Menghadirkan sejumlah pembicara dari kalangan akademisi dan praktisi yang berasal dari dalam dan luar negeri, seperti Dirjen Pendis Kemenag RI, M Ali Ramdhani, Guru Besar Filologi FAH UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta/Pengampu NGARIKSA, Oman Fathurrahman.
Selanjutnya Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan Kemenag RI, M Arskal Salim GP, Direktur CSRC/Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Idris Hemay, Amanda Tho Seeth dari Centre Asie du Sud-Est (CASE) Paris, dan Annabel Teh Gallop Lead Curator, Southeast Asia.
Ini merupakan konferensi internasional pertama yang diadakan STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh secara virtual melalui aplikasi Zoom. Diikuti 500 partisipan dan 70 presenter dari berbagai kalangan, dalam dan luar negeri.
Menurutnya, kajian-kajian tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai landasan kokoh dan kuat dalam perkembangan pendidikan Islam sekarang dan di masa mendatang, serta dapat diadopsi dalam perkembangan ilmu kontemporer.
Inayatillah menjelaskan, peradaban umat Islam telah mewariskan pemikirannya yang tertuang dalam manuskrip. Pemikiran yang berasal dari para ulama tersebut, kemudian dijadikan sumber pengetahuan.
Untuk melestarikan warisan dan nilai-nilai budaya, umat Islam harus terus mengeksploitasi identitas diri yang otentik dan melestarikan, serta mempelajari warisan masa lalu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menghidupkan kembali studi turats.
“Turats merupakan segala sesuatu yang sampai kepada kita dari masa lalu. Seperti karya Ibnu Khaldun yang menjadi dasar perkembangan ilmu sosial,” ujarnya.
Inayatillah menuturkan, perlu adanya pengkajian ulang untuk menghidupkan kembali teori-teori pemikiran Islam klasik, yang kemudian digabungkan dengan ilmu pengetahuan kontemporer. Hasil pengkajian tersebut, akan melahirkan kerangka untuk menyelaraskan turats sebagai modernitas dalam pembaruan pemahaman Islam.
“Sehingga tradisi dan modernisas dapat dipadukan untuk memajukan pendidikan Islam yang mampu mengikuti perkembangan zaman dan bersaing di era digital ini,” terangnya.
Modernisasi perkembangan global dan kamajuan teknologi saat ini kata Inayatillah, menjadi satu tantangan besar umat Islam. Jika tidak mendapat perhatian secara sirius, maka hal itu akan menjadi ancaman bagi umat Islam, terutama terhadap tradisi dan akhlak yang selama ini dijaga.
“Semoga kita semua dapat meningkatkan kesadaran, pengalaman dan keahlian,” ucapnya.
Peneliti dari Centre Asie du Sud-Est (CASE), Amanda Tho Seeth menyampaikan, pelestarian manuskrip sangat penting dilakukan. Bahkan ia bersama para peneliti sumber sejarah lainnya yang tergabung dalam DREAMSEA, telah melakukan digitalisasi terhadap manuskrip-manuskrip yang terancam punah di Asia Tenggara.
“Karena iklim Asia Tenggara yang lembab, banyak manuskrip dalam kondisi yang memprihatinkan dan keberadaannya di masa depan terancam,” ungkapnya.
Menurutnya, tujuan digitalisasi manuskrip untuk melindungi keragaman budaya di Asia Tenggara. Bahkan, akademisi dan masyarakat luas banyak yang tidak tahu tentang manuskrip di Asia Tenggara, karena dimiliki dan disimpan secara individu.
Amanda menuturkan, di Indonesia, proyek DREAMSEA telah menyelamatkan dan menyediakan ratusan manuskrip untuk umum. Banyak manuskrip Islam yang disusun dalam aksara Jawi dan menjadi bukti kekayaan sejarah dan budaya Islam lokal di nusantara.
Para peneliti DREAMSEA berduyun-duyun turun ke daerah-daerah terpencil untuk meyakinkan pemilik naskah, agar dapat didokumentasikan dan dikaji dalam bentuk digital. Dengan begitu, naskah manuskrip dapat diakses secara online dalam resolusi tinggi, disertai dengan metadata dan terjemahan parsial ke dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Manuskrip kuno yang ditemukan itu, dapat menjadi pengetahuan kunci tentang relevansi arah peradaban masyarakat Arab dan Eropa. Di Eropa khususnya, manuskrip-manuskrip tersebut dikembangan lebih lanjut, serta menjadikan rujukan pengetahuan untuk beradaptasi dengan konteks dan tantangan kontemporer.
“Terutama hal yang terkait dengan pemicu pembaharuan Eropa dan kesadarannya yang tertanam dalam nilai pelestarian pengetahuan,” terang Alumni the Northern-German University of Hamburg itu.
Sapdi mengatakan, hal itu dapat menjadi tradisi yang bagus untuk mengembangkan STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, sehingga memiliki peluang yang sangat besar untuk melakukan integrasi dan interdisiplin ilmu yang luas.
“Poin penting dalam hal ini adalah setiap hal yang dilakukan tetap mengikat pada nilai yang diharapkan bisa tercapai,” ujarnya.
Ia berharap, DICIS 2020 dapat memberikan jalan terang bagi perguruan tinggi Islam untuk menggunakan format yang paling tepat dalam perkembangan dunia destruksi.[]
Editor : Ihan Nurdin
Komentar