• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Jurus Jitu Kaum Ibu Siaga Pangan di Masa Pandemi

Ihan NurdinIhan Nurdin
Sabtu, 05/12/2020 - 14:53 WIB
di BERITA
A A
Lisnawati bersama anggota kelompok mengangkut tanah untuk dimasukkan ke dalam pot dan polybag sebagai media tanam sayur-sayuran @aceHTrend/Ihan Nurdin

Lisnawati bersama anggota kelompok mengangkut tanah untuk dimasukkan ke dalam pot dan polybag sebagai media tanam sayur-sayuran @aceHTrend/Ihan Nurdin

Share on FacebookShare on Twitter

BEBERAPA bulan terakhir, Lisnawati punya kesibukan baru. Nyaris saban pagi dan sore—di sela-sela pekerjaan sebagai guru pendidikan anak usia dini dan ibu rumah tangga—ia habiskan untuk menanam aneka tanaman sayur di pekarangan rumah ataupun di demplot. Meskipun lahannya terbatas, pekarangan rumah Lisna tampak asri dengan variasi tanaman sayur-mayur seperti bayam, kangkung, kol putih dan ungu, daun singkong, cabai, terong, tomat, hingga aneka jenis sawi-sawian seperti samhong, pokcoy, sawi pagoda, dan kale. Sayur-sayuran itu ditanam di dalam pot dan polybag. Ditata dengan apik hingga terlihat indah. “Jumlahnya lebih dari sepuluh jenis sayur-sayuran,” kata Lisna kepada aceHTrend, Minggu, 22 November 2020.

Di gang seberang rumah Lisna, tepatnya di Gang Salak, terdapat sebuah demplot berukuran 4×12 meter berbahan aluminium. Demplot itu milik anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Meutuah Tani yang dikelola oleh 25 kaum ibu di Gampong Peulanggahan, Kecamatan Kutaraja, Kota Banda Aceh. Di dalam demplot tersebutlah seluruh aktivitas persemaian bibit dilakukan. Setelah bibit besar dan siap tanam, baru dibagi-bagikan kepada anggota. Lisna sendiri merupakan ketua dari kelompok wanita tani tersebut.

Secara keseluruhan, aktivitas Lisna dan anggotanya lebih sering dilakukan di lokasi demplot. Karena memang di sinilah lokasi kebun utama anggota kelompok. Lahan kosong di sekitar demplot di sela-sela rumah warga disulap menjadi bedeng-bedeng kecil untuk ditanami bayam, kangkung, sawi, dan rempah-rempah seperti jahe, kencur, dan kunyit. Beragam jenis sayuran lainnya ditanam dalam pot dan polybag. Ditata di sepanjang bibir gang dan halaman rumah warga. Bahkan ada yang membuat rak khusus untuk menyiasati pekarangan yang sempit agar bisa memuat banyak tanaman. Gang yang tadinya tampak kosong melompong itu, kini bersalin rupa menjadi hijau. Indah dan sedap dipandang mata.

Gang Salak pun kini jadi lebih ramai. Banyak warga sekitar di luar anggota KWT yang datang sekadar untuk cuci mata. Lokasi ini juga sering dikunjungi para awak media untuk dijadikan objek liputan berkaitan dengan ketahanan pangan. Nyaris saban sore ibu-ibu anggota KWT berkumpul di Gang Salak untuk bergotong royong memperelok kebun.

BACAAN LAINNYA

Munzami HS. [Ist]

Gubernur Aceh Tunjuk Direktur IDeAS Sebagai Pengawas BPKS

26/01/2021 - 17:50 WIB
Dian Guci

Tangan Jahil Kita, Monstera, dan Efek Kupu-Kupu

26/01/2021 - 09:56 WIB
Lelalu

MS Jantho Lanjutkan Sidang Lansia Perkosa Anak di Bawah Umur

26/01/2021 - 09:48 WIB
Kabid Humas Polda Aceh Kombes Pol Winardy, SH, SIK, M. Si, menunjukkan barang bukti yang diamankan dari terduga teroris, Sabtu (23/1/2021).

Terduga Teroris yang Ditangkap di Aceh, Mulai Pedagang Buah Hingga PNS

25/01/2021 - 14:52 WIB
aceHTrend.com
Lisnawati berkebun di sela-sela aktivitas utamanya sebagai IRT dan guru PAUD @aceHTrend/Ihan Nurdin

Sebelum pandemi, Lisna sama sekali tidak pernah bercocok tanam. Pengetahuannya tentang tanaman dan cara bertani pun sangat minim. “Kol ungu saja saya tidak pernah melihat langsug, apalagi mengonsumsinya,” kata ibu tiga anak itu jujur. Namun, semuanya berubah ketika ia bergabung dalam KWT yang sudah terbentuk pada tahun sebelumnya. Apalagi ketika Meutuah Tani terpilih menjadi salah satu KWT yang mendapat dukungan pemerintah untuk Program Gerakan Mandiri Pangan (Gampang). Lisna pun mendapat pengetahuan tentang cara bercocok tanam, khususnya tanaman pangan. Berkat keaktifannya di kelompok, Lisna pun didaulat menjadi ketua baru.

“Kalau sebelumnya memang tidak pernah terpikir untuk berkebun, kalau sekarang sudah semangat jadinya. Pagi-pagi sebelum berangkat kerja lihat-lihat tanaman, jadinya asyik, nggak bosan walaupun selama pandemi ini kita banyak menghabiskan waktu di rumah, sorenya kumpul dengan ibu–ibu kelompok,” ujar perempuan yang kini berusia kepala empat tersebut.

Konsumsi Sayur Jadi Beragam

aceHTrend.com
Hafsah memanen sayuran di pekarangan rumah @aceHTrend/Ihan Nurdin

Sejak mengawali aktivitas berkebun pada Agustus lalu, Lisna sangat merasakan dampak positifnya. Selain waktunya menjadi lebih produktif di masa pandemi ini, pola konsumsi sayur keluarga juga jadi lebih beragam. Hampir setiap hari ada saja yang bisa dipanen. Entah itu bayam, kangkung, daun singkong, atau sawi. Sayur-sayuran berumur pendek seperti itu masa panennya tergolong cepat. Sedangkan untuk tanaman seperti terong, tomat, dan cabai, masih dalam proses pertumbuhan.

Selain itu, sayur-sayuran yang ditanam tanpa pupuk kimia itu menurut Lisna rasanya lebih enak. Lebih empuk, segar, dan manis. Plus, kata Lisna, ada kepuasan tersendiri saat menyantap olahan sayur yang dipanen dari kebun sendiri. Yang lebih penting lagi aman dari zat-zat kimiawi karena nutrisi yang diberikan untuk tanaman berasal dari kompos.

Secara ekonomi, pengeluaran rumah tangga pun bisa dihemat. Setidaknya, untuk sekali panen Lisna bisa menghemat beberapa ribu rupiah. Lumayan untuk menyiasati arus kas keluarga di tengah paceklik seperti saat ini. Porsi sayuran yang dipetik pun bisa disesuaikan dengan kebutuhan konsumsi keluarga. Jadinya tidak ada yang mubazir.

Kegembiraan yang sama turut dirasakan Hafsah Abdullah. Sebagai pendatang di Gampong Peulanggahan, Hafsah sangat senang dilibatkan dalam KWT Meutuah Tani. Tak hanya punya kesibukan baru, ajang berkebun itu juga menjadi medium baginya untuk bersosialisasi dengan warga sekitar. Namun, tak hanya menanam sayuran, Hafsah yang memang menyukai tanaman ini juga melengkapi kebunnya dengan aneka bunga seperti mawar, melati, hebras, kenanga, kembang sepatu, dan beberapa bunga lain.

“Awalnya saya memang hanya menanam bunga, supaya rumah jadi indah. Ada juga beberapa sayur. Tapi sejak bergabung di KWT dan mendapat fasilitas bibit dan media tanam, sekarang fokus menanam sayur,” ujar perempuan paruh baya asal Aceh Timur tersebut.

aceHTrend.com
Tim dari Dinas Pangan Kota Banda Aceh meninjau kebun anggota KWT Meutuah Tani @aceHTrend/Ihan Nurdin

Tinggal di perkotaan kata Hafsah, memang memiliki tantangan tersendiri untuk bercocok tanam. Terutama soal lahan yang sangat terbatas. Berbeda sekali dengan di kampung. Meski begitu, Hafsah mampu menyulap pekarangan rumahnya yang hanya beberapa depa itu menjadi sesak dengan tanaman. “Paling ya seperti ini, menanam di dalam pot atau tabung vertikal untuk mengirit lahan,” katanya.

Hasil panen pun dikreasikan beragam di dapur. Ada yang ditumis, direbus, dilodeh, atau dilalap mentah. Ada juga yang diolah sebagai pelengkap hidangan, seperti selada yang diolah menjadi campuran tahu goreng. Namun, bagi Lisna yang memiliki tiga buah hati usia bangku sekolah, harus berkreasi lebih saat mengolah sayur-sayuran tersebut. Itu karena anak-anaknya tidak begitu menyukai sayur. Mereka lebih suka menyantap menu hidangan berbasis protein seperti ikan. Saat menumis pokcoy misalnya, Lisna menambahkan potongan bakso sebagai pemikat.

“Walupun dominan yang dimakan adalah baksonya, setidaknya mereka sudah ikut mencicipi sayurannya juga. Repot sedikit tidak masalah, yang penting anak-anak mau makan,” kata Lisna.

Mendapat Pendampingan Khusus

aceHTrend.com
Sri Herlinawati (jilbab hitam) mendampingi kelompok yang sedang membuat bedeng untuk ditanami sayuran @aceHTrend/Ihan Nurdin

Sri Herlina Wati, penyuluh dari Dinas Pangan, Pertanian, Kelautan, dan Perikanan Kota Banda Aceh, yang ditugaskan khusus untuk mendampingi anggota KWT Meutuah Tani Peulanggahan mengatakan, Program Gampang ini dicetuskan Pemerintah Aceh pada Juli 2020 lalu melalui Dinas Pangan Aceh untuk mengantisipasi krisis pangan di masa pandemi. Program ini menyikapi peringatan dari Organisasi Pangan Dunia (FAO) yang telah mewanti-wanti krisis pangan yang akan mengancam warga dunia akibat pandemi. Sementara itu, pandemi ini pun tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir. Koordinator program ini adalah instansi terkait di tiap-tiap kabupaten/kota.

Melalui program Gampang ini kata Sri, setidaknya masyarakat bisa membantu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Tidak terlalu bergantung dari pasokan pasar. Makanya, bibit-bibit tanaman yang disuplai pun disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Tak hanya sayur, juga diberikan benih ikan lele yang dibudidayakan di dalam ember atau dikenal dengan istilah budikdamber. Budi daya ikan dalam ember.

“Yang menjadi sasaran dari program ini memang ibu-ibu. Mereka diharapkan bisa menjadi pejuang pangan keluarga dengan memberdayakan lingkungan pekarangan rumah,” kata Sri, Jumat (20/11/2020).

Di Banda Aceh kata Sri, ada 150 ibu-ibu yang difokuskan menjalani Program Gampang yang terbagi menjadi enam KWT. Ini di luar program-program lain yang sudah berjalan lama. Tiap-tiap KWT beranggotakan 25 orang. Pemerintah mendukung setiap KWT dengan menggelontorkan anggaran sebesar Rp60 juta yang dikonversikan dalam bentuk barang seperti demplot, tanah, bibit, media tanam, dan peralatan kerja.

Mereka juga diberikan pembekalan mengenai konsep bertani, cara mengolah pupuk organik dari limbah rumah tangga, dan cara membuat laporan. Walau bagaimanapun, karena aktivitas ini sudah didukung oleh pemerintah, membuat laporan menjadi kewajiban. Kunjungan dari pihak pemerintah ke lokasi juga sangat sering. “Ini untuk memastikan bahwa program benar-benar berjalan. Ibu-ibu ini akan didampingi secara rutin hingga program berakhir tiga tahun ke depan,” kata Sri, yang juga selalu hadir dalam setiap aktivitas kelompok.

Anggota kelompok juga bisa menjual hasil kebunnya. Namun, dengan catatan, yang utama tetap untuk dikonsumsi sendiri.

Pentingnya Penggunaan Pupuk Organik

aceHTrend.com
Anggota KWT Meutuah Tani mendapatkan pelatihan mengolah pupuk kompos @aceHTrend/Ihan Nurdin

Hadirnya pandemi sejak awal tahun lalu memang telah memberikan dampak yang luar biasa bagi perubahan gaya hidup masyarakat. Salah satu yang paling mencolok ialah munculnya kebiasaan baru di kalangan masyarakat perkotaan, yakni berkebun. Aktivitas ini awalnya dilakoni sebagai pembuang jenuh karena hampir seluruh waktu mereka dihabiskan di rumah. Pelakonnya pun semakin beragam.

Perubahan ini menurut pegiat lingkungan dan inisiator hutan wakaf, Afrizal Akmal, patut diapresiasi. Aktivitas berkebun tersebut sangat baik untuk mendukung keseimbangan bumi yang sudah sesak dengan bangunan. Dengan maraknya urban farming di masa pandemi, tentu akan mengubah wajah lingkungan permukiman perkotaan menjadi lebih hidup dan segar. Kampanye ini perlu terus digalakkan dengan memublikasikan hasil-hasil panen melalui media sosial pribadi.

“Dampak positifnya tentu saja tumbuhan-tumbuhan tersebut akan memproduksi oksigen yang menjadi kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup,” kata Akmal saat berbincang dengan aceHTrend, Jumat (20/11/2020), “untuk memaksimalkan produksi oksigen, direkomendasikan untuk menanam tanaman-tanaman berdaun lebar,” katanya.

aceHTrend.com
Sayur-sayuran tidak hanya berfungsi sebagai sumber pangan, tetapi juga sebagai penghasil oksigen. Semakin lebar daun tanaman, akan semakin banyak oksigen yang dihasilkan. @aceHTrend/ Ihan Nurdin

Namun, kata dia, yang lebih penting lagi adalah menjaga semangat tersebut agar tidak menjadi euforia semata. Semangat ini kata dia, perlu dibarengi dengan terus menambah pengetahuan dalam bercocok tanam. Misalnya, jenis tanaman apa yang cocok ditanam di lahan sempit, bagaimana perlakuannya, berapa usia panen, dan yang tak boleh diabaikan ialah pemilihan pupuk atau suplemen tanaman yang organik.

“Pupuk organik ini juga bisa dibuat sendiri dengan memanfaatkan limbah basah rumah tangga seperti kulit buah, kulit bawang, nasi basi, cucian air beras, dan lain-lain. Kalau mau yang lebih praktis juga ada yang sudah dijual di pasar,” kata Akmal.

Akmal juga memberi tips, untuk mengusir hama-hama dari serangga, juga bisa disiasati dengan menanam tanaman-tanaman khusus seperti bunga marigold yang berwarna mencolok. Bunga-bunga ini berfungsi untuk mengalihkan perhatian serangga yang menyukai warna-warna kuning. Dengan kombinasi ini, tak hanya membuat lingkungan jadi hijau, tapi juga lebih hidup dengan bunga warna-warni.[]

Tag: #Headlinebanda acehberkebunDinas PanganGampong PeulanggahanKWT Meutuah Taniurban farming
Share20TweetPinKirim
Sebelumnya

LMC (68) Romawi : Wabah dan Peradaban ( XI)

Selanjutnya

Wakil Wali Kota Langsa: Memperjuangkan Implementasi MoU Helsinki Bukan Makar

BACAAN LAINNYA

Salah satu kawasan transmigrasi di Sumatera Barat. Foto/Ist.
Politik

Bila Mau Pindah ke Aceh, Warga Malang, Jawa Timur Dapat Jatah 1 Hektar Lahan/KK

Selasa, 26/01/2021 - 18:33 WIB
Cut Hasnah @aceHTrend/Masrian Mizani
BERITA

Pemkab Abdya Galang Donasi untuk Korban Gempa Sulawesi Barat

Selasa, 26/01/2021 - 13:17 WIB
Dua residivis narkoba dan barang bukti saat diamankan di Polres Langsa, Senin (25/1/2021).
BERITA

Polisi Ringkus Dua Residivis Narkoba karena Kembali Edarkan Sabu

Selasa, 26/01/2021 - 10:40 WIB
Ilustrasi fogging
BERITA

Populasi Nyamuk Banyak, Warga Minta Pemkab Aceh Singkil Lakukan Fogging

Selasa, 26/01/2021 - 10:08 WIB
aceHTrend.com
BERITA

Dewan Minta Pemko Percepat Realisasi Program Kerja Tahun 2021

Senin, 25/01/2021 - 20:36 WIB
Kapolres Lhokseumawe, AKBP Eko Hartanto, menunjukkan barang bukti dari ER dalam konferensi pers, Senin, 25 Januari 2020. @aceHTrend/Mulyadi Pasee
BERITA

Nekat Jual Sabu karena Terhimpit Ekonomi, IRT Hamil Tujuh Bulan di Aceh Utara Ditangkap Polisi

Senin, 25/01/2021 - 20:32 WIB
aceHTrend.com
BERITA

Kader HMI Cabang Blangpidie Galang Dana untuk Pesantren Serambi Mekah Aceh Barat 

Senin, 25/01/2021 - 19:52 WIB
aceHTrend.com
BERITA

42 CPNS Kemenag Wilayah Barsela Terima SK di Abdya 

Senin, 25/01/2021 - 19:41 WIB
Pelaku dan barang bukti setelah diamankan di Polres Langsa, Senin (25/1/2021).
BERITA

Polres Langsa Ringkus Pembobol Lab Komputer SMPN 3 Langsa, Satu Orang DPO

Senin, 25/01/2021 - 18:50 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
Wakil Wali Kota Langsa, Dr H Marzuki Hamid MM, saat menyantuni anak yatim, Jumat (4/12/2020).

Wakil Wali Kota Langsa: Memperjuangkan Implementasi MoU Helsinki Bukan Makar

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Ilustrasi perokok. Foto/Anadolu Agency.

    Vaksin Covid-19 Tidak bekerja Maksimal di Tubuh Perokok dan Peminum Alkohol

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pelajar Asal Aceh Tamiang Meninggal Dunia karena Kecelakaan di Langsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammad Nizam Asal Aceh Timur Terpilih sebagai Ketua IKAMAPA Bogor

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terduga Teroris yang Ditangkap di Aceh, Mulai Pedagang Buah Hingga PNS

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Kaum Muda dalam Perubahan Sosial

    3 shares
    Share 3 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Salah satu kawasan transmigrasi di Sumatera Barat. Foto/Ist.
Politik

Bila Mau Pindah ke Aceh, Warga Malang, Jawa Timur Dapat Jatah 1 Hektar Lahan/KK

Redaksi aceHTrend
26/01/2021

Munzami HS. [Ist]
Politik

Gubernur Aceh Tunjuk Direktur IDeAS Sebagai Pengawas BPKS

Muhajir Juli
26/01/2021

Ida Hasanah. Alumnus UGM Yogyakarta.
Artikel

Peran Lembaga Penyiaran Di Aceh Dalam Pelestarian Cagar Budaya

Redaksi aceHTrend
26/01/2021

Cut Hasnah @aceHTrend/Masrian Mizani
BERITA

Pemkab Abdya Galang Donasi untuk Korban Gempa Sulawesi Barat

Masrian Mizani
26/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.