ACEHTREND.COM,Lhokseumawe- Tahun 2008 menjadi masa paling kelam di dalam hidup Salbila Azra (18), pelajar SMA Negeri 1 Lhokseumawe. Pada tahun tersebut ia harus kehilangan kakak tercinta, karena rumah tempat mereka menyemai mimpi masa depan, hangus oleh kobaran api yang membumbung tinggi.
Sang kakak yang sempat dirawat intensif di rumah sakit selama satu bulan, dijemput El-Maut, setelah tak kunjung pulih, bersebab seluruh tubuhnya dilumat api membara.
Ketika kebakaran itu, Salbila baru duduk di kelas satu SD. Ia turut menjadi korban. Sekujur tubuhnya terbakar. Sisa amukan si jago merah, masih membekas di tubuh dara juara kelas itu. Seakan menjadi ‘monumen abadi’ baginya, untuk seumur hidup mengenang musibah maha dahsyat tersebut.
Salbila, putri dari pasangan Irwan dan Nurhafifah, tak patah arang. Walau masih belum dapat melupakan apa yang pernah menimpanya, tapi tidak membuat ia mengubur impiannya sedari kecil.
“Salbila ingin kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), di masa depan, bila Allah mengizinkan, saya bercita – cita menjadi dokter gigi,” ujar Salbila, di hadapan Teungku Fadhil Rahmi, Lc, alumnus Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir.
Tiga hari lalu, Sabtu (6/2/2021) Senator DPD RI itu mengunjungi Bila. Ia merasa perlu menemui dara yang selalu menorehkan peringkat membanggakan di kelas, setelah mengetahui bila tekadnya tak pernah luntur ingin kuliah setinggi mungkin.
“Kisah tentang Bila saya dapatkan dari Faisal, seorang teman saya. Dia memberitahukan dua bulan lalu, dan baru kali ini saya berkesempatan mengunjungi Dek Bila,” ujar Fadhil Rahmi.
Saat ini Salbila sudah kelas III SMA. Sebentar lagi lulus. Keinginannya kuliah di UGM merupakan impian besar, walau tak mustahil untuk dapat diraih.
“Keberaniannya untuk kuliah sungguh sangat luar biasa. Dia sukses menyintasi pengalaman pahit dirinya sendiri. Anak ini memiliki daya juang yang luar biasa,” sebut politisi yang ketika remaja merupakan skuad PSSB Junior.
Secara ekonomi, Salbila berasal dari keluarga sangat sederhana, dalam arti harus mengirit dalam bentuk apapun.
Di hunian mereka yang tidak luas, ibunya Bila berjualan kecil – kecilan. Barang dagangannya digelar di ruang tamu yang sekaligus difungsikan sebagai kios.
Fadhil Rahmi datang ke sana, bertujuan ingin memberitahu Salbila, bila belia itu tidak sendiri. Dia harus tetap yakin bila keinginannya kuliah di UGM bukan sesuatu yang muluk.
“Kehadiran saya tujuannya itu, memberikan motivasi, sekaligus sekuat tenaga, sampai batas kemampuan saya, akan mencoba memberikan dukungan apapun agar Dek Bila bisa mewujudkan impiannya,” kata Fadhil.
Akankah Salbila dapat mewujudkan impiannya? Hanya waktu yang akan menjawab. Semangat, Nabila! You’ll never walk alone.