ACEHTREND.COM,Bireuen- Junaidi, SKM, Direktur LSM Rehabilitatiin Action for Torture Victims in Aceh (RATA) sebuah lembaga sosial yang bergerak di sektor pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) yang kinu berbasis di Bireuen, meminta GAM menyusun buku yang berisi nama kolega mereka yang telah gugur di medan perang ketika konflik menghumbalang Aceh. Menurut Junaidi, daftar itu penting sebagai ‘museum’ ingatan di masa depan.
Hal ini disampaikan oleh Junaidi, Jumat (4/12/2020) menyikapi hari lahirnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ke-44, yang sejak 15 Agustus 2005 telah bersepakat berdamai dengan Pemerintah Indonesia.
Menurut Junaidi, sebagai sebuah gerakan yang cukup modern di masa lalu, GAM perlu membuat buku catatan tentang siapapun yang terlibat dalam perjuangan memerdekakan Aceh, baik dari kalangan kombatan GAM, sipil dan unsur lain, yang semuanya telah gugur sejak 1976 hingga 2005.
“Bila Belanda berhasil meninggalkan jejak besar di Kerkhof Peucut, Banda Aceh, dengan daftar nama perwira hingga prajurit strip terbawah yang mati di berbagai palagan di Serambi Mekkah kala menjajah Aceh, bagaimana dengan GAM? Seharusnya hal yang sama perlu juga dilakukan. Setidaknya disatukan dalam sebuah buku,” kata aktivis kemanusiaan yang pertama kali bergabung dengan RATA pada 2002.
Sebagai bangsa Timur yang menjunjung tinggi harkat, martabat dan tahu balas budi, tambah lelaki asal Pandrah itu, sudah sepatutnya nama seluruh pejuang GAM sejak 1976 hingga 2005 didaftarkan pada sebuah buku. Tujuannya agar menjadi diorama perjuangan semesta yang didukung oleh segenap lapisan.
“Bagaimana di masa depan kita bicara tentang GAM, bila sejarahnya hanya bicara satu dan dua orang saja. Itupun banyak juga yang cacat nama baiknya di masa damai. Padahal banyak sekali orang yang bergabung dengan GAM yang memiliki idealisme murni, dan bahkan namanya harum di komunitas masing – masing. Mereka perlu didokumenkan. Minimal nama, alamat, dan data singkat terkait perjuangan,” kata Junaidi.