Oleh Dian Saputra*
Setiap daerah memiliki sejarahnya masing-masing. Sejarah yang panjang ini perlu senantiasa diabadikan dalam berbagai bentuk, baik itu secara lisan (oral history) yang terus disampaikan secara turun temurun, dan juga disusul dengan sebuah tulisan sehingga bisa dibaca oleh berbagai generasi. Paling penting dalam merawat sejarah adalah dengan menjaga dan melestarikan berbagai artefak yang menjadi peninggalan penting dari sejarah itu. Sehingga bisa dirasakan dan dilihat secara langsung hasil dari peradaban terdahulu.
Kebanyakan brand daerah juga dibangun atas dasar perkembangan tempo dulu di masyarakat. Dengan demikian menjadikan daerah tersebut terkenal secara signifikan. Seperti halnya Aceh Singkil, tanpa disadari ketika menyebutkan nama Singkil maka yang teringat adalah tempat asal sosok ulama kharismatik dan sangat berpengaruh dalam roda perjalanan Islam di Nusantara yaitu Syekh Abdurauf As-Singkili. Dengan demikian ini menjadi peluang besar bagi Aceh Singkil untuk membangun dan melestarikan sejarah ini sebagai brand daerah.
Dengan terbangunya brand Aceh Singkil sebagai negeri ulama, maka ini akan menjadi peluang besar untuk membangun ekonomi Aceh Singkil melalui sektor pariwisata, yaitu wisata religi yang harus terus dikembangkan. Apalagi di Singkil terdapat makam Syeikh Abdurauf As-Singkili, yang berada di tepi sungai besar Kampung Kilangan.
Namun sedikit disayangkan makam tersebut masih terlihat kurang sentuhan infrakstruktur yang baik. Karena letaknya di pinggir sungai terkadang ketika musim hujan air naik di sekiling tembok tergenang rendaman air sungai sehingga membuat agak sedikit “becek” terlebih kawasan sekitar makam adalah dermaga kecil bagi para nelayan maupun sebagai akses perahu mengangkut sewa menuju Kecamatan Kuala Baru.
Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian khusus pihak terkait untuk membuka ruang tatanan baru di sekitar makam ulama besar yang di ujung namanya membawa kata Singkil. Sehingga hal ini dapat membuat para pengunjung makam lebih nyaman dalam mengunjungi pusara tersebut, jika berbagai akses dan kondisi di sekitar makam diperbaiki lagi.
Makin lengkap di sekitar makam dibuat museum kecil yang berisikan berbagai peninggalan dari Syeikh Abdurauf As-Singkili. Kemudian literatur hasil peninggalanya dan juga tulisan yang bercerita tentang Syeikh Abdurauf As-Singkili, atau bisa juga semacam brosur yang tersedia di depan museum yang berisi menceritakan sosok beliau. Sehingga pengunjung yang datang bukan sekadar melakukan ziarah, lalu pulang, namun juga dapat membaca dan melihat langsung berbagai artefak semasa beliau.
Nuansa kekhasan Singkil pun harus dibangun, selain membuat museum kecil pihak desa juga bisa memanfaatkan penduduk sekitar untuk membuat warung makanan yang menyediakan menu asli dari kabupaten Aceh Singkil sehingga setiap pengunjung dari berbagai daerah juga bisa menikmatinya dan menjadi hal yang menarik bagi mereka untuk langsung merasakan masakan asli Aceh Singkil. Apalagi jika warung makan tersebut dibangun di atas pinggiran sungai Kilangan akan menambah nilai tersendiri, karena akan disuguhkan pemandangan yang indah dan menikmat proses sosial masyarakat di dermaga.
Selain makanan pihak desa dibantu dengan pemerintah bisa juga berkolaborasi mengembangkan kreatifitas penduduk sekitar untuk membuat beragam souvenir atau cendramata yang melambangkan ‘oleh – oleh’ dari Aceh Singkil. Tak ubahnya daerah lain yang memanfaatkan ini sebagai oleh – oleh khas dari mereka yang pastinya akan menjadi buruan para wisatawan yang akan datang di daerahnya. Ini lazim digunakan mengingat untuk mencari cendramata khas Aceh Singkil sangat sulit dijumpai. Dan ini tentunya menjadi peluang besar bagi masyarakat sekitar untuk menambah pemasukan dan membuka peluang kerja.
“Sekali dayung dua pulau terlampaui” begitu pribahasanya dengan memperbaiki tatanan di sekitar makam tersebut maka ini membuka peluang ekonomi yang cukup besar baik bagi desa maupun bagi daerah, karena secara tidak langsung selain melestarikan sejarah juga dapat bernilai ekonomi yaitu dari wisata religi.
Pariwisata memang memiliki multi efek yang sangat cepat menggerakan perekonomian secara luas. Artinya kegiatan sektor ini dapat menggerakkan begitu banyak kegiatan perekonomian lain seperti warung makanan khas Singkil, cendramata, museum, dan jika sudah berjalan dengan lancar maka bisa juga dibuat hotel ataupun losmen di sekitar, layanan paket wisata lokal dan dapat memberdayakan masyarakat sekitar. Hanya saja hari ini perlu pemantik sedikit dengan dibangunya infrastruktur di atas.
Memang diakui Singkil memiliki wisata alam yang luar biasa yang diberikan tuhan sebagai fasilitas daerah. Seperti halnya Pulau Banyak yang memang sudah memiliki nama karena memang pemandangan pulau yang sangat menarik dan indah. Kemudian juga ada Rawa Singkil yang masih bernuansa hutan asri sehingga menarik wisatawan. Namun selain itu Singkil juga tak boleh lupa jati dirinya sebagai negeri yang lahir sosok religius, maka wisata religi dengan konsep di atas pun harus menjadi perhatian khsusus sebagai ciri khas daerah. Terlebih letak makam yang secara geografis cukup menarik di pinggir sungai, hanya saja jika tidak lihai memanfaakanya akan terlihat biasa – biasa saja. Oleh sebab itu siapa Singkil terdahulu akan terlihat jika kondisi tersebut diperbaiki.
*)Penulis adalah mahasiswa asal Singkil.