• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Syekh Jalaluddin Padang Ganting, Ulama yang Mentobatkan Warga Gosong Telaga

Sadri Ondang JayaSadri Ondang Jaya
Jumat, 01/01/2021 - 15:23 WIB
di Sejarah, BUDAYA
A A
Makam Syekh Jalaluddin Padang Ganting di Gosong Telaga, Aceh Singkil @aceHTrend/Sadri Ondang Jaya

Makam Syekh Jalaluddin Padang Ganting di Gosong Telaga, Aceh Singkil @aceHTrend/Sadri Ondang Jaya

Share on FacebookShare on Twitter

Di Aceh Singkil ada sebuah pemukiman. Namanya Gosong Telaga. Di pemukiman Gosong Telaga itu, terdapat kampung nelayan “kembar” tiga. Desa kembar tersebut, yaitu Gosong Telaga Utara, Gosong Telaga Selatan, dan Gosong Telaga Timur.

Tiga desa ini sangat unik. Keunikan ini terlihat dari panorama alamnya yang rancak nan eksotis. Daratan kampungnya dikelilingi sungai berbentuk angkare yang sebelah baratnya ada muara anak laut. Sedangkan sebelah timurnya ada muara saragian.

Penataan perkampungan, letak, dan kontsruksi rumah-rumahnya pun teratur, bersih, nyaman, apik, dan menarik.

Beberapa ratus tahun lalu, di pemukiman itu pernah tinggal seorang ulama besar yang bernama Syekh Jalaluddin.

BACAAN LAINNYA

aceHTrend.com

Siswa dari Pesantren Tradisional yang Tidak Memiliki NISN Terancam Dikeluarkan

20/01/2021 - 17:57 WIB
aceHTrend.com

Rimo: Dari Afdeling Kebun Terus Menggeliat Menjadi Pusat Perdagangan

18/01/2021 - 19:23 WIB
@aceHTrend/Sadri Ondang Jaya

Tradisi Peusijuek Boat Masih Kental di Aceh Singkil

15/01/2021 - 14:10 WIB
Kondisi bibir pantai yang mengalami abrasi @aceHTrend/Sadri Ondang Jaya

Abrasi Landa Sejumlah Pantai di Aceh Singkil

13/01/2021 - 09:58 WIB

Karena beliau berasal dari Padang Ganting, Sumatera Barat, masyarakat menambah lakap namanya menjadi Syekh Jalaluddin Padang Ganting.

Jalaluddin datang ke Gosong Telaga semula sebagai pedagang berbagai komoditas yang dijualnya antarpulau dan daerah.

Dalam persinggahannya beberapa kali di Gosong Telaga, sang guru menyaksikan perkembangan kehidupan keagamaan yang sangat memprihatinkan dan ganjil alias rada aneh.

Masyarakat Gosong Telaga, ketika itu, bukan saja malas melaksanakan ajaran Islam. Namun, adat-istiadat, budaya, serta hidup dan kehidupan mereka sangat jauh melenceng dari ajaran Islam yang kafah. Mereka percaya pada hal-hal yang syirik, takhyul, bid’ah, dan khurafat.

Untuk meluruskan hal tersebut, terpaksa Syekh Jalaluddin Padang Ganting menetap dan berdomisili di Gosong Telaga.

Ia membangun rumah dan membuka pengajian di sebuah surau yang didirikannya sekaligus beliau menjadi guru dalam pengajian itu.

Selain mengajarkan ilmu syariat kepada murid-muridnya. Syekh Jalaluddin juga, mengajar ilmu akidah, fikih, dan ilmu keislaman lainnya termasuk tarekat.

Dalam usaha mengembangkan ajaran Islam di Gosong Telaga, Syekh Jalaluddin Padang Ganting sempat berdebat dengan dukun-dukun yang menganut aliran ilmu hitam.

Sebab, sebelum Syekh Jalaluddin datang ke Gosong Telaga, ilmu perdukunan aliran ilmu hitam (black magic) berkembang pesat dan merajalela di Gosong Telaga. Ada sijunde atau burung tujuh, tuju galang-galang, gadam, gayung, santet, tinggam, dan berbagai macam penyakit ilmu sihir lainnya.

***
Ketika itu, di Gosong Telaga ada sosok dukun yang mahasakti. Kemampuan ilmu antah berantahnya luar biasa. Ia dukun yang melegenda. Raja ilmu gaib, biang semua keganjilan dan muara semua ilmu aneh.

Konon, salah satu “kelebihan” sang dukun ini, apabila ia pergi melaut, dengan kesaktian ilmunya, sang dukun bisa memanggil kawanan ikan supaya merapat ke perahunya.

Kalau kawanan ikan telah menghampiri perahu dan berjibun datang, membuat si dukun yang juga pawang jaring ini, gembira alang kepalang.

Saat itulah sang dukun memerintahkan anak buahnya segera menebarkan jaring, setelah beberapa lama jaring mengendap di laut, jaring dicabut. Benar saja, hampir setiap mata jaring dipenuhi ikan atau jaring sudah temu ruang.

Lantas, mereka membibil (melepaskan ikan dari jaring). Setelah itu menebar jaring lagi, ribuan ikan pun kembali terperangkap di jaring. Setelah puas dan palka hingga ke ceruk biduk sarat dengan ikan.

Nelayan yang dikomandoi sang dukun ini berangkat pulang, kembali ke perkampungan, sedangkan kawanan ikan di permukaan air laut masih berlaso-laso (laksa) mengitari biduk.

Yang namanya dukun, pasti memiliki sifat sirik. Sifat sirik alias dengki nan tercela itu rupanya merasuki hati sang dukun. Lantas sang dukun menjuntaikan kakinya ke permukaan laut sembari mulutnya komat-kamit membaca mantra.

Anehnya, setelah sang dukun membaca mantra kawanan ikan yang tadinya tampak berlaksa-laksa di permukaan laut, hilang seketika, entah pergi ke mana. Seperti lenyap ditelan pusaran air laut.

Nelayan lain yang sudah terlambat atau tidak bersamaan menebar jaring dengan sang dukun menjadi kecewa. Jaringnya tidak seekor pun disinggahi ikan.

Keesokan harinya, begitu pulang melaut, yang berhasil menangkap ikan dalam jumlah banyak hanya biduk jaring yang dipawangi sang dukun saja. Sementara perahu jaring lain kosong melompong.

Perkara ini sering menimbulkan perselisihan yang tajam antarpawang. Bahkan, menjurus pada perkelahian dan dendam kesumat. Kalau seperti ini yang terjadi, sudah barang tentu berbagai ilmu mistik pun bergentayangan di jagat pertempuran antardukun.

“Keinginan tertolak; dukun pun bertindak.” Kalimat ini mewujud di pusaran asmosfir Kampung Gosong Telaga. Sehingga tak pelak lagi, penampak-penampakan dan penyakit-penyakit ‘aneh’ yang tidak bisa diterawang ilmu medis, bermunculan. Baik pada benda maupun pemilik benda itu.

***

Seorang pawang lain, dengan anggotanya pergi melaut. Malang bagi mereka, di tengah laut lepas, tiba-tiba ombak mendadak murka dan langit mulai redup. Perahu mereka oleng dan meliuk-liuk diterpa ombak dan badai dahsyat.

Semua awak biduk menjadi ngeri ketakutan. Sementara itu, gumpalan halimun dan awan gelap terus bergerak menuju perahu dengan kilatan-kilatan petir yang membahana sambung menyambung dan tingkah-meningkah dengan suara guruh. Tanpa henti.

Dalam suasana seperti itu, tak ada pilihan bagi mereka kecuali menyongsong awan kelam itu untuk pulang atau mencari pulau, tempat berlindung.

Hati mereka ketika itu remuk redam tak berdaya. Seumpama diombang-ambingkan oleh tangan raksasa dan tangan itu seperti mengumpan perahu pada badai.

Dalam waktu singkat badai besar pecah dan angin puting beliung menggoyangkan perahu, membahana, tanpa ampun. Hujan sangat lebat dan suasana menjadi gelap gulita. Sambaran-sambaran kilat yang sangat dekat dengan perahu menimbulkan pemandangan yang menciutkan nyali.

Apalagi di laut lepas, sangat menyeramkan. Begitu perahu tenggelam, ombak terus menelan. Kalau sudah dalam perut laut, sudah barang tentu hati mulai ketakutan.

Apalagi banyak hiu, lumba-lumba, dan ikan-ikan predator lainnya berkeliaran. Haup…! Tubuh pun akan dicabik-cabiknya. Kemudian mulut ikan besar itu menelan kepingan-kepingan tubuh. Sungguh mengerikan.

Semua anak buah jaring ketakutan. Ada yang teringat keluarga. Pokoknya, mereka betul-betul sadar, nyawa sudah berada di tangan malaikat maut.

Dengan suasana hati yang sangat ciut, tiba-tiba datang gelora angin puting beliung meliuk-liuk seperti rambut panjang yang digerai seorang dara jelita. Begitu angin yang berputar, meliuk-liuk menghunjam mendekati perahu.

Lalu … eeat … sang dukun seenaknya dan dengan enteng memotong dengan tangannya angin yang menyerupai rambut tadi. Angin puting beliung pun putus menghilang, lenyap.

Kemudian, dengan enteng sang pawang berkata, “Ayo dayung perahu, sembari mendayung pejamkan mata. Nanti setelah saya suruh buka mata, baru dibuka.”

Anak jaring pun mengikuti arahan pawangnya. Mendayung perahu sembari memejamkan mata. Tidak berapa lama mata terpejam, paling sepersekian menit, sang pawang menyuruh buka mata kembali.

Begitu pejaman mata terbuka. Aneh sungguh aneh, perahu sudah berada ke balik pulau yang aman dari badai. Padahal sekitar laut, awan hitam masih menebal, angin kencang masih membahana, belum ada tanda-tanda akan surut. Karena sudah berada di dekat pulau, awak jaring tidak merasa khawatir lagi dengan keadaan. Mereka bisa berlabuh, menunggu badai reda.

Begitulah, masyarakat sangat terpukau dengan ilmu pendukunan. Antara ilmu hitam dengan ilmu putih di Gosong Telaga, ketika itu, susah untuk dibedakan. Telah bercampur aduk.

Bahkan masyarakat beranggapan seolah-olah dukun yang menentukan segala hidup dan kehidupan manusia. Termasuk mematikan.

Namun, dengan ketekunan dan dakwah yang dilakukan dengan gencar oleh Abuya Syekh Jalaluddin Padang Ganting. Dibarengi pula dengan sifat-sifat mulia yang ditunjukkannya. Dukun-dukun tadi, takluk dan bertobat serta meninggalkan ilmu hitam.

Kemudian mereka belajar ilmu keislaman pada Syekh Jalaluddin.Tuan Syekh mengajarkan ilmu keislaman pada masyarakat Gosong Telaga siang dan malam. Selama lebih kurang 40 tahun.

Untuk meyakinkan murid-murid terhadapnya, kebenaran Islam, Syekh Jalaluddin menyampaikan petuah.

“Kalau hidup mau selamat, hiduplah dengan dan dari ajaran Alquran, alhadis, dan pendapat-pendapat ulama. Jangan mendekati syirik, takhyul, dan pendukunan. Karena itu sama seperti kita menyembah berhala. Menyembah berhala adalah perbuatan sesat. Kalau kita telah sesat iblis akan terus menggoda sampai kita terperosok ke dalam pelukannya. Hal ini membuat segala amal baik yang telah dikerjakan lenyap dan dosa kita pun akan menggunung. Dosa seperti ini, jelas tidak akan pernah diampuni Allah.”

Untuk meyakinkanan murid-muridnya yang sudah terlanjur memercayai ilmu pedukunan aliran hitam. Abuya memberikan wasiat gaib. Yaitu, bila beliau wafat, murid-muridnya dipersilakan menggali kuburannya.

“Kalian akan menyaksikan, ungkapan terbang burung, tinggal sangkarnya,” kata Syekh Jalaluddin.

Tujuh hari tuan Syekh wafat, tepatnya 2 Safar 1324 H, murid-muridnya membuktikan ucapan “bersayap” sang guru. Murid-muridnya menggali makam.

Benar saja, ternyata jasad guru tak ada lagi dalam liang lahat, raib entah ke mana. Yang tinggal hanya papan keranda dan kain kafan saja.

Melihat fakta ini, murid-muridnya terperangah dan semakin takjub pada sang guru. Lantas, murid-muridnya tadi bertobat nasuha dan mengeramatkan makam Syekh Jalaluddin Padang Ganting yang secara lahir terletak di Gosong Telaga.

Karena itu, banyak orang mengakui bahwa yang menginsyafkan dan mentobatkan masyarakat Gosong Telaga kepada ajaran Islam yang benar dan kafah, adalah Syekh Jalaluddin.

Syekh Jalaluddin pulalah yang mengubah tradisi-tradisi, adat-istiadat, dan peradaban di Gosong Telaga menjadi sesuatu yang islami. Sehingga semangat keagamaan di Gosong Telaga menjadi bergairah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah.[]

Editor : Ihan Nurdin

Tag: Aceh Singkilgosong telagaSyekh Jalaluddin Padang Gantingulama Aceh
Share139TweetPinKirim
Sebelumnya

Kapolri Terbitkan Maklumat Larangan Penggunaan Simbol dan Atribut FPI

Selanjutnya

Spanduk Bertuliskan Dukungan Pembubaran FPI Terpasang di Lapangan Persada Abdya 

BACAAN LAINNYA

Nadya Ulfa
BUDAYA

Puisi-Puisi Nadya Ulfa

Minggu, 24/01/2021 - 18:28 WIB
Ilustrasi @pngwing.com
BUDAYA

[Cerpen]: Sepatu-Sepatu

Minggu, 24/01/2021 - 10:55 WIB
Nasya Febrila
BUDAYA

Puisi-Puisi Nasya Febrila

Sabtu, 23/01/2021 - 13:54 WIB
Zulma Amalia
BUDAYA

[Puisi]: Sekolah yang Bersih

Sabtu, 23/01/2021 - 13:43 WIB
Zoelmasry
BUDAYA

Beraliran Slow Rock, Zoelmasry Rilis Lagu Perdana dari Album “Ingkeu”

Kamis, 14/01/2021 - 14:35 WIB
aceHTrend.com
BUDAYA

[Puisi]: Ibuku

Rabu, 23/12/2020 - 00:16 WIB
aceHTrend.com
BUDAYA

[Puisi]: Ibu

Rabu, 23/12/2020 - 00:05 WIB
aceHTrend.com
BUDAYA

[Puisi]: Terima Kasih Ibu

Selasa, 22/12/2020 - 23:48 WIB
Nafla
BUDAYA

[Puisi]: Ibuku

Selasa, 22/12/2020 - 12:06 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
Spanduk penolakan FPI di Lapangan Persada Blangpidie, Jumat, 1 Januari 2021 @aceHTrend/Masrian Mizani

Spanduk Bertuliskan Dukungan Pembubaran FPI Terpasang di Lapangan Persada Abdya 

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Ilustrasi perokok. Foto/Anadolu Agency.

    Vaksin Covid-19 Tidak bekerja Maksimal di Tubuh Perokok dan Peminum Alkohol

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ASN yang Diamankan oleh Densus 88 Merupakan Bendahara MAA Aceh Timur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pelajar Asal Aceh Tamiang Meninggal Dunia karena Kecelakaan di Langsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammad Nizam Asal Aceh Timur Terpilih sebagai Ketua IKAMAPA Bogor

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terduga Teroris yang Ditangkap di Aceh Diduga Terlibat Pengeboman di Polrestabes Medan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Safrizal dan Siti Hilmi Amirulloh, pemilik Yalsa Boutique.
LIFE STYLE

Luncurkan Produk Busana Muslim, Yalsa Boutique Optimis Diterima Pasar

Redaksi aceHTrend
24/01/2021

Ilustrasi
BERITA

Pelajar Asal Aceh Tamiang Meninggal Dunia karena Kecelakaan di Langsa

Syafrizal
24/01/2021

Nadya Ulfa
BUDAYA

Puisi-Puisi Nadya Ulfa

Redaksi aceHTrend
24/01/2021

Ilustrasi perokok. Foto/Anadolu Agency.

Vaksin Covid-19 Tidak bekerja Maksimal di Tubuh Perokok dan Peminum Alkohol

Redaksi aceHTrend
24/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.