• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Catatan Kritis Agar Sekda Taqwa Tak Kekal Gagap Urus Pendidikan

Redaksi aceHTrendRedaksi aceHTrend
Senin, 28/12/2020 - 20:28 WIB
di OPINI, Artikel
A A
Marthunis, MA.

Marthunis, MA.

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Marthunis, MA*

Pemerintah Aceh tampak sekali gagap dalam mengurusi pandemi. Selama 10 bulan sudah pandemi melanda, hampir tidak ada program konkret yang secara substansial menyentuh kebutuhan masyarakat. Sebaliknya, bentuk program yang diluncurkan hanya berkutat pada aspek seremonial belaka.

Program Gebrak Masker yang diselenggarakan September lalu menuai banyak kritik karena hanya menjadi ajang pemborosan anggaran. Meskipun masker yang dibagikan adalah sumbangan dari Presiden Jokowi, tapi berapa banyak spanduk dan stiker yang dicetak menggunakan APBA. Bahkan para Kepala Sekolah juga diminta menggunakan dana BOS untuk mencetak spanduk dan poster guna berpartisipasi dalam program ini yang malah tidak memiliki daya guna alias mubazir.

Belum lagi ajang pembagian masker tersebut dilaksanakan dengan memobilisasi massa yang notabenenya malah menyalahi protokol kesehatan. Hasilnya, 60% masyarakat menilai kinerja Pemerintah Aceh tergolong buruk dalam menangani pandemi (tirto.id, 03/10/2020).

BACAAN LAINNYA

Foto: Sayuti Abubakar (kanan) ketika bertemu Tumin Blang Blahdeh, yang merupakan ulama senior di Aceh. Foto: Ist.

Final! PNA Usulkan Sayuti Abubakar Sebagai Cawagub Aceh

05/03/2021 - 12:41 WIB
Bridger Walker (6) memilih melawan anjing gembala yang Jerman yang mencob menyerang adik perempuannya si Wyoming, Amerika Serikat pada 9 Juli 2020. Foto/The Sun.

Bridger Walker, Bertarung Melawan Anjing Gembala Jerman Demi Selamatkan Adiknya

05/03/2021 - 09:49 WIB
Pemimpin Redaksi Modus Aceh Muhammad Shaleh (Kanan) memberikan sambutan usai terpilih sebagai Ketua FJK dalam Kongres FJA I di Rumoh Aceh Tibang, Banda Aceh, Kamis, 27 Agustus 2020/FOTO/aceHTrend.

Fokus Advokasi dan Edukasi Jurnalis, FJA Resmi Berbadan Hukum

04/03/2021 - 19:59 WIB
Kapal Kargo masa Pendudukan Belanda Bawa Barang dari Singkil ke negara-negara Eropa (foto repro)

Pelabuhan Singkil; Bandar Niaga Internasional di Pantai Barat Aceh

04/03/2021 - 10:06 WIB

Kemudian, seakan tidak belajar dari kesalahan sebelumnya, program Gemas (Gerakan Memakai Masker) yang ditujukan bagi guru dan siswa di Aceh juga dilaksanakan dengan bentuk kegiatan yang kurang lebih serupa. Sekda Taqwallah menjadi figur yang cukup vokal dalam program ini.

Kegiatannya hanyalah sekadar membagi masker, spanduk, stiker, lalu didokumentasikan dalam bentuk foto oleh setiap Kepala Sekolah untuk kemudian dikirim dan dilaporkan kepada Sekda Taqwallah.

Program ini tidak lebih hanya bentuk pemborosan anggaran lainnya dan sama sekali tidak menyentuh esensi kebutuhan dunia pendidikan Aceh di masa pandemi. Program tersebut berakhir dengan klaim di berbagai media dengan angka-angka statistik yang fantastis bahwa sekitar satu jutaan siswa/i di Aceh secara serentak memakai masker untuk memutus mata rantai penyebaran Corona.

Klaim ini lagi-lagi hanya ada di atas kertas. Sekda Taqwallah bisa mengecek lansung di lapangan berapa banyak siswa, guru, dan sekolah di Aceh yang menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dan benar dalam proses pembelajaran tatap muka.

Jika benar Sekda Taqwallah konsen terhadap dunia pendidikan, kemudian khawatir terhadap klaster penyebaran corona berasal dari sekolah, kenapa Pemerintah Aceh tidak memfasilitasi swab gratis kepada guru dan siswa di Aceh untuk memetakan seberapa banyak sebenarnya sekolah yang sudah layak dibuka dan belum untuk proses belajar tatap muka.

Sebagai pembanding, Pemerintah Kota Surabaya memberlakukan swab massal secara gratis kepada seluruh guru, staf sekolah dan siswa sebagai upaya persiapan proses belajar tatap muka. Di tahun 2020 ini, dari 10,3 triliun APBD Kota Surabaya, 21% diantaranya dialokasikan untuk dunia pendidikan (Surabaya.go.id, 10/11/2019). Hal ini secara konkret menunjukkan betapa Pemkot Surabaya peduli betul terhadap pendidikan melihat dari pos anggaran daerahnya.

Jika pun APBA 2020 yang nilainya 17 triliun lebih itu dirasa tidak akan cukup untuk membiayai swab massal gratis kepada seluruh guru dan siswa di Aceh, Sekda Taqwallah dapat membangun komunikasi dan koordinasi dengan para bupati/walikota untuk melakukan cost sharing APBA- APBK untuk memfasilitasi swab tersebut.

Namun hingga saat ini, rasanya masih jauh panggang dari api. Jangankan swab gratis, inisiasi untuk memfasilitasi dunia pendidikan Aceh dengan rapid test saja sebagai medium screening corona tidak pernah terdengar.

Belum lagi baru-baru ini Sekda Taqwallah meminta kepala sekolah dan guru untuk melakukan video conference dengan berada di sekolah masing-masing pada saat libur sekolah. Sepertinya Sekda Taqwallah masih menggunakan mindset lama untuk menghadapi situasi yang benar-benar berbeda di tengah pandemi. Saya juga merasa gagal memahami esensi dari permintaan tersebut.

Esensi hadirnya video conference di tengah pandemi ini adalah untuk memastikan jarak dan tempat bukan lagi persoalan karena setiap orang saat ini dapat menghadiri pertemuan di mana pun mereka berada secara real time.
Belakangan, sejak Taqwallah menjabat sebagai Sekda Aceh, perhatian seorang Sekda terhadap dunia pendidikan terlihat cukup intens kalaupun tidak ingin menyebutnya berlebihan. Bahkan lebih sering terkesan melampaui tugas pokok dan fungsinya sebagai seorang Sekda.

Sesuai dengan Qanun Nomor 13 Tahun 2016, Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Aceh, dalam Pasal 3 ayat 3 disebutkan bahwa Setda Aceh mempunyai tugas membantu gubernur dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas perangkat Aceh serta pelayanan administratif.

Sekda Aceh pada dasarnya dapat berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pendidikan dan segenap perangkatnya untuk mengevaluasi performa dunia pendidikan Aceh. Saya sependapat dengan kolega saya, Zubir Agam (Kepala SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe) dalam status FB-nya yang mengkritik Sekda Taqwallah yang terlalu merepotkan diri untuk bersentuhan lansung dengan para guru dalam banyak hal.

Hal ini hanya mengisyaratkan bahwa Sekda Taqwallah tidak memercayai Kadisdik dan segenap perangkatnya dalam menjalankan tugas dan fungsi monitoring dan evaluasi kinerja pendidikan di Aceh. Tentu saja hal ini aneh mengingat mereka ditunjuk atau direkomendasikan oleh orang-orang di lingkaran Sekda atau malah Sekda Taqwa sendiri.

Jika memang Sekda Taqwallah benar-benar sangat peduli dengan pendidikan di Aceh dan tidak ingin melihat peringkat pendidikan Aceh bercokol di posisi paling rendah, tidak perlu seorang Sekda repot-repot mengabsen kehadiran guru satu persatu via video conference. Sebagai ketua TAPA (Tim Anggaran Pemerintah Aceh) perbaiki saja pos APBA yang dialokasikan untuk pendidikan dengan menempatkan banyak program konkret yang dapat membantu dan menolong para guru untuk meningkatkan kesjahteraan dan kapasitas profesionalisme mereka. Apalagi di masa pandemi ini yang memberikan banyak sekali kesulitan bagi para guru dalam menggawangi poses belajar mengajar.
Seandainya Sekda Taqwallah menuntut banyak hal dari guru, sah saja asalkan dibarengi dengan bantuan yang sama imbangnya untuk diberikan kepada para guru.

Faktanya hingga pertengahan Desember ini realisasi APBA 2020 masih saja berkisar 66,7 persen (Beritakini.co,12/12/2020). Hal ini yang seharusnya menjadi konsen serius seorang Sekda Taqwa. Lalu, bagaimana kami para guru dapat berharap banyak pendidikan di Aceh dapat meningkat secara signifikan melalui manuver-manuver seorang Sekda Taqwallah?

*)Penulis adalah guru dan Direktur Sukma Bangsa Pidie. Alumnus Master in Teacher Education, University of Tampere, Finland.

Tag: #HeadlineGuru Aceh Proteskritik terhadap Sekda Acehtaqwallah
Share523TweetPinKirim
Sebelumnya

18 Hari Setelah Terseret Arus Krueng Susoh, Jasad Udin Ditemukan Pengupas Kelapa

Selanjutnya

Tergeletak di Jalan dan Bersimbah Darah, Tangan Kanan Seorang Perawat RSUTP Abdya Putus

BACAAN LAINNYA

Peta Banda Aceh.

Sejarah Bandar Aceh Adalah ‘Mitos’

Kamis, 04/03/2021 - 03:55 WIB
aceHTrend.com
OPINI

Peran Guru PJOK dalam Membangun Karakter Peserta Didik

Rabu, 03/03/2021 - 12:13 WIB
Herlina, SKM. Foto/doc. Pribadi.
Celoteh

Campur Sari Antara Ide dan Perencanaan Pembangunan Aceh

Rabu, 03/03/2021 - 07:10 WIB
Nanda Suriani
OPINI

Menjadi Role Model Pendidikan

Selasa, 02/03/2021 - 08:22 WIB
Ilustrasi/FOTO/umroh.com.
Artikel

Aceh Dan Umar Bin Abdil Azis

Senin, 01/03/2021 - 14:40 WIB
Ilustrasi potret kemiskinan Aceh/FOTO/Hasan Basri M.Nur/aceHTrend.
Artikel

APBA 2021 Tidak Fokus Pada Pengentasan Kemiskinan?

Jumat, 26/02/2021 - 07:32 WIB
Marthunis M.A.
OPINI

Anggaran, Kemiskinan, dan Investasi Pendidikan Aceh

Kamis, 25/02/2021 - 12:26 WIB
Ilustrasi/Foto/Istimewa.
Artikel

Carut Marut Tender Di Aceh

Rabu, 24/02/2021 - 13:10 WIB
aceHTrend.com
Artikel

Aceh & Hikayat Som Gasien, Peuleumah Hebat

Senin, 22/02/2021 - 17:41 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
Anna Mutia (28) perawat di RSU Teungku Peukan, Abdya, ditemukan tergeletak  di atas badan jalan. Tangan kanannya putus. Foto/aceHTrend/Masrian Mizani.

Tergeletak di Jalan dan Bersimbah Darah, Tangan Kanan Seorang Perawat RSUTP Abdya Putus

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Nur Azilla (11) murid SDN 1 Banda Aceh, merawat ibunya yang stroke seorang diri. Kisah ini viral setelah guru melakukan home visit. Foto/Ist.

    Dua Minggu Tidak Sekolah, Ternyata Bocah SDN 1Banda Aceh Rawat Ibunya yang Stroke Seorang Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Miris, Seorang Ibu di Aceh Utara Mendekam di Penjara Usai Terjerat UU ITE

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Angka Perceraian PNS di Abdya Tinggi, Muslizar Minta ASN Tak Baper di Lingkungan Kerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terkait Ibu Muda yang Dipenjara Bersama Anaknya, Zaini Djalil Sampaikan Solusi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dianggap Berlarut-larut, PDIP Desak Wali Kota Subulussalam Selesaikan Sengketa PT Laot Bangko

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Foto: Sayuti Abubakar (kanan) ketika bertemu Tumin Blang Blahdeh, yang merupakan ulama senior di Aceh. Foto: Ist.

Final! PNA Usulkan Sayuti Abubakar Sebagai Cawagub Aceh

Muhajir Juli
05/03/2021

Bridger Walker (6) memilih melawan anjing gembala yang Jerman yang mencob menyerang adik perempuannya si Wyoming, Amerika Serikat pada 9 Juli 2020. Foto/The Sun.
Anak

Bridger Walker, Bertarung Melawan Anjing Gembala Jerman Demi Selamatkan Adiknya

Muhajir Juli
05/03/2021

Zikrillah, Ketua PB Kompa Jaya. Foto/Ist.
Politik

Pemerintah ‘Ejakulasi Dini’ Bangun Aceh Hebat, Kompa Jaya Harap PNA Komitmen Pada Janjinya

Redaksi aceHTrend
05/03/2021

Nurlaila, salah satu penyintas konflik yang mendapatkan bantuan kursi roda dari BRA. Foto/Ist for acehtrend.
Politik

BRA Salurkan Kursi Roda untuk Masyarakat Penyintas Konflik

Muhajir Juli
04/03/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.