ACEHTREND.COM, Banda Aceh — Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh menggalang donasi “sicupak breuh” dengan target seribu ton beras yuntuk disumbangkan ke Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Kalimantan Selatan yang saat ini sedang dilanda musibah bencana alam. Bantuan tersebut dijadwalkan dikirim dari Banda Aceh dengan kontainer pada 15 Februari 2021menuju Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. Selanjutnya diberangkatkan dengan kapal kemanusiaan yang mengantar seluruh bantuan ACT dari Pulau Sumatra.
Kepala Cabang ACT Aceh, Lisdayanti, mengatakan, saat ini pihaknya sedang menghimpun program tersebut dari seluruh wilayah Aceh. Bahkan, untuk memaksimalkan penggalangan beras ini pihaknya juga menjalin kerja sama dengan beberapa pemerintah kabupaten/kota seperti Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Barat Daya.
Lisda menjelaskan, sebelumnya Aceh pernah menjadi daerah yang mendonasikan beras terbanyak se-Indonesia yang dikirimkan ke Suriah melalui ACT hingga mencapai seribu ton. Ia berharap kali ini Aceh juga bisa kembali mengirimkan seribu ton beras untuk dikirimkan ke Sulawesi Barat yang mengalami gempa bumi dan Kalimantan Selatan yang terkena banjir.
“Ikhtiar kami bersama MRI di berbagai kabupaten maupun kota untuk mengirimkan seribu ton beras dari Aceh ke sana,” kata Lisda saat berbincang dengan sejumlah awak media, Rabu (27/1/2020).
Bagi masyarakat yang ingin berdonasi, bisa menyalurkan langsung kepada relawan MRI di setiap kabupaten/kota yang ada di Aceh. Namun, bagi yang ingin menyumbang dalam bentuk uang juga bisa melalui rekening Bank Aceh Syariah 01001930009205, BNI Syariah 6600011008, atau Mandiri Syariah 7089786023. Konfirmasi donasi dapat melalui Instagram @act_aceh, WhatsApp 082283269008, atau telepon 0651-7315352.
Ia mengatakan bahwa kapal kemanusiaan bukanlah sekadar julukan untuk armada yang mengangkut bantuan kemanusiaan amanah dari donatur. Kapal kemanusiaan ini juga menjadi simbol betapa dermawannya hati insan negeri ini.
“Tak peduli jarak, tak peduli siapa yang akan menerima. Alhamdulillah, kami sempat melayarkan Kapal Kemanusiaan Suriah, Palestina, Afrika, Rohingya, Lombok, dan Palu. Semua tujuannya sama, membersamai dan membahagiakan saudara-saudara yang membutuhkan,” ungkapnya.
Ia menuturkan, ACT Aceh aktif mengirimkan relawan-relawan yang memiliki skil sesuai kebutuhan di lokasi bencana. Dalam waktu dekat ini ACT Aceh juga akan memberangkatkan relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) menuju Sulawesi Barat untuk membantu penanganan korban gempa. Relawan asal Aceh nantinya akan bergabung dengan dengan relawan MRI lainnya dari berbagai provinsi di Indonesia.
Relawan asal Aceh akan bertugas memberikan penanganan medis terhadap pengungsi, manajemen posko, dan pendidikan. Mereka diharapkan melakukan tugasnya dengan baik sebagai perwakilan relawan asal Aceh. “Pemberangkatan relawan asal Aceh merupakan bentuk dukungan penuh ACT untuk membantu para penyintas bencana dengan terjun langsung ke lokasi,” pungkasnya.
Sementara di Aceh kata Lisda, ACT Aceh hingga saat ini ikut terus membantu korban bencana seperti penyaluran bantuan perlengkapan pendidikan kepada siswa kepada petani, dan paket sembako korban banjir di Aceh Timur, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang.
“Alhamdulillah hingga saat ini jumlah penerima manfaat program ACT Aceh di tingkat provinsi mencapai 131.060 orang pada tahun 2020,” imbuhnya.
Serius Mengelola Wakaf Produktif di Aceh
Di samping terus menjalankan program-program kemanusiaan, Aksi Cepat Tanggap melalui Global Wakaf juga semakin serius menggali dan mengelola potensi wakaf produktif di Aceh. Sebagai bentuk keseriusan tersebut, secara khusus Global Wakaf membentuk Global Wakaf Aceh dan mempercayakan Husaini Ismail sebagai direkturnya yang sebelumnya menjabat kepala Cabang ACT Aceh.
Husaini Ismail dalam kesempatan yang sama mengatakan, merupakan suatu keistimewaan bagi Aceh karena diberi kepercayaan untuk membentuk cabang Global Wakaf satu-satunya di Indonesia. Hal ini tak terlepas dari sejarah Aceh yang mendirikan Baitul Asyi di Mekkah di atas tanah wakaf seorang dermawan bernama Habib Bugak. Di antara hasil dari wakaf produktif tersebut setiap tahunnya diberikan kepada jemaah haji asal Aceh.
“Program wakaf produktif yang kita kembangkan nantinya fokus pada sektor pangan seperti padi dan pengembangan ternak dan dipusatkan di kantong-kantong umat seperti pesantren,” kata Husaini.
Sebelumnya, ACT Aceh juga mulai mengembangkan wakaf produktif berupa perkebunan nilam yang ditanam di atas lahan wakaf di Kabupaten Aceh Jaya. Sementara itu, limbah hasil penyulingan nilam dijadikan pakan lembu yang menjadi bagian dari program Lumbung Wakaf Ternak. Di Aceh Besar, tepatnya di Krueng Raya, ACT Aceh juga mengembangkan LWT yang fokus pada ternak domba. Dari yang awalnya hanya beberapa ekor, kini sudah berkembang menjadi puluhan ekor.
“Hasil pengelolaan wakaf yang berupa padi atau ternak inilah yang nantinya akan kita gunakan untuk dikirim ke daerah-daerah bencana seperti yang saat ini kita lakukan, juga untuk kurban. Dengan begitu, kita harapkan dari lingkaran aktivitas ini akan semakin menguatakan ekonomi masyarakat dan uangnya mengalir di Aceh,” kata Husaini.[]