Oleh Ernawati, S.Sos., M.A.*
Sebagian besar kalangan masyarakat masih belum mengenal dengan baik akan sosok pustakawan dan apa yang dilakukan dalam menjalankan tugasnya. Dalam benak segelintir orang, pustakawan merupakan orang yang bekerja menjaga buku-buku di perpustakaan. Pandangan ini merupakan hal yang biasa kita dengar di kalangan masyarakat bahwa orang yang bekerja di perpustakaan bukan disebut sebagai pustakawan, akan tetapi guru pustaka. Istilah pustakawan sendiri pada dasarnya dapat disandangkan bagi segelintir orang yang memiliki ilmu dan pengetahuan dalam bidang kepustakawanan, misalnya pernah belajar tentang ilmu dan mendapat pendidikan tentang perpustakaan dan kepustakawanan. Rohini (2017) dalam buku Pustakawan Profesional di Era Digital menyatakan bahwa sebenarnya pendapat yang menyebutkan hal tersebut di atas dapat ditepis oleh pustakawan itu sendiri dengan membuktikan bahwa mereka bukan hanya penjaga buku, akan tetapi seseorang yang memiliki kompetensi dan keahlian dalam bidangnya serta profesional dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab guna mengembangkan perpustakaan.
Pustakawan tidak hanya sebatas bertugas menyusun dan mendata buku baik secara manual maupun elektronik. Akan tetapi pustakawan juga dapat melakukan inovasi dan terobosan melalui program-program pengembangan perpustakaan yang mampu membuat pemustaka mengenal fungsi dan keberadaan perpustakaan itu sendiri. Adapun program yang dapat dikembangkan seperti peningkatan fasilitas sarana dan prasaran perpustakaan serta penambahan koleksi yang up to date. Pustakawan dapat melakukan inovasi dalam penyediaan fasilitas perpustakaan seperti renovasi ruang perpustakaan dengan memberikan warna-warna menarik, serta menyediakan koleksi baik secara fisik maupun digital dengan tujuan menarik minat dan perhatian pemustaka agar mengunjungi dan memberdayakan keberadaan perpustakaan.
Di lain sisi adanya pandemi Covid-19 membuat fungsi dan keberadaan perpustakaan sedikit terpinggirkan. Hal ini karena pemustaka tidak lagi dapat menikmati fasilitas dan layanan dari perpustakaan. Maka kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh pustakawan untuk berinovasi dalam mengembangkan perpustakaan. Kesempatan seperti ini dapat digunakan oleh pustakawan dengan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang bersifat teknis, seperti bedah ruangan, penataan ulang kembali mebiler di perpustakaan, perbaikan dan perawatan koleksi yang tersedia di perpustakaan, serta pengadaan koleksi secara digital guna memberikan pelayanan informasi secara online kepada pemustaka.
Selain itu, kemajuan teknologi dapat dijadikan sebagai langkah baru untuk memudahkan layanan perpustakaan, seperti melengkapi perpustakaan dengan peralatan elektronik yang mampu mengakses isi buku dan informasi sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Kemudian menyediakan fasilitas dan memberikan layanan berbasis online yang dapat diakses informasinya oleh pemustaka tanpa harus melakukan kunjungan perpustakaan dalam bentuk fisik seperti e-book, website perpustakaan, serta link akses informasi yang dapat ditelusur oleh pemustaka. Di sinilah peran penting pustakawan dapat ditonjolkan dengan merancang kegiatan perpustakaan berbasis digital. Hal ini sangat perlu dilakukan mengingat pemustaka merupakan aset penting bagi perpustakaan, karena jalannya fungsi perpustakaan dengan hadirnya pemustaka dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia di perpustakaan.
Sosok pustakawan yang kreatif dan inovatif sangat diperlukan dalam pengembangan perpustakaan ke depan. Hal tersebut karena pustakawan seperti ini mampu menguraikan kompleksitas, tantangan, dan memikirkan berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk mengikuti arus perubahan zaman. Pustakawan yang kreatif dan inovatif selalu bekerja dengan maksimal dalam melayani pemustaka serta memiliki pandangan yang positif dan berorientasi pada kebutuhan pemustaka sendiri. Karenanya di masa pandemi saat ini pustakawan harus memiliki kemampuan ekstra dalam berpikir dan mengembangkan ide kreatif, serta melakukan evaluasi secara bertahap terhadap segala aspek pengembangan perpustakaan.
Kompetensi Pustakawan
Maju dan berkembangnya sebuah perpustakaan tidak terlepas dari kualitas sumber daya pengelola perpustakaan tersebut, dalam hal ini pustakawan. Oleh karena itu, merupakan sebuah keharusan bagi pustakawan untuk melakukan inovasi dan kreativitas terutama dalam era teknologi yang terus berkembang. Pendit (2007) mengutip pendapat Shapiro dan Hughes menyebutkan bahwa dalam menyambut era digital, pustakawan setidaknya harus memiliki kemampuan berikut, yaitu (1) tool literacy adalah kemampuan memahami dan menggunakan alat teknologi informasi, (2) resource literacy, kemampuan memahami bentuk, format, lokasi dan cara mendapatkan informasi, (3) social structural literacy, pemahaman yang benar bagaimana informasi dihasilkan oleh berbagai pihak dalam masyarakat, (4) research literacy, kemampuan menggunakan peralatan berbasis teknologi sebagai alat riset, (5) publishing Literacy, yaitu kemampuan menerbitkan informasi dan ide ilmiah pada kalangan luas dengan memanfaatkan media sosial, (6) Emerging technology literacy, yaitu kemampuan terus menerus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi (7) critical literacy, yaitu kemampuan mengevaluasi secara kritis terhadap untung ruginya menggunakan teknologi.
Berdasarkan hal tersebut, sudah seharusnya bagi seorang pustakawan memanfaatkan serta menggunakan teknologi dalam menunaikan tugas mulianya untuk melayani pemustaka, agar fungsi dan keberadaan perpustakaan dapat benar-benar dirasakan.
Strategi Pustakawan Kreatif Inovatif
Dalam melakukan inovasi dan membangun kreativitas, seorang pustakawan dapat menitikberatkan diri pada beberapa hal di antaranya, passion, yaitu sesuatu yang kita sukai, sesuatu yang diminati dan hal-hal yang disenangi sehingga tanpa merasa lelah dan menjadi beban dalam proses pelaksanaan tugas tersebut. Time management, yaitu kemampuan bagi pustakawan dalam mengatur, mengorganisasikan serta merencanakan program-program kegiatan perpustakaan secara konsisten dan efektif. Networking, yaitu membangun hubungan dengan orang lain atau instansi lain yang memberikan pengaruh kesuksesan untuk profesional dan personal. Sense of competition, yaitu keinginan untuk mencapai keberhasilan dengan melihat keberhasilan dari orang lain yang dijadikan sebagai contoh dan motivasi. Humility, yaitu sikap yang mau mengkoreksi dan intropeksi serta evaluasi diri atas kegiatan yang sudah dilakukan.
Pada dasarnya, secara konkret strategi pustakawan dalam membangun kreativitas dan inovasi dapat dilakukan dengan cara beradaptasi dengan perubahan teknologi informasi, memiliki keterampilan dalam bidang IT, menggali potensi yang dimiliki dengan terus belajar ditempat lain, mengikuti pelatihan-pelatihan kepustakawan baik secara manal maupun online, melakukan kegiatan wisata library dengan mengambil pengalaman dari apa yang didapat, meningkatan kompetensi di bidang ahli yang dimiliki, serta membaca buku kemudian mengembangkannya menjadi sebuah tulisan atau karya yang menginspirasi.
Selain itu bergerak aktif dalam melakukan dan melaksanakan program-program perpustakaan dengan pemberian reward kepada pemustaka. mampu berkoneksi dan berjejaring dengan profesi lainnya agar dapat membangkitkan kreativitas, serta selalu mengikuti secara rutin pelatihan, pengembangan diri dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi merupakan strategi jitu pustakawan dalam melakukan inovasi dan menunjukkan krativitasnya. Semoga dengan adanya pustakwan, keberadaan dan fungsi perpustakaan di tengah masyarakat benar-benar dapat tersalurkan.[]
Ernawati, S.Sos.,M.A, Kepala Perpustakaan Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe serta Peraih Juara 1 Lomba Pustakawan Berprestasi Provinsi Aceh Tahun 2020.
Editor : Ihan Nurdin