Oleh Ahmad Humam Hamid*
Tidak ada sesuatu yang paling serius tentang Covid-19, kecuali tentang orang tua lanjut usia. Itu terjadi di semua tempat, di semua negara yang secara umum menunjukkan asosiasi tingkat fatalitas-kematian, kelompok demografis manusia usia lanjut dengan ketertularan Covid-19. Karena sangat kritis dan mendesak masalahnya, harian berpengaruh AS ada awal tahun 2020, The Boston Globe misalnya menulis artikel “The Generational Politics of Covid-19” yang menjelaskan fenomena risiko kelompok orang tua AS terhadap ancaman Covid-19.
Di kalangan para ahli penyakit menular, posisi orang tua lanjut usia ditulis dengan terang benderang bahwa umur adalah faktor kunci yang paling menentukan terhadap peluang fatalitas kematian akibat wabah Covid-19. Ini artinya, strategi pemerintah dalam konteks Covid-19 di seluruh dunia, adalah bagaimana dengan sekuat tenaga dan sumber daya, fokus perhatian terhadap manusia usia lanjut, terutama kelompok umur di atas 65 tahun harus diberikan. Persoalannya tidak hanya dengan persiapan pengobatan dan perawatan, tetapi persoalan menumbuhkan kesadaran mereka untuk mematuhi butir-butir pencegahan penularan Covid-19.
Dengan mengutip dari beberapa sumber terpercaya, artikel yang ditulis dalam media online kesehatan Healthline (2020) menyebutan risiko kematian akibat Covid-19 pada orang tua berumur 60 tahun ke atas 100 persen lebih tinggi daripada kelompok umur 40 tahun ke bawah. Semakin tua risiko kematian Covid-19 menjadi lebih besar lagi. Ketika ditelusuri lebih lanjut umur 80 tahun ke atas mempunyai peluang kematian ratusan kali lebih tinggi dari kelompok umur 40 tahun ke bawah.
Dengan tingkat kematian yang cukup tinggi dibandingkan dengan berbagai kelompok umur lainnya, keseriusan penanganan kelompok usia lanjut seharusnya menjadi kunci penanganan Covid-19 yang ditangani pemerintah. Merekalah yang paling berkewajiban dibandingkan dengan segala kelompok umur lainnya untuk lebih proaktif dalam penerapan protokol pencegahan, bahkan kerelaan untuk isolasi diri jika diperlukan. Edukasi dan kampanye yang tak pernah berhenti menjadi tugas penting otoritas untuk memastikan bahwa kolompok orang tua lanjut usia adalah kelompok yang paling mematuhi prinsip-prinsip Langkah preventif untuk mencegah penularan Covid-19, baik pada tingkatan individu, keluarga, komunitas, bahkan masyarakat secara keseluruhan.
Keterkaitan antara usia lanjut dan dengan tingkat kematian akibat Covid-19 bukan tak berdasar. Pusat Penelitian Filantropi Cina, CRPI (2020) melaporkan 80 persen kematian akibat Covid-19 di seluruh negeri 60 tahun, di mana 75 persen dari itu adalah penderita penyakit serius, degeneratif atau menular lainnya, sebelum tertular pandemi. Catatan pertama kematian terhadap orang tua akibat Covid-19 terjadi di Cina yang terjadi antara bulan Desember-Februari 2019. Kejadian itu ditandai dengan 19 orang tua meninggal di rumah jompo di Wuhan, dan 18 di antaranya adalah berumur lebih dari 79 tahun. Di dua rumah jompo lainnya, juga di Wuhan, terjadi kematian yang serupa pada waktu yang relatif bersamaan.
Kerentanan kelompok manusia usia lanjut terhadap Covid-19 sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru dalam kepustakaan penyakit menular. Penelitian tahun 2016 (Kline & Bowdish) melaporkan sepertiga kematian kelompok manusia lanjut usia disebabkan oleh infeksi penyakit menular. Kepustakaan tentang sel T yang berperan sebagai faktor pengimbang dalam menahan serangan penyakit menular, termasuk Covid-19 menyebutkan degradasi perannya seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Peran kunci dari sel T dan sejumlah komponen biologi tubuh lainnya akan terus menurun ketika usia bertambah, apalagi bila pada seseorang telah ada penyakit degeneratif ataupun penyakit menular sebelumnya.
Di sebalik seriusnya potensi fatalitas, dalam hal hal ini kematian akibat Covid-19, kelompok manusia usia lanjut juga tidak menunjukkan kelebihannya dibandingkan dengan kelompok umur lainnya dalam hal kepatuhan terhadap protokol preventif pandemi. Doust (2020) yang menulis hasil peneltiannya di jurnal Plos edisi Mei 2020 mengungkapkan fakta tersebut.
Dalam penelitiannya terhadap kelompok demografis usia lanjut di 27 negara, Doust menemukan bahwa kelompok manusia usia lanjut tidak memiliki keistimewaan khusus dibandingkan dengan kelompok umur lainnya dalam hal perilaku standar dalam mengantisipasi penukaran Covid-19. Mereka tidak lebih disiplin dalam hal pemakaian masker dan sejumlah protokol lainnya. Kelompok usia lanjut juga ditemukan dalam penelitian tidak peduli dengan anjuran isolasi, ketika saat-saat tertentu yang direkomendasikan oleh otoritas, atau ketika keputusan isolasi diri diperlukan secara individu.
Dalam konteks kebijakan publik sudah saatnya pemerintah daerah memberi perhatian secara lebih spesifik terhadap kelompok usia lanjut dalam mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 yang sudah mulai menunjukkan kecenderungan meningkat pada tingkat nasional. Kecenderungan peningkatan jumlah kasus pandemi, terutama yang sedang terjadi di Pulau Jawa dan sebagian tempat lainnya di luar Pulau Jawa, secara teoretis juga akan segera melanda Aceh. Berdasarkan pengalaman internasional dan nasional, serangan gelombang kedua, atau apapun namanya akan lebih menimbulkan efek yang lebih buruk dari kejadian pertama kali terjadi.
Salah satu perbedaan nyata antara tempat kita dan di banyak tempat di berbagai negara adalah penempatan para orang tua lanjut usia di rumah jompo. Di Cina, setelah kematian terbanyak pertama adalah di rumah jompo negara itu membuat peraturan yang ketat terhadap manjemen rumah jompo sehingga sampai hari ini jumlah orang tua meninggal relatif terkendali dibandingkan dengan di negara maju lainnya.
Di tempat kita, di mana para orang tua lanjut usia sangat sedikit bahkan hampir tidak ada yang tinggal di rumah jompo, karena umumnya tinggal bersama keluarga, tantangannya menjadi lain lagi. Orang tua lanjut usia yang tinggal dengan keluarga, apalagi dengan keluarga besar, di mana tiga generasi–kakek nenek, ayah ibu, anak cucu–secara akal sehat mempunyai peluang yang juga tidak kecil untuk tertular Covid-19, akibat aktifnya anggota keluarga lain dalam kehidupan keseharian.
Informasi tentang rantai penyebaran yang memperbesar fatalitas terhadap kelompok masyarakat usia lanjut dalam masyarakat kita masih sangat terbatas. Ini seharusnya menjadi sebuah kampanye besar yang akan membuat semua anggota keluarga waspada. Apalagi terhadap kelompok masyarakat miskin di kawasan pedesaan yang hidup bersama dalam sebuah rumah tempat di mana tiga generasi tinggal secara bersama. Tidak jarang pula di banyak tempat di seluruh kabupaten di Aceh, ditemui ada kawasan-kawasan tertentu yang masyarakatnya miskin secara berkelompok, tetapi tinggal dalam sebuah kompleks pemukiman komunitas yang padat.
Pada akhirnya fokus perhatian pada kelompok manusia usia lanjut dengan segala cara yang mungkin ditempuh merupakan salah satu kunci yang akan menentukan dalam pengendalian Covid-19. Sekalipun vaksinasi Covid-19 sudah mulai berjalan, hal itu belumlah merupakan sebuah jaminan bahwa persoalan pandemi akan terselesaikan secara tuntas.
Perhatian terhadap kelompok lanjut usia, terutama tentang langkah-langkah preventif perlu digerakkan secara besar-besaran, sekaligus menjelaskan kepada publik tentang tingkat risiko yang dialami kelompok usia lanjut ini. Di samping itu perhatian lebih untuk usia lanjut juga selayaknya diterapkan dalam hal testing, monitoring, dan jika diperlukan perawatan dan pengobatan secara lebih spesifik.[]
Penulis adalah Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Editor : Ihan Nurdin