ACEHTREND.COM, Banda Aceh– Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh bersama Plt. Kadisdik Aceh Alhudri yang juga Kepala Dinas sosial Aceh, menggelar silaturahmi virtual dengan jajaran Dinas Pendidikan, yaitu
Kepala Cabang Dinas Pendidikan, Pengawas dan Kepala Sekolah SMA/SMK dan SLB di seluruh Aceh, Sabtu (26/12/2020).
Kegiatan yang digelar pada hari libur, Sabtu (26/12/2020) sekaligus peringatan 16 tahun musibah gempa dan tsunami Aceh, mendapatkan kecaman dari Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Aceh Utara, Khaidir, S.Pd. menurut lelaki yang melakapkan diri Apa Gampông, apa yang dilakukan oleh Sekda Aceh dan Plt. Kadisdik Aceh, sesuatu yang tidak patut.
Dalam keterangannya kepada aceHTrend, Minggu (27/12/2020) Khaidir mengatakan, sebagai pemimpin keduanya seharusnya memiliki kepekaan yang tinggi terhadap situasi. 26 Desember 2020 bukan sekadar hari libur, tapi juga tanggal penting dalam hidup orang Aceh, termasuk guru yang memiliki kenangan pahit 16 tahun lalu ketika gempa bumi dan tsunami menyapu Aceh.
“Tanggal 26 Desember merupakan peringatan musibah tsunami. Betapa banyak guru yang sedang ziarah saudaranya syuhada tsunami, harus balik hanya untuk mengikuti video conference (vicon) yang tidak terlalu urgen,” ujar Khaidir.
Kalau hanya untuk menyampaikan program baru seperti Bersahaja, harusnya Sekda dapat melakukan secara berjenjang. Dia bisa menyampaikannya kepada Plt Kadisdik, kemudian Plt. Kadisdik menyampaikan kepada Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Kacabdisdik). Kacabdisdik nantinya akan meneruskan kepada kepala sekolah dan kepsek dapat mengintruksikan kepada para dewan guru dan seluruh warga sekolah.
“Tidak perlu seorang Sekda Aceh yang super sibuk menyampaikan langsung kepada guru. Hal ini justru menambah tekanan kinerja.”
Ditambahkannya, libur bagi guru sudah diatur dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 24 Tahun 2017 yang menyamakan libur guru menurut aturan perundang-undangan dengan PNS non guru yang sudah menggunakan hak cuti tahunan. Demikian juga dengan Kalender Pendidikan yang dikeluarkan Disdik Aceh tertulis jelas bahwa tanggal 25 dan 26 Desember 2020 merupakan bagian dari libur semester guru.
Lebih lanjut Khaidir meminta Sekda Aceh dan Plt. Kadisdik Aceh untuk tidak mengeluarkan jurus ancaman dan tekanan terhadap guru. Bekerja di bawah tekanan justru membuat kinerja tidak lebih baik.
“Guru diminta bekerja sesuai keinginan Sekda, sementara ketika guru meminta penghasilan yang sama dengan ASN lain, Sekda malah tidak menanggapi. Ini sangat tidak adil,” sebut Khaidir.
Khaidir menuturkan bahwa video conference yang dilakukan Sekda Taqwallah dan Plt. Kadisdik Alhudri di hari libur justru membuat tekanan kepada guru semakin meningkat. Apalagi vicon yang meminta guru berkerumun di sekolah justru telah melanggar protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
“Kalau seorang Sekda dan Plt. Kadisdik mempertontonkan pelanggaran Covid-19 dengan meminta guru untuk berkerumun di sekolah untuk mengikuti vicon, ini justru jadi preseden buruk bagi penegakan protokol kesehatan di masyarakat,” pungkas Khaidir.
Perihal vicon yang efektif, kata Khaidir, harusnya dapat diikuti dimana saja asal memiliki akses internet. IGI sudah sangat sering melakukan kegiatan vicon dengan ribuan peserta dari tempat yang berbeda-beda dan tidak harus berkerumun.
“IGI punya pengalaman yang sangat banyak tentang menyelenggarakan vicon.”
Sekda Bertindak Berlebihan
Dikatakan Khaidir banyak guru yang memprotes tindakan tersebut melalui IGI. IGI menilai bukan kali ini saja Sekda bertindak berlebihan. Sebelumnya, sebut Khaidir, Sekda Aceh menilai kinerja kepala sekolah dan calon kepala sekolah hanya dengan presentasi selama dua menit.
“Sangat tidak lucu ketika kinerja seseorang dinilai hanya dalam dua menit. Perlu diketahui bahwa kinerja guru dan kepala sekolah itu diukur berdasarkan indikator-indikator seperti yang tertuang dalam instrumen penilaian kinerja huru dan kepala sekolah selama satu semester dan satu tahun. Bukan dengan mendengarkan paparan dalam waktu dua menit,” tutup Khaidir.
Sebelumnya, melalui video conference, Sekda Aceh yang didampingi Plt. Kadisdik Aceh Alhudri yang juga Kepala Dinas Sosial Aceh, Sabtu (26/12/2020) mengatakan Pemerintah Aceh kembali menggalakkan konsep ‘BERSAHAJA’ di lingkungan sekolah. Konsep itu diterapkan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan di Aceh.
Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Daerah Aceh, Taqwallah, dalam silaturrahmi secara virtual dengan Kepala Cabang Dinas Pendidikan, Pengawas dan Kepala Sekolah SMA/SMK dan SLB di seluruh Aceh.
Konsep BERSAHAJA yang digagas Sekda Aceh pada Desember tahun lalu itu merupakan akronim dari lima konsep, yakni bereh luar dalam, sabar dan tekun capai prestasi, harus nyaman guru, jaminan aktifitas belajar dan jaminan terhadap kelompok rentan. Sebelumnya konsep tersebut sempat dijalankan. Namun, dalam perjalanan pelaksanaanya terhambat akibat pandemi covid-19.
“Katanya mutu pendidikan di Aceh menempati posisi terendah di tingkat nasional. Maka itu dalam pertemuan ini saya inginkan adanya resep atau obat untuk pulihkan kembali marwah pendidikan di daerah kita ini,” kata Taqwallah, yang selanjutnya berteori panjang lebar tentang pendidikan di Aceh. []