ACEHTREND.COM,Banda Aceh- Dai muda Aceh Ustad Masrul Aidi, Lc, mengatakan Nabi Muhammad SAW, tidak pernah menikah di masjid. Dalam semua pernikahannya, Baginda Rasul, menggelarnya di rumah. Pernikahan yang dihelat di kediaman pribadi jauh lebih berkah.
Demikian disampaikan oleh Ustad Asrul Maidi, ketika menyampaikan ceramah pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang digelar oleh Ikatan Masyarakat Juli (Ikmali) yang anggotanya bermukim di Banda Aceh, Aceh Besar dan Banda Aceh, Minggu (17/1/2021) di Aula Arafah, Asrama Haji Banda Aceh.
Di hadapan seratusan pendengar, ustad ramah tersebut mengkritik fenomena sekarang, yaitu pernikahan yang dilakukan di masjid – masjid di seluruh Aceh. Pernikahan yang demikian, katanya bukan bersumber dari Rasulullah.
Pada kesempatan itu, lulusan Timur Tengah itu memuji kebijakan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, yang dengan segala kewenangan yang dimilikinya, memilih menikahkan puterinya di rumah pribadinya di Banda Aceh.
“Padahal, sebagai Gubernur Aceh, Pak Irwandi dan istrinya, Bu Darwati, memiliki kewenangan besar, yang jangankan satu jam, bahkan satu minggu dapat menggunakan masjid dipergunakan sebagai tempat acara menikahkan anaknya. Tapi Pak Irwandi dan Bu Darwati, memilih rumah mereka sebagai tempat mengesahkan hubungan puterinya dengan lelaki yang dipilih sebagai suaminya. Demikianlah pernikahan yang berkah,” ujar Ustad yang dalam ceramahnya sering menyelipkan guyonan cerdas.
Pada kesempatan itu, dia juga mengkritik usia pernikahan, yang dibatasi mulai usia 17 tahun ke atas. Menurutnya hal tersebut keliru, yang lahir dari hasil kajian yang tidak tepat.
Banyaknya perceraian dan tingginya angka stunting, bukan karena faktor usia pasangan yang masih muda. Tapi perubahan budaya, yang ketika sepasang anak manusia memilih mengikat diri sebagai pasangan suami-istri, tidak melalui pilihan orangtua.
“Sekarang ini ketika anak – anak kita menikah, keterlibatan orangtua sebatas ketika menikahkan saja. Tidak diikutsertakan ketika memilih calon pasangan anak. Padahal bibit dan bobot atau kualitas calon mantu, secara lebih luas, hanya dapat diukur oleh orangtua. Di sinilah letak persoalannya,” katanya.
Ketua Ikmali Banda Aceh, Marzuki Yusuf di dalam sambutannya berharap maulud Nabi Muhammad SAW, merupakan momentum memperkuat silaturahmi. Dengan kesibukan masing – masing individu di tanah rantau, kesempatan bertemu muka sangat jarang bisa dilakukan.
“Momen maulid ini kita pergunakan untuk memperkuat silaturahmi. Ini sangat penting agar kita semakin kuat dalam bingkai persaudaraan yang diikat oleh daerah dan Islam,” katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Maulid, Ghazali Muhammad Adam, pada pidatonya mengatakan Juli memiliki banyak keunggulan. Baik dari sisi sejarah maupun potensi daerah. Nilai – nilai kosmopolit yang dimiliki oleh Juli, harus dibawa ke arah membangun daerah agar lebih maju di masa akan datang.
“Perbedaan kecil jangan sampai membuat kita bercerai-berai. Juli adalah identitas kita, bukan untuk memperkecil diri. Tapi untuk meneguhkan citra sebagai sebuah identitas yang telah sejak dulu terbuka dan tetap dengan keacehan dan keislaman dan tentunya kosmopolit,” kata Ghazali []