ACEHTREND.COM, Lhoksukon – Provinsi Sumatera Utara dan Kepulauan Riau berada di peringkat pertama dan kedua, sebagai daerah penerima terbanyak pupuk urea subsidi dari PT Pupuk Iskandar Muda (PIM). Sementara itu, Provinsi Aceh berada di urutan ketiga sebagai daerah penerima pupuk subsidi terbanyak di Sumatera.
Direktur Utama PT PIM Yanuar Budiorman, Rabu (24/2021) mengatakan untuk tahun ini, PIM telah menyiapkan pupuk urea bersubsidi sebanyak 460.418 ton.
Provinsi terbanyak mendapat pupuk urea bersubsidi yaitu Sumatera Utara 154.916 ton, Kepri 110 ton, Provinsi Aceh 76.006 ton, Sumatera Barat 68.754 ton, Kalimantan Selatan 40.616 ton, Riau 37.572 ton, Kalimantan Barat 35.475 ton, Jambi 30.057 ton, dan Kalimantan Tengah 16.912 ton.
Tahun 2021, Provinsi Aceh mendapatkan tambahan kuota pupuk urea bersubsidi sebanyak 76.006 ton, sebelumnya 68.960 ton pada tahun 2020.
Dari data yang diterima aceHTrend, PIM pada tahun 2019 mengalokasikan pupuk urea bersubsidi sebanyak 271.331 ton dengan rincian, Aceh sebesar 68.960 ton, Sumut 148.426 ton, Sumbar 62.001 ton, Riau 35.277 ton, Kepri 117 ton, dan Jambi 29.243 ton.
Untuk tahun 2020, Perusahaan PIM mengalokasikan pupuk subsidi sebanyak 344.024 ton.
Sesuai SK Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh
Yanuar Budinorman mengatakan, alokasi pupuk bersubsidi untuk Provinsi Aceh, sesuai dengan SK Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh Nomor 820/01/VI-1 tanggal 04 Januari 2021 Provinsi Aceh yang mendapat alokasi pupuk urea bersubsidi sebesar 76.006 ton.
“Tahun ini ada penambahan alokasi pupuk urea bersubsidi sebesar 7.046 ton atau 10,21 % dibanding tahun 2020,” kata Yanuar melalui zoom meeting saat konferensi pers dengan wartawan di Gedung pertemuan Komplek PIM, Rabu (24/2/2021).
Tahun ini Aceh Selatan mendapatkan 3.000 ton, Aceh Tenggara 6.073, Aceh Timur 6.500 ton, Aceh Tengah 2.100 ton, Aceh Barat 2.000 ton, Aceh Besar 8.042 ton, Pidie 8.000 ton, Aceh Utara 12.000 ton, Simeulue 857 ton, Aceh Singkil 1.550 ton, Bireuen 3.100 ton, Aceh Barat Daya 4.600 ton, Gayo Lues 1.500 ton, Aceh Jaya 2.100 ton, Nagan Raya 3.260 ton, Aceh Tamiang 2.305 ton, Bener Meriah 3.500 ton, Pidie Jaya 2.999 ton, kota Banda Aceh 10 ton, kota Lhokseumawe 160 ton, kota Langsa 550 ton, dan Kota Subulussalam 1.800 ton.
“Pupuk subsidi yang kami sediakan sesuai dengan kuota yang telah ditentukan oleh pemerintah. Penyebab kelangkaan karena data yang diberikan pemerintah hanya sepertiga dari keinginan masyarakat,” ungkapnya.
Berkenaan dengan suplai gas yang menjadi bahan baku pembuatan pupuk, Yanuar mengungkapkan bahwa saat ini kontrak yang telah berjalan masih tinggi meskipun telah memperoleh harga yang lebih rendah dari tahun 2019 lalu.
“Harga gas yang kita peroleh selama ini sebesar USD 6.61 / mmbtu dengan skema take or pay yang mewajibkan pembayaran sebesar 90% dari total suplai gas yang disalurkan oleh mitra dan berdurasi 10 tahun dari 2020-2030. Saat ini kita terus berupaya untuk mengoptimalkan proses produksi dan melakukan efisiensi pada sektor pengeluaran lainnya,” terangnya.
PIM akan terus berkomitmen untuk pencapaian visi yang telah dicanangkan yaitu menjadi perusahaan pupuk dan petrokimia yang kompetitif. Demi mencapai cita-cita tersebut, rencana-rencana pengembangan telah dicanangkan dan mulai dijalankan satu per satu.
“Pembangunan pabrik NPK yang akan menjadi salah satu produk diversifikasi PIM telah berjalan dan diharapkan dapat menunjang pertumbuhan perusahaan pada tahun 2022. PIM juga telah membuka komersialisasi kawasan Iskandar Muda Industrial Area (IMIA) yang bersebelahan dengan pabrik eksisting PIM kepada para investor baik nasional maupun internasional,” tuturnya.
Laporan: Bustami