ACEHTREND.COM, Singkil – Peusijuek atau tepung tawar, termasuk salah satu tradisi yang masih sangat kental dan masih lazim dilaksanakan di Aceh Singkil.
Setidaknya, pelaksanaan tradisi peusijuek ini aceHTrend saksikan ketika menjelang boat diturunkan dari galangan pertukangan menuju tepian sungai saat hendak dioperasikan.
Seorang ustaz dan beberapa orang tetua kampung ditambah pemilik boat, secara bergiliran menyerak atau menabur beras yang telah dilumuri kunyit dan memercikkan air yang sudah direndam dengan berbagai jenis rumput.
Saat menabur beras kuning dan memercikkan air pada boat, mulut yang menjalankan prosesi ritual ini terlihat komat-kamit, membaca kalimat zikir, ayat-ayat tayibah, dan doa-doa khusus.
“Rasanya kurang afdhal, jika turun boat tidak dilengkapi dengan peusijuek. Ini sudah tradisi turun temurun,” ucap Khaspian, seorang warga.
Menurut keterangan Khaspian kepada AceHTrend, Jumat (15/2/2021), dalam budaya masyarakat Aceh Singkil, tradisi peusijuek atau tepung tawar berfungsi untuk memohon keselamatan, ketentraman, dan kebahagiaan dalam kehidupan.
“Jadi, fungsi peusijuek pada boat yang bakal dioperasikan berupa bentuk permohonan keselamatan dan kebahagian agar boat nanti bisa berezeki dan jauh dari bahaya saat digunakan,” tutur Khaspian.
Kemudian orang pemilik boat tambah Pian, dikuatkan iman dan semakin giat berusaha mencari nafkah.
Pokoknya, bagi masyarakat, setiap prosesi peusijuek yang dilakukan mengandung filosofi dan arti khusus. Peusijuek sudah menjadi tradisi turun temurun yang sakral dan masyarakat selalu melaksanakannya.
Setelah prosesi peusijuek selesai, dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh ustaz. Lalu, dibarengi pula dengan kunduri pulut kuning yang dihidang si pemilik boat.[]
Editor : Ihan Nurdin