga menghibahkan dana milik universitas Rp3,2 miliar untuk membenahi fasilitas agar sesuai dengan kebutuhan boarding school. Amiruddin turut pula memberikan utang Rp500 juta untuk pesantren sebagai modal awal menjalankan aktivitas belajar dan mengajar.
“Pak Amir sangat peduli pada pendidikan. Dia berjasa besar menjadikan Umuslim dan Pesantren Almuslim menjadi lembaga pendidikan yang disegani di Aceh,” kata Yusri. []