• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Pelestarian Budaya Lokal Mengangkat Citra Daerah

Sadri Ondang JayaSadri Ondang Jaya
Senin, 25/01/2021 - 12:46 WIB
di OPINI, Artikel
A A
Sadri Ondang Jaya

Sadri Ondang Jaya

Share on FacebookShare on Twitter

Setiap daerah yang dihuni manusia, pasti terdapat kebudayaan. Budaya ini digubah manusia bertahun-tahun secara turun temurun. Ini dimaksudkan, supaya hidup dan kehidupan manusia lebih nyaman, tertib, mudah, serasi, dan seimbang. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kebudayaan berperan membentuk jati diri, karater, dan citra masyarakat daerah itu.

Belakangan ini, disadari atau tidak, daerah-daerah di Indonesia mulai dimasuki dan dirasuki budaya luar dan budaya asing. Masuknya budaya luar dan asing itu, ternyata telah memengaruhi keberadaan budaya daerah atau budaya lokal.

Akibatnya, budaya asli daerah, sedikit demi sedikit mulai tergerus. Bahkan, telah banyak memudar, terbarukan kalau tidak ingin dikatakan menghilang. Ini karena pengaruh budaya dari luar dan asing itu cenderung lebih populer, bebas, dan perkembangannya sangat progresif.

Terkikisnya budaya ini, lambat atau cepat akan membuat jati diri dan karakter masyarakat di daerah-daerah yang dimasuki budaya luar dan asing akan hilang. Jika jati diri dan karakter masyarakat lenyap, dikhawatirkan citra daerah pun akan sulit ditegakkan. Paling tidak, daerah itu tidak lagi memiliki identitas yang khas.

BACAAN LAINNYA

Marthunis M.A.

Anggaran, Kemiskinan, dan Investasi Pendidikan Aceh

25/02/2021 - 12:26 WIB
Dwi Wulandary

Melek Teknologi dengan Mengenali Vektor Versus Raster

22/02/2021 - 08:38 WIB
Saiful Akmal

Aceh Meutimphan: antara Kemiskinan dan Politik Peu Maop Gop

19/02/2021 - 09:37 WIB
Irwandi Zakaria.

Mencari Guru Sejati di Zaman Haro-hara

17/02/2021 - 12:05 WIB

Karena itu, tidak ada pilihan lain, budaya lokal daerah perlu digali kembali (recovery), dipertahankan, dan dilestarikan. Sebab budaya lokal ini merupakan peluang dasar bagi daerah dalam membangun citranya.

Pengaruh

Sebagaimana dimaklumi, sebuah pengaruh ada yang berdampak positif ada pula yang negatif. Baik tidaknya pengaruh itu dapat dilihat dari nilai-nilai dan kebutuhan. Jika nilai-niai baru dari luar dan asing itu sangat kuat merasuki kebutuhan pemberdayaan, pembangunan, psikologi masyarakat, dan budaya lokal daerah. Dan keberadaan budaya itu sangat rapuh, maka budaya akan mudah terpengaruh dan tergerus.

Sebaliknya, jika budaya lokal daerah kuat dan masyarakat sebagai pemakai budaya tidak terpengaruh. Dengan kata lain, mereka kuat memegang teguh kebudayaannya, maka sehebat apa pun pengaruh budaya luar dan asing, ia akan ditepis. Alias budaya lokal daerah tadi bergeming. Cepat atau lambat budaya luar dan asing yang masuk tadi akan rontok.

Tetapi fakta banyak membuktikan, budaya luar dan asing yang masuk ke sebuah daerah, saling memengaruhi. Dengan kata lain akan terjalin dialog antarbudaya. Sehingga terjadilah asimilasi dan akulturasi budaya.

Banyak budaya daerah baru atau budaya yang terbarukan, lahir sebagai hasil perpaduan dengan unsur-unsur budaya luar dan asing. Dan budaya terbarukan itu, terus dipakai oleh masyarakat, tanpa merasa risih dan sungkan.

Misalnya, makan prasmanan ‘ala prancis’, seni paduan suara, alat musik gambus, rebana, sastra tulisan, budaya makan dengan sendok-garpu, listrik, telepon, televisi, parabola, komputer, sebenarnya tidak luput dari pengaruh dan masukan dari luar.

Dengan demikian, masalahnya tidak terletak pada ada tidaknya pengaruh budaya luar dan asing. Namun, bagaimana menyaring dan menyadur kebudayaan luar dan asing itu kemudian mengasimilasikannya dengan kebudayaan daerah yang ada.

Apakah kita menyontek atau mengopi paste mentah-mentah kebudayaan luar dan asing. Kemudian kita begitu saja membuang kebudayaan daerah lokal yang positif. Atau kita mengolahnya kembali. Di sinilah, kemampuan mengolah dan menyaring budaya luar dan asing itu, sangatlah diperlukan.

Karena “fanatik buta” atau menuding dengan cara membabi buta, bahwa penyebab pudarnya budaya daerah semata-mata karena masuknya budaya luar dan asing. Kemudian kita takut dan apriori dengan budaya luar dan asing itu. Berarti samalah kita dengan melakukan deklarasi “politik pintu tertutup budaya” atau pintuisme terhadap daerah dan budaya.

Kalau politik pintu tertutup ini kita terapkan dalam sebuah daerah, khusus pada aspek budaya, jelas keterbelakangan dan kebodohan yang selama ini kita alami akan semakin menjadi-jadi. Membuat daerah itu semakin terisolasi.

Karena itu, daya saring, daya sadur, merupakan faktor internal dari suatu hal ikhwal lokal daerah. Melalui kualitas faktor intern inilah kualitas dan kuantitas faktor luar ditentukan. Memudarnya budaya lokal daerah pertama-tama dilihat keadaan faktor intern di daerah tersebut.

Budaya Daerah

Sebagaimana dimaklumi, budaya adalah sebuah wujud abstrak, yaitu berupa sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia. Adapun wujud konkretnya berupa cara berbahasa, berperilaku, berpakaian, dan peralatan, materi atau artefak.

Dengan kata lain, kebudayaan itu tidak hanya sebatas tari-tarian, musik, pakaian adat, patung-patung, dan lain-lain. Namun, kebudayaan lebih luas dari itu, termasuk di antaranya rangkaian nilai-nilai, pola pikir, mentalitas manusia, budaya politik, konsep tentang alam semesta, hidup dan mati, yang diungkapkan secara artistik dan banyak lagi yang lainnya.

Dalam perkembangan sekarang, menurut Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), warisan budaya terbagi dua kategori. Pertama, warisan budaya benda. Warisan budaya benda adalah hal-hal yang dapat disentuh atau diinderai dengan mata dan tangan serta dipakai seperti batik, keris, bangunan dan lain-lain.

Kedua, warisan budaya tak benda. Warisan budaya tak benda merupakan segala praktik, repsentasi, ekspresi lisan, seperti bahasa pengetahuan, keterampilan—serta alat-alat, benda (alamiah), artefak, dan ruang-ruang budaya terkait dengan yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok, juga perseorangan sebagai warisan budaya mereka.

Beberapa wujud warisan budaya tak benda tersebut di antaranya adalah tari-tarian, upacara adat, tenunan, upacara kematian dan lain-lain. Di Indonesia sekarang, ada 2.652 warisan budaya tak benda.

Pelestarian

Pelestarian budaya lokal daerah sangat perlu. Pelestarian ini, harus dimulai dengan upaya meregistrasi segala budaya baik nonbenda maupun benda yang kita punya, yaitu berupa pendataan sehingga kita mengetahui kebudayaan yang kita miliki. Lalu dari pendataan itu, bisa kita pilih dan pilah mana budaya yang masih positif dan mana yang negatif untuk kepentingan hari ini.

Sebab, budaya masa silam adalah produk jawaban generasi terdahulu terhadap masalah zaman mereka. Orang yang hidup hari ini dengan persoalan kekinian, harus bisa terjawab dengan budaya hari ini pula. Budaya yang telah usang, bias dipastikan tidak lagi relevan dengan generasi hari ini, maka budaya tersebut perlu pembaharuan atau “dikreasibarukan”.

Produk budaya tempo doeloe tidak semua tanggap dan baik untuk hari ini. Mereka harus ditapis atau disaring, harus direvitalisasi kemudian direstitusi. Dengan hanya melestarikan saja akan membuat kita tidak bergerak maju, atau menghadapi kekinian dengan produk masa silam, tidak semua baik. Dan kita jelas akan dituding sebagai manusia yang tidak kreatif.

Berhenti pada pelestarian tanpa menekankan pada kreativitas membuat kita tidak mampu menjawab tantangan zaman. Minim kreativitas inilah yang sekarang terjadi. Pelestarian budaya dan “pembangunan” budaya baru, tidak pernah maksimal dilakukan. Kegiatan kebudayaan dipandang sebagai “membuang-buang uang”.

Padahal, tingginyanya citra suatu daerah, ditandai dengan adanya aktivitas dan kehidupan kebudayaan yang kontinyu, terpadu, sistematis dan berkelanjutan. Kegiatan kebudayaan yang insidental, tidak akan memberikan citra yang mengesan pada orang-orang yang datang mengunjungi daerah. Suatu daerah yang sepi atau miskin dengan kehidupan dan pagelaran kebudayaan, akan memberikan citra yang kerdil pada daerah itu.

Nah, kalau citra daerah ingin tinggi atau naik di mata semua orang, tidak ada jalan lain, kita harus melakukan transformasi dan penggalian budaya yang relevan dengan kehidupan sekarang, perbanyak kegiatan budaya, dan tingkatkan kreativitas serta pelestarian budaya. Kalau ini tidak dilakukan, citra daerah bahkan identitas kedaerahannya yang selama ini ada akan hilang.[]

Sadri Ondang Jaya ada seorang guru dan budayawan. Berdomisili di Aceh Singkil.

Editor : Ihan Nurdin

Tag: budayaopini acehtrend
ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

Memaksimalkan Pembelajaran di Masa Pandemi

Selanjutnya

Terduga Teroris yang Ditangkap di Aceh, Mulai Pedagang Buah Hingga PNS

BACAAN LAINNYA

Ilustrasi/FOTO/umroh.com.
Artikel

Aceh Dan Umar Bin Abdil Azis

Senin, 01/03/2021 - 14:40 WIB
Ilustrasi potret kemiskinan Aceh/FOTO/Hasan Basri M.Nur/aceHTrend.
Artikel

APBA 2021 Tidak Fokus Pada Pengentasan Kemiskinan?

Jumat, 26/02/2021 - 07:32 WIB
Ilustrasi/Foto/Istimewa.
Artikel

Carut Marut Tender Di Aceh

Rabu, 24/02/2021 - 13:10 WIB
aceHTrend.com
Artikel

Aceh & Hikayat Som Gasien, Peuleumah Hebat

Senin, 22/02/2021 - 17:41 WIB
Ilustrasi Kemiskinan/FOTO/Media Indonesia.
Artikel

Aceh Tidak Miskin, Aceh Dimiskinkan!

Minggu, 21/02/2021 - 20:01 WIB
Muhajir Juli
Jambo Muhajir

Rokok Rakyat dan Cerutu Pejabat

Sabtu, 20/02/2021 - 16:57 WIB
Ilustrasi: FOTO/Jawapos.
Artikel

Gurita Korupsi Di Aceh, Siapa Peduli?

Jumat, 19/02/2021 - 12:18 WIB
Fauzan Hidayat.
OPINI

Mengapa UEA Alih Investasi dari Singkil ke Sabang?

Kamis, 18/02/2021 - 16:31 WIB
Boy Abdaz. [Ist]
Artikel

Aceh Miskin, Rakyat juga yang Salah

Kamis, 18/02/2021 - 08:47 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
Kabid Humas Polda Aceh Kombes Pol Winardy, SH, SIK, M. Si, menunjukkan barang bukti yang diamankan dari terduga teroris, Sabtu (23/1/2021).

Terduga Teroris yang Ditangkap di Aceh, Mulai Pedagang Buah Hingga PNS

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Rustam Efendi (berdiri dan memegang mic) saat berdialog dengan Surya Paloh, Jumat (11/5/2018). Foto: Masrian Mizani (aceHTrend).

    Pakar Ekonomi: Di Aceh, yang Dibangun Hanya Ekonomi Pejabat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duar! Benda Diduga Bom Meledak di Banda Aceh, Gerobak Pedagang Hancur Menjadi Puing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berada di Jalur ke Tanah Suci, Fadhil Usulkan Aceh Masuk Paket Umrah Plus

    159 shares
    Share 159 Tweet 0
  • MPU Kota Banda Aceh Keluarkan Tausiyah Larangan Merayakan Nataru

    196 shares
    Share 196 Tweet 0
  • Tu Sop: Banyak Pemuda Aceh Sibuk Dengan Game Online

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Massa GERAM saat melakukan unjuk rasa, Senin (1/3/2021).
BERITA

Tolak Legalitas Industri Miras, GERAM Lakukan Unjuk Rasa

Syafrizal
01/03/2021

aceHTrend.com
BERITA

Khairul Huda Pimpin GP Ansor Abdya 

Masrian Mizani
01/03/2021

aceHTrend.com
BERITA

Ketua FKUB dan Mantan Kepala Kesbangpol Aceh Nasir Zalba Tutup Usia

Hasan Basri
01/03/2021

Tim Jihandak Polda Aceh sedang melakukan olah TKP di Gampong Peunyeurat, Banda Raya, Banda Aceh. Foto/Humas Polda Aceh.

Duar! Benda Diduga Bom Meledak di Banda Aceh, Gerobak Pedagang Hancur Menjadi Puing

Muhajir Juli
01/03/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.